Sukses

Topi Melania Trump Saat ke Afrika Tuai Kritik, Kenapa?

Kritik berdatangan ketika Melania Trump mengenakan topi putih saat melawat ke Kenya. Apa salahnya?

Liputan6.com, Nairobi - Ketika Ibu Negara Amerika Serikat Melania Trump pertama kali melangkah keluar ke depan awak pers saat melakukan kunjungan kehormatan di Nairobi, Kenya pada Jumat 5 Oktober 2018, istri Presiden Donald Trump itu mengenakan pakaian yang cocok dengan aktivitas yang ia lakukan.

Jumat lalu, Melania berada di David Sheldrick Wildlife Trust, siap untuk menimang dan memberi makan bayi gajah, yang berjingkrak-jingkrak dan bermain dengan pengasuh mereka di atas gundukan besar tanah. Ia juga menyambangi rumah panti asuhan yang berlokasi di Nairobi.

Itulah mengapa, paduan busana yang dikenakan Melania --kemeja putih yang diselipkan ke dalam celana panjang coklat plus sepatu bot kulit coklat-- dianggap cocok dengan aktivitasnya.

Tapi, ketika dia pindah ke aktivitas berikutnya, berupa safari yang dipandu oleh pemandu di Taman Nasional Nairobi yang berdekatan dengan David Sheldrick Wildlife Trust, Melania menambahkan aksesori pada gaya berbusananya: sebuah topi pith putih --yang kemudian menuai kritik.

Dengan menambahkan topi itu, gaya berbusana Melania Trump berpindah dari spektrum 'berpakaian demi kepentingan praktis' menjadi ke arah 'berpakaian untuk memicu kembali kenangan pahit kolonialisme di Afrika', kata seorang pengamat, seperti dikutip dari CNN (8/10/2018).

Topi pith digunakan secara luas oleh militer Eropa di koloni-koloni mereka di seluruh Afrika dan di India, serta menjadi penutup kepala antimatahari yang populer bagi orang-orang Eropa yang mengunjungi atau hidup di negara koloni pada tahun 1930-an, menurut Gentleman's Gazette.

Matt Carotenuto, seorang sejarawan dan koordinator African Studies di St. Lawrence University, membandingkan pilihan topi yang dikenakan Melania "seperti seorang kulit putih di sebuah perkebunan kapas Alabama dalam seragam ala warga Konfederasi AS pada periode ketika perbudakan kulit hitam berada pada titik puncaknya."

Carotenuto juga menambahkan bahwa gaya berbusana Melania pada hari Jumat melengkapi segala aktivitas stereotip khas keluarga kaya orang kulit putih yang sedang bersafari di Afrika, yang terdiri dari "melihat gajah, menyambangi rumah anak yatim Afrika, sambil mengenakan topi pith."

Meski topi pith masih tersedia untuk dibeli secara online atau di toko-toko topi, namun, selama lintas generasi, penutup kepala itu dianggap oleh komunitas sejarawan sebagai lambang pemerintahan kolonialis kulit putih selama bertahun-tahun di Afrika, dan, menurut The Guardian, "merupakan simbol status - dan penindasan."

Tidak jelas apakah Melania mengetahui makna dari topi pith itu, dan kantornya tidak menanggapi permintaan CNN untuk berkomentar.

Kendati demikian, banyak pihak menilai bahwa Melania Trump bisa saja tak menggunakan topi pith itu, jika ia beralasan bahwa penutup kepala itu difungsikan sebagai pelindung dari sinar matahari. Itu dikarenakan mengingat dirinya duduk dengan nyaman di kursi belakang mobil safari Toyota Land Cruiser yang beratap.

Agen Paspampres di kendaraan itu juga tidak mengenakan topi pith atau helm, dan pemandu yang duduk di belakangnya mengenakan baret yang seragam dengan pakaian lorengnya. Selain itu, sementara tidak ada aturan atau norma yang diberlakukan terkait apa yang dikenakan pada safari, disarankan secara luas agar peserta menghindari warna putih terang, merah atau neon --karena dikhawatirkan memancing predator.

Tentara, pemandu, dan spesialis margasatwa mengganti penggunaan topi pith dengan tutup kepala yang lebih praktis dan kurang kontroversial. Tetapi, topi pith masih digunakan secara seremonial di beberapa acara kenegaraan, atau, oleh turis di Afrika yang memiliki pengalaman terbatas pada kondisi dan kepekaan sosial-budaya-sejarah lokal.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Warganet

Berikut sejumlah tanggapan warganet.

"Topi pith yang Anda bawa itu digunakan oleh penjajah selama masa-masa gelap kolonialisme. Tidak cocok dengan kita orang Afrika. Siapa yang menyarankan Anda? ”Tulis Pauleen Mwalo, dari Nairobi, via Twitter.

Sementara itu, muncul pula cuitan-cuitan lain sebagai berikut:

Dan tweet yang satu ini:

Juga tweet yang berikut ini:

Sementara netizen lainnya menanggapi dengan humor:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.