Sukses

China: Potongan Tiangong-1 Jatuh ke Bumi Awal April, tapi...

Pemerintah China mengklaim Tiangong-1 akan jatuh ke Bumi pada awal April ini. Mereka memprediksi stasiun angkasa luar itu akan meledak dengan puing-puing yang tersebar.

Liputan6.com, Beijing - Stasiun angkasa luar milik China, Tiangong-1, dikabarkan semakin mendekati atmosfer Bumi. Benda tersebut kini sudah menjadi sampah antariksa karena tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Sejumlah ahli memprediksi, Tiangong-1 akan jatuh di Bumi pada awal April 2018.

Namun di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China menegaskan, wahana antariksa berbobot 8,5 ton itu tidak mungkin menyentuh tanah di Bumi. Pasalnya, ketika menyentuh atmosfer, "Istana Langit" tersebut sudah terbakar habis.

Sedangkan untuk mengetahui perkembangan selanjutnya, pemerintah China menyatakan akan bertanggung jawab dengan terus memantau pergerakan Tiangong-1, termasuk berkoordinasi dengan PBB.

Berbicara saat melakukan jumpa pers, juru bicara Kemenlu China, Lu Kang, menyampaikan bahwa pemerintah secara berkelanjutan terus memberi informasi kepada badan antariksa PBB mengenai informasi terkini Tiangong-1.

Menurut Lu, China siap mengambil sikap dan berlaku transparan.

"Jika dijumpai kasus demikian, maka kami akan langsung mengontak negara yang bersangkutan," demikian kata Lu, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Jumat 30 Maret 2018.

"Mengenai pemberitaan yang saya dengar, untuk saat ini, fragmen yang jatuh ke tanah tidak terlalu besar, kemungkinannya sangat kecil," imbuhnya.

Stasiun angkasa luar berbentuk tabung dengan panjang 10,4 meter itu merupakan laboratorium ruang angkasa pertama China. Diluncurkan ke orbit pada 29 September 2011, Tiangong-1 yang memiliki diameter 3,4 meter dilengkapi bentangan panel surya. Benda itu mengorbit pada ketinggian 350 kilometer.

Peluncuran Tiangong-1 disebut-sebut menjadi bagian dari program ruang angkasa China yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.

Memajukan program angkasa luar, bagi China, adalah prioritas utama Presiden Xi Jinping. Ia berulang kali berupaya agar Beijing memiliki 'taring' dalam hal antariksa di mata global.

Pada periode 2012-2013, Tiangong-1 pernah ditempati dua astronot Republik Rakyat Tiongkok, termasuk astronot wanita pertama China. Kru terakhir berangkat pada 2013 dan kontak dengan Tiangong-1 hilang pada 2016.

Sejak itulah, Tiangong-1 berjalan sendiri tanpa kendali China.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kapan dan di Mana Jatuhnya Tiangong-1?

Badan Antariksa Eropa (European Space Agency) memperkirakan Tiangong-1 akan masuk atmosfer Bumi antara Sabtu malam dan Senin pagi (31 Maret dan 1 April 2018).

Akibat adanya hambatan atmosfer, masuknya Tiangong-1 ke Bumi akan mengalami penurunan ketinggian. Dari ketinggian semula sekitar 350 km, pada pertengahan Maret ketinggiannya diprediksi sudah mencapai 250 km.

Semakin mendekati Bumi, atmosfer makin padat sehingga laju penurunan Tiangong-1 akan semakin cepat. Bila ketinggiannya telah mencapai sekitar 120 km, Tiangong-1 sudah dianggap jatuh.

Pada ketinggian 120 km tersebut, atmosfer yang cukup padat akan membakar dan memecahkan objek tersebut. Hanya dalam hitungan menit, pecahannya akan jatuh di sepanjang jalurnya.

Sementara itu, perkiraan terbaru badan antariksa China menyebut, Tiangong-1 mulai masuk kembali ke atmosfer Bumi antara hari Minggu 31 Maret dan Rabu 4 April.

Baru-baru ini kepala perancang Tiangong-1, Zhu Zongpeng, membantah bahwa Tiangong-1 sudah tidak dapat dikendalikan. Kendati demikian, China pasti sudah mengatur ulang pesawat angkasa luar ini.

Berdasarkan orbit, Tiangong-1 akan jatuh di suatu tempat di Bumi, di antara garis 43 derajat Lintang Utara dan 43 derajat Lintang Selatan, menurut laporan yang dilansir News.com.au, Sabtu (31/3/2018).

Posisi itu kira-kira ada di sebuah wilayah di Amerika Serikat, China, Afrika, Eropa selatan, Australia, dan Amerika Selatan. Di luar jangkauannya adalah Rusia, Kanada dan Eropa Utara.

Berdasarkan ukuran, kemungkinan bagian yang tidak terbakar hanya 10 persen, terutama komponen yang berbobot berat, seperti mesin.

Ren Guoqiang, juru bicara Kementerian Pertahanan China, mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa Beijing telah memberi pengarahan kepada PBB dan masyarakat internasional tentang masuknya Tiangong-1 melalui berbagai saluran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.