Sukses

Ditemukan Kota yang Hilang di Afrika Selatan, Tertutup Vegetasi Lebat

Kota yang hilang di Afrika Selatan ditemukan, tersembunyi di bawah vegetasi lebat.

Liputan6.com, Cape Town - Para ilmuwan mengklaim telah menemukan kota yang hilang di Afrika Selatan, di kawasan Suikerbosrand Nature Reserve.

Tempat itu, yang kini disebut Kweneng, dahulunya menjadi ibu kota yang berkembang pesat sejak 1400-an hingga hancur dan ditinggalkan penduduknya.

Itu semua diduga disebabkan oleh perang saudara pada tahun 1820-an, demikian menurut Karim Sadr, seorang profesor arkeologi di University of the Witwatersrand, Afrika Selatan.

Namun, ia dan timnya masih harus mencari tahu penyebab pasti kematian kota itu. Hal ini dikarenakan beberapa struktur yang tersisa berasal dari antara tahun 1825 dan 1875, dalam tahap yang disebut "fase terminal" dari Kweneng.

Para peneliti telah mengetahui tentang Kweneng setidaknya sejak tahun 1960-an, tetapi mereka tidak menyadari ukuran sesungguhnya dari Kweneng sampai sekarang. Revil Mason, pensiunan direktur penelitian arkeologi di Witwatersrand University, menemukan struktur pra-kolonial di Kweneng selama melakukan survei udara pada tahun 1968.

"Dia (Mason) melihat beberapa reruntuhan, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang sebenarnya ada," kata Sadr, seperti dikutip dari Live Science, Kamis (7/2/2019).

Saat ditemukan, Kweneng berada tersembunyi di bawah lapisan vegetasi yang lebat, kata Sadr. Tetapi pada 2012, Sadr menganalisis gambar satelit dari Google Earth dan menemukan bahwa Kweneng memiliki struktur "dua kali lebih banyak" daripada yang diprediksi sebelumnya.

Kini, dengan survei udara yang dilakukan menggunakan lidar --atau deteksi cahaya dan jarak-- Sadr dan rekan-rekannya menemukan bahwa sebenarnya struktur yang ditemukan di Kweneng, jumlahnya tiga kali lebih banyak dari yang diidentifikasi oleh Mason.

Ketika melaksanakan survei terbaru, para peneliti menggunakan mesin lidar untuk menembak miliaran laser di tanah. Setelah laser ini mengenai sebuah objek, baik itu struktur, burung atau pohon, mereka memantul balik ke mesin, yang menghitung waktu yang dibutuhkan untuk kembali.

Pada akhirnya, waktu itu akan mengungkapkan jarak yang dapat digunakan oleh mesin untuk membuat peta topografi tiga dimensi (3D) dari area tersebut.

"Kami mengisi celah sejarah yang sangat besar, terutama untuk Afrika selatan, karena sejarah pra-kolonial di Afrika Selatan tidak memiliki catatan tertulis," kata Fern Imbali Sixwanha, seorang mahasiswa doktoral arkeologi di University of the Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dihuni Oleh Suku Tswana

Hasil lidar mengungkapkan adanya kamp konsentrasi yang lebih besar pada seluruh struktur berdinding batu kuno itu --sekitar 800 hingga 900 kamp secara keseluruhan. Selain itu, setiap kompleks diperkirakan bisa menampung beberapa keluarga, antara 5.000 dan 10.000 orang, pada tahun 1820.

Pemberian tanggal pada struktur-struktur tersebut didasarkan pada gaya arsitektur khas struktur, yang juga ditemukan di kota-kota bersejarah Afrika, jauh di barat Kweneng.

Suku Tswana, sekelompok orang yang masih tinggal di Botswana, Afrika Selatan dan daerah tetangganya, diduga menjadi populasi yang pernah menghuni Kweneng.

Dengan meneliti mereka, para ilmuwan berharap bisa menemukan seperti apa kehidupan masyarakat di Kweneng pada zaman dahulu, arsitektur yang digunakan dan bagaimana orang-orang ini membangun kota mereka.

"Ini (Kweneng) adalah ibu kota orang-orang Tswana pra-kolonial, terbesar yang kita ketahui sejauh ini," ungkap Sadr.

Selain itu, Kweneng adalah satu-satunya kota Suku Tswana yang dihuni dari tahun 1400-an atau 1500-an, sejak hanya ada segelintir hunian, sampai ke periode pra-klasiknya pada tahun 1600-an, ketika desa kecil sudah terbentuk.

"Dalam fase klasiknya, antara sekitar 1750 dan 1825, Kweneng tumbuh menjadi sebuah kota yang berkembang," pungkas Sadr.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.