Sukses

Strawberry Full Moon hingga Gerhana Matahari Cincin, Ini 19 Fenomena Langit Juni 2020

Berikut ini rincian 19 fenomena astronomi yang akan muncul di bulan Juni ini:

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah fenomena astronomi diperkirakan terjadi sepanjang Juni 2020. Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan, ada 14 dan yang pertama muncul pada 1 Juni pukul 21.30 WIB.

"...1 Juni : Konjungsi Saturnus dan Jupiter," ungkap Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lapan, yang dikutip Senin (1/6/2020).

Berdekatannya Planet Saturnus dan Jupiter itu bertepatan saat Indonesia tengah memperingati Hari Pancasila pada 1 Juni 2020.

Berikut ini rincian 19 fenomena astronomi yang akan muncul di Juni ini, dikutip dari Pussainsa Lapan:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 20 halaman

1. Konjungsi Planet Saturnus dan Jupiter (1 Juni)

Menurut Lapan, mendekatnya Planet Saturnus dan Jupiter ini dapat diamati sepanjang malam 1 Juni 2020 hingga matahari terbit keesokan harinya.

"Konjungsi Planet Saturnus dan Jupiter dapat diamati mulai pukul 21.30 malam Waktu Indonesia Barat (WIB) dari arah Timur hingga Barat," jelas Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) di akun Instagram @pussainsa_lapan.

Dalam fenomena pada 1 Juni 2020 ini, Planet Saturnus dan Jupiter akan mendekat dengan jarak sudut pisah sebesar 4,85 derajat. Sementara itu, akan semakin menjauh hingga jarak sudut pisahnya menjadi 6 derajat pada 30 Juni 2020.

3 dari 20 halaman

2. Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi atau Perigee (3 Juni)

Fenomena ini terjadi pada 3 Juni 2020 pukul 10.47 Waktu Indonesia Barat (WIB). Pada jarak 364.340 kilometer dari pusat Bumi.

"Saat ini, Bulan akan nampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudur 32,8 menit busur," jelas Pussainsa Lapan.

4 dari 20 halaman

3. Konjungsi Inferior Venus di Elongasi Timur Maksimum (4 Juni)

Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 00.42 Waktu Indonesia Barat (WIB). Saat itu, Venus berada 43 Juta kilometer.

Planet Venus terletak di antara Matahari dan Bumi serta berada pada 1 garis lurus dengan Matahari dan Bumi.

"Konjungsi inferior Venus menandai beralihnya kenampakan Venus ketika senja di arah Barat menjadi kenampakan di arah Timur ketika senja," tulis Pussainsa Lapan di akun Instagramnya.

5 dari 20 halaman

4. Merkurius di Elongasi Timur Maksimum (4 Juni)

Saat ini Planet Merkurius mengalami elongasi timur 23,6 derajat dari Matahari.

"Ini adalah waktu terbaik melihat Merkurius, karena berada pada titik tertinggi di atas cakrawala di langit malam," tulis Pussainsa Lapan.

Lapan menyarankan agar Anda mencari planet yang rendah di langit barat setelah Matahari terbenam.

6 dari 20 halaman

5. Fase Bulan Purnama (5 Juni)

Pada fenomena ini, Bulan akan terletak di belakang Bumi jika dilihat dari Matahari, dan wajahnya akan sepenuhnya disinari oleh cahaya Matahari.

"Fase ini terjadi pada pukul 02.12 (WIB)," info Pussainsa Lapan.

Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Strawberry Full Moon (Bulan Stoberi Penuh), karena itu mengisyaratkan waktu tahun untuk mengumpulkan buah yang sudah matang. Juga bertepatan dengan puncak musim panen stroberi.

Bulan ini juga dikenal dengan Bulan Mawar Penuh atau Bulan Madu Penuh.

7 dari 20 halaman

6. Gerhana Bulan Penumbra (6 Juni)

Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika Bulan melewati bayangan sebagian Bumi atau penumbra. Selama gerhana ini, Bulan akan sedikit lebih gelap dari biasanya.

"Gerhana akan terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika, Asia, Australia, Samudra Hindia, dan Australia," kata Pussainsa Lapan.

Gerhana Bulan Penumbra ini akan dimulai pada 6 Juni pukul 00.45.51 WIB. "Puncaknya pukul 02.24. 55 WIB, dan berakhir pada pukul 04.04. 03 WIB".

8 dari 20 halaman

7. Strawberry Full Moon (6 Juni)

Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 02.12 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada jarak 369.005 kilometer dari pusat Bumi.

Purnama ini dapat disaksikan dari arah Barat Daya.

"Purnama ini dinamai demikian karena pada bulan inilah buah stroberi telah masak dan siap untuk dipetik," jelas Lapan.

Nama lain dari gerhana bulan ini adalah Hot Moon (Bulan Panas) karena di bulan Juni di belahan utara Bumi tepatnya di Garis Baltik Utara (23,5 derajat lintang Utara) memasukin musim panas.

9 dari 20 halaman

8. Konjungsi Bulan dan Jupiter (8 Juni)

Fenomena ini terjadi pada pukul 22.37.05 Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan sudut pisah sebesar 2,4 derajat.

"Konjungsi ini dapat teramati dari arah Timur agak ke Tenggara, dengan ketinggian sekitar 60 derajat di atas ufuk," jelas Pussainsa Lapan.

Saat itu, Bulan berjarak 382.420 km dari Bumi (pusat ke pusat) dengan luasan piringan yang terkena cahaya sebesar 90,2 % atau sudah sudah memasuki fase Cembung Akhir.

