Sukses

Balas Dendam, China Berlakukan Bea Impor Atas Daging dan Buah dari AS

Komisi Tarif dan Bea Cukai China meningkatkan bea terhadap delapan produk impor Amerika Serikat, termasuk pasokan daging babi hingga dua persen.

Liputan6.com, Beijing - China memberlakukan bea impor baru terhadap daging babi, buah-buahan dan sejumlah barang impor dari Amerika Serikat senilai US$ 3 miliar sebagai balasan atas bea impor terhadap baja dan alumunium yang diberlakukan Presiden Donald Trump.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (3/4/2018), Kementerian Keuangan China dalam sebuah pernyataan menyatakan tarif baru ini mulai diberlakukan kemarin.

Pengumuman ini dikeluarkan setelah sejumlah pejabat China beberapa pekan ini menyampaikan peringatan atas peningkatan perselisihan dagang dengan Amerika.

Komisi Tarif dan Bea Cukai China meningkatkan bea terhadap delapan produk impor Amerika Serikat, termasuk pasokan daging babi hingga dua persen.

Kenaikan bea baru sebesar 15 persen juga diberlakukan terhadap 120 komoditi impor Amerika, termasuk buah-buahan.

Gedung Putih belum merespon permintaan Associated Press atas pengumuman kebijakan dari pemerintah China.

Kenaikan tarif yang diberlakukan China itu menyusul kenaikan bea masuk sebesar 25 persen untuk impor baja dan 15 persen untuk aluminium.

Tarif bea masuk yang diberlakukan Trump merupakan tanggapan terhadap keluhan bahwa China telah mencuri teknologi atau menekan perusahaan-perusahaan asing untuk menyumbangkan teknologi mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

China dan AS Jadi Penyumbang Terbesar Pertumbuhan Ekonomi Global

Bank Dunia atau World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan berada di kisaran 2,8 persen pada 2017 - 2019. Sebagian besar pertumbuhan ini masih akan disumbang oleh dua negara besar, China dan Amerika Serikat.

Dilansir dari visualcapitalist.com, kontribusi dua negara ini bakal mengendalikan lebih dari setengah pertumbuhan ekonomi global. China jadi negara dengan pengaruh paling besar dimana 35,2 persen pertumbuhan global akan datang dari negara ini. Sementara Amerika Serikat berada di peringkat kedua dengan presentase 17,9 persen.Meski pertumbuhan ekonomi China sudah melambat, Bank Dunia masih memprediksi negeri Tirai Bambu ini mampu tumbuh 6,5 persen pada 2017. Sementara pada 2018 dan 2019 pertumbuhan ekonomi China ditaksir berada di kisaran 6,3 persen.

Hal yang berbeda dialami oleh negeri Paman Sam. Pemerintahan Donald Trump yang mengeluarkan berbagai kebijakan ditakutkan bisa berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negaranya dan secara tidak langsung berefek pada perekonomian global.

Walau begitu, negara adidaya ini akan tetap jadi salah satu penyumbang pertumbuhan global yang cukup signifikan.

Selain China dan Amerika Serikat, negara penyumbang pertumbuhan ekonomi global lainnya adalah India. Sebanyak 8,6 persen pertumbuhan akan datang dari negara ini.

Negara-negara Eropa berada di posisi keempat dengan kontribusi sebesar 7,9 persen. Yang menarik, Indonesia juga mampu jadi salah satu negara dengan yang berpengaruh pada perekonomian global dengan presentase 2,5 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.