Sukses

3-4-1948: Presiden AS Mengesahkan Dana untuk Pulihkan Eropa dari Perang Dunia II

Hari ini, 70 tahun yang lalu, Presiden AS mengesahkan kebijakan bernama European Recovery Program (ERP) atau Marshall Plan.

Liputan6.com, Washington, DC - Hari ini, 70 tahun yang lalu, Presiden Amerika Serikat Harry S Truman menandatangani dan mengesahkan sebuah kebijakan bernama European Recovery Program (ERP) atau Marshall Plan.

Kebijakan itu berbentuk program kucuran dana dari AS, guna memulihkan Eropa yang luluh-lantak usai Perang Dunia II -- yang berakhir pada tahun 1945.

Tak sekedar bantuan ekonomi, kebijakan itu seiring waktu juga dimaksudkan untuk menguatkan Eropa -- terkhusus Barat -- dari segi sosial-politik. Tujuannya, demi membendung pengaruh komunis yang datang dari Uni Soviet di Eropa Timur.

Marshall Plan, seperti tenar dikenal, adalah julukan dari kebijakan European Recovery Program (ERP) tersebut. Demikian seperti dikutip dari History untuk Today in History Liputan6.com, Selasa (3/4/2018).

Penggagasnya adalah Menteri Luar Negeri AS George C Marshall. Oleh karenanya, kebijakan itu dijuluki dengan nama belakang sang menlu.

Menlu Marshall pertama kali menyebut ide kebijakan itu kala berpidato di Harvard University, tepat pada tanggal 5 Juni 1947.

Dalam kesempatan itu, sang menlu menegaskan, penting agar Negeri Paman Sam menyingsingkan lengan baju untuk Benua Biru yang porak-poranda usai perang menahun.

Di Harvard, mantan Jenderal AS itu juga mengatakan agar Washington bisa memulai kucuran bantuan dengan memanfaatkan platform kebijakan pemulihan ekonomi domestik dari masing-masing negara di Eropa.

Pertemuan di Paris

Bak gayung bersambut, beberapa pekan usai pidato Marshall, Inggris dan Prancis mengundang diplomat negara-negara di penjuru Eropa untuk mengadakan pertemuan di Paris.

Tujuannya, menindaklanjuti inisiatif Menlu Marshall terkait perampungan rencana kebijakan pemulihan Benua Biru.

Tapi, kebanyakan perwakilan yang memenuhi undangan Inggris dan Prancis adalah negara-negara Eropa Barat.

Sedangkan, kubu Eropa Timur, seperti Uni Soviet dan negara pro-Moskow (Ceko-Slovakia, Hungaria, dan Polandia) menolak undangan itu. Meski Soviet tak hadir, pertemuan di Paris tetap berlangsung.

Negara-negara yang tetap ikut serta dalam pertemuan di Paris menamakan diri mereka sebagai The Committee of European Economic Cooperation (CEEC). Tak hanya terlaksana sekali, pertemuan itu kemudian berkesinambungan hingga beberapa bulan ke depan.

Sampai pada Maret 1948, ketika CEEC menyerahkan proposal rencana kebijakan pemulihan Eropa kepada Kongres Amerika Serikat di Washington DC.

Dewan Legislatif AS menyetujui proposal tersebut pada 2 April 1948. Kemudian, mereka menyