Sukses

Menakjubkan, NASA Rilis Foto Persamaan Antara Bumi dan Jupiter

Foto-foto mengagumkan yang dirilis NASA ini memperlihatkan kesamaan Bumi dan Jupiter.

Liputan6.com, Helsinki - Para ilmuwan NASA merilis foto-foto yang memperlihatkan persamaan antara Jupiter dan Bumi. Gambar-gambar menakjubkan ini ditangkap oleh pesawat ruang angkasa Juno yang mengorbit Jupiter dan dari Landsat-8 yang mengelilingi Bumi.

Persamaan kedua planet ini diperlihatkan melalui gerakan fluida yang satu pola. Jupiter memperlihatkan awan yang berputar-putar, yang merupakan komponen utama pembentuk planet itu. Sedangkan Bumi menampilkan fitoplankton yang menyebar di Laut Baltik.

"Ini semua tentang cairan yang bergerak di sekitar badan planet yang berotasi," kata Norman Kuring dari Goddard Space Flight Center NASA, sebagaimana dikutip dari Science Alert, Senin (18/3/2019).

Dalam siaran pers lembaga tersebut, Kuring menggambarkan pola aliran yang serupa sebagai kombinasi laminar (mengikuti jalur yang mulus) dan turbulen (tidak rata dan kacau).

"Dari semua kerumitan, mengalir keindahan. Entah itu dari Bumi atau Jupiter, seperti kopi dalam cangkir yang dituangkan krim," imbuh Kuring.

Foto Jupiter dan Bumi. (NASA/Lansat-8/JunoCam)

Sejak wahana antariksa Juno tiba di Jupiter, gambar-gambar menakjubkan dari atmosfer raksasa gas itu telah diperlihatkan ke publik, yang semuanya ditangkap oleh JunoCam.

Para ilmuwan cukup yakin bahwa Jupiter memiliki tiga lapisan awan yang berbeda. Interaksi antara lapisan-lapisan ini, dan rotasi planet, membantu menciptakan atmosfer planet yang mengagumkan.

Perputaran yang rumit terlihat di lapisan awan paling atas dari Jupiter. Kemungkinan ini disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi di lapisan atmosfer terdalam Jupiter --dan oleh rotasi planet.

Sedangkan foto Bumi menampakkan Laut Baltik dekat Finlandia, di mana fitoplankton sedang 'mekar'. Ketika ada banyak nutrisi dan saat suhu di dalam laut dirasa sudah pas, organisme ini bereproduksi dengan cepat. Kadang-kadang mengubah penampilan air.

Arus laut menciptakan pola aliran yang berputar-putar dalam gambar tersebut. Foto itu ditangkap oleh Operational Land Imager yang disematkan pada Landsat-8.

Foto Bumi dari Landsat-8. (NASA)

Para ilmuwan sangat tertarik dengan cara arus laut memindahkan nutrisi, karbon, dan panas di sekitar lautan dan dampaknya terhadap kehidupan fitoplankton.

"Dalam menafsirkan apa yang kita lihat di tempat lain di Tata Surya dan alam semesta, kita selalu membandingkan dengan fenomena yang sudah kita ketahui di Bumi," pungkas astronom NASA ini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ini Wujud Penampakan Dua Galaksi yang Bertabrakan

Sementara itu, NASA mengatakan bahwa sepasang galaksi dilaporkan telah bertabrakan dan menyatu. Temuan ini diabadikan melalui sebuah gambar yang baru dirilis dari Hubble Space Telescope.

Ketika 'pertempuran' hebat tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1784 oleh astronom William Herschel, ia mengira itu hanyalah satu galaksi besar dengan bentuk bulat tidak normal.

Kini, publik bisa tahu bahwa NGC 6052 sebenarnya adalah dua galaksi yang sedang berada pada tahap akhir penggabungan, sangat padat sehingga tepi keduanya --yang berbeda-- telah memudar.

Saat jarak mereka kian dekat, bintang-bintang individual yang berada di dalam masing-masing galaksi akan dikeluarkan dari orbit aslinya dan ditempatkan ke jalur yang baru.

Dua galaksi bertabrakan. Momen ini direkam oleh teleskop angkasa luar Hubble milik NASA. (Adamo et al., ESA/NASA)

Gambar di atas diambil oleh teleskop Hubble milik NASA dengan menggunakan Wide Field dan Planetary Camera 2 (WFPC2) versi lawas.

Ini mungkin terdengar seperti bencana yang mengerikan, tetapi karena galaksi sebagian besar merupakan ruang kosong, maka tabrakan antar bintang sangat sedikit dan jarang terjadi.

"Sejak bintang-bintang menghasilkan cahaya yang bisa kita lihat, galaksi gabungan itu sekarang tampaknya memiliki bentuk yang sangat kacau," jelas Badan Antariksa Eropa (ESA) sebagaimana dikutip dari Science Alert, Rabu 13 Maret 2019.

"Akhirnya, galaksi baru ini akan mengendap menjadi bentuk yang stabil, yang mungkin tidak menyerupai salah satu dari dua galaksi aslinya," lanjut ESA.

Galaksi kita sendiri, Bimasakti, pada suatu hari akan mengalami nasib serupa dengan tetangganya, galaksi Andromeda. Tapi untungnya, tubrukan yang terjadi tidak begitu dekat. Para ilmuwan mengklaim, tabrakan keduanya setidaknya berlangsung empat miliar tahun lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.