 

 

10 dari 20 halaman

9. Konjungsi Tripel Bulan, Jupiter, dan Saturnus (8-9 Juni)

Fenomena ini dapat diamati pukul 21.00 WIB di arah Timur agak ke Tenggara dengan bentuk menyerupai segitiga tumpul (salah satu sudut tumpul). Sudut tumpul ini terletak di Jupiter.

Kemudian Bulan bergerak perlahan mendekat Saturnus, sehingga pada 9 Juni pukul 00.00 WIB membentuk segitiga siku-siku dengan sisi miring Bulan-Saturnus- dan sudut siku-siku Jupiter.

"Fenomena ini dapat diamati di arah Tenggara dengan ketinggian sekitar 50 derajat di atas ufuk".

11 dari 20 halaman

10. Bulan pada Fase Perbani Akhir (13 Juni)

Fenomena ini terjadi pada pukul 13.24 WIB pada jarak 402.575 km dari pusat Bumi.

"Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku ketika mengalami fase ini," jelas Pussainsa Lapan.

Saat itu, Bulan akan terbit tengah malam dan berkulminasi ketika Matahari terbit.

Pada fase tersebut, Bulan dapat disaksikan setelah Matahari terbit hingga terbenam ketika tengah hari.

12 dari 20 halaman

11. Konjungsi Bulan dan Mars (13 Juni)

Puncak fenomena ini sebenarnya terjadi pukul 11.15 WIB. Akan tetapi Mars tidak dapat diamati ketika siang hari secara kasat mata, sehingga baru bisa terlihat sebelum matahari terbenam pukul 17.00 WIB.

Saat itu, posisi Bulan dan Mars berada di arah Timur dengan ketinggian sekitar 80 derajat di atas ufuk.

"Fenomena ini dapat diamati dengan mata telanjang selama kondisi cuaca cerah, bebas polusi cahaya dan bidang pandang tidak terhalang apapun," jelas Lapan.

13 dari 20 halaman

12. Bulan berada di titik terjauh Bumi atau Apogee (15 Juni)

Fenomena ini terjadi pukul 08.00 WIB, pada jarak 404.557 dari pusat Bulan. Saat itu, Bulan akan tampak lebih kecil jika diamati dari Bumi, dengan lebar sudur 29,54 menit busur atau 10 persen lebih kecil dibandingkan ketika Perigee.

14 dari 20 halaman

13. Konjungsi Bulan dan Venus (19 Juni)

Puncak fenomena ini sebenarnya terjadi pada pukul 17.23.40 WIB. Akan tetapi Bulan dan Venus sudah terbenam di arah Barat Laut sejak pukul 16.00 WIB.

"Sehingga fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Venus terbit di arah Timur Laut pada pukul 04.30 WIB," tulis Pussainsa Lapan di akun Instragramnya.

Konjungsi Bulan-Venus ini terletak di Rasi Turus dekat bintang Aldebaran.

 

15 dari 20 halaman

14. Gerhana Matahari Cincin (21 Juni)

Gerhana Matahari Cincin terjadi ketika Bulan terlalu jauh dari Bumi sehingga tidak sepenuhnya menutupi Matahari. Ini menghasilkan cincin cahaya di sekitar Bulan yang gelap.

Korona Matahari tidak terlihat selama gerhana cincin.

"Jalur gerhana akan dimulai di Afrika Tengah dan bergerak melalui Arab Saudi, India Utara, China Selatan sebelum berakhir di Samudera Pasifik," jelas Pussainsa Lapan.

Sementara itu, Gerhana sebagian akan terlihat di sebagian besar Afrika Timur, Timur Tengah dan Asia Selatan.

16 dari 20 halaman

15. Fase Bulan Baru (21 Juni)

Saat ini, Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam.

"Fase ini terjadi pada 13.42 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang karena tidak ada cahaya Bulan yang mengganggu".

17 dari 20 halaman

16. Konjungsi Bulan dan Merkurius (22 Juni)

Puncak fenomena ini sebenarnya terjadi pada pukul 17.15.46 WIB. Akan tetapi Bulan dan Merkurius sulit terlihat ketika Matahari masih berada di atas ufuk dikarenakan cahaya pantulan Bulan dan Merkurius jadi kalah terang dibandingkan cahaya Matahari.

"Sehingga fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Matahari sudah terbenam di arah Barat Laut," ujar Pussainsa Lapan.

Konjungsi Bulan dan Merkurius ini terletak di rasi Gemini. Cukup sulit mengamati Merkurius dengan mata telanjang.

18 dari 20 halaman

17. Titik Balik Matahari atau Solstice Juni (22 Juni)

Titik Balik Matahari Juni terjadi pada 04.44 WIB. Saat itu Kutub Utara Bumi akan condong ke arah Matahari, yang akan mencapai posisi paling utara di langit dan berada di atas garis balik utara pada 23,44 derajat lintang utara.

"ini adalah hari pertama musim panas (solisticlemusim panas) di Belahan Bumi Utara dan hari pertama musim dingin (solisticle musim dingin) di Belahan Bumi Selatan.

19 dari 20 halaman

18. Bulan memasuki Fase Perbani Awal (28 Juni)

Fenomena ini diperkirakan terjadi pada pukul 15.16 WIB pada jarak 369.921 km dari pusat Bumi. Pada fase itu Bulan, Bumi dan matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku.

"Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam sehingga kita dapat menyaksikan penampakan Bulan ini sebelum Matahari terbenam, hingga tengah malam ketika Bulan terbenam" papar Pussainsa Lapan.

20 dari 20 halaman

19. Bulan berada di titik terjauh Bumi atau Perigee (30 Juni)

Fenomena ini terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 km dari pusat Bumi.

"Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi, dengan lebar sudut 32,4 menit busur".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.