Sukses

Gina Haspel, Wanita Pertama yang Jadi Direktur CIA

Haspel sempat menghadapi tentangan keras di Senat atas peran kontroversialnya dalam pengunaan metode interogasi penyiksaan oleh CIA.

Liputan6.com, Washington, DC - Gina Haspel telah dikonfirmasi sebagai direktur baru CIA. Ia mencatat sejarah sebagai wanita pertama yang memimpin badan intelijen Amerika Serikat.

Haspel sempat menghadapi tentangan keras di Senat atas peran kontroversialnya dalam pengunaan metode interogasi penyiksaan oleh CIA, namun ia akhirnya mendapat konfirmasi dengan perbandingan 54-45.

Seperti dikutip dari Telegraph.co.uk, Jumat (18/5/2018), selama dengar pendapat dengan Senat, wanita berusia 61 tahun tersebut bersikeras tidak meyakini bahwa metode penyiksaan akan berhasil. Ia juga menegaskan akan menolak perintah presiden untuk melakukan metode interogasi penyiksaan yang dianggapnya "tidak bermoral", sekalipun itu sah.

Haspel adalah veteran dengan 33 tahun pengalaman di CIA. Adapun terkait vote terhadap Haspel, enam politisi Demokrat menyetujuinya. Sementara itu, dua Republikan memilik tidak.

Penyetujuan terhadap Haspel terjadi di tengah penolakan keras atas keterkaitannya dengan sejumlah metode penyiksaan, termasuk waterboarding, pada tahun-tahun pasca serangan 11 September.

Pada tahun 2002, Haspel menjabat sebagai kepala CIA di Thailand, di mana lembaga intelijen itu dilaporkan melakukan interogasi dengan menggunakan metode penyiksaan di penjara rahasia. Tiga tahun kemudian, ia disebut-sebut memerintahkan penghancuran rekaman video berisi interogasi tersebut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mendapat Dukungan Penuh dari Donald Trump

Senator Republik, John McCain, sempat mendesak Senat untuk tidak memilih Haspel. Dan hingga detik terakhir, pada saat pemungutan suara pada hari Kamis, McCain konsisten dengan sikapnya.

McCain yang sempat menjadi tawanan perang di Vietnam mengatakan bahwa penyetujuan atas sosok Haspel akan mengirim pesan yang salah.

Bagaimanapun, Haspel mendapat dukungan kuat dari pemerintahan Donald Trump, mayoritas pejabat intelijen saat ini dan sejumlah mantan anggota parlemen, termasuk dari kubu Demokrat.

Senator Mark Warner, politikus top Demokrat yang duduk di Komite Intelijen, yang mengawasi pencalonan Haspel, juga mendukung wanita itu.

"Saya percaya dia adalah seseorang yang bisa dan akan menghadapi presiden dengan berani, yang akan mengatakan kebenaran kepada penguasa jika presiden memerintahkannya melakukan sesuatu yang ilegal atau tidak bermoral, seperti kembali ke penyiksaan," katanya dalam sebelum pemungutan suara.

Sejumlah kelompok HAM dengan cepat mengecam pemungutan suara. Laura Pitter dari Human Rights Watch menyebutnya "produk sampingan yang dapat diprediksi dan disalahpahami dari kegagalan AS untuk mengatasi pelanggaran masa lalu."

Haspel naik ke tampuk pimpinan CIA setelah diajukan oleh Donald Trump pada bulan Maret 2018 untuk menggantikan Mike Pompeo yang kini menjadi menteri luar negeri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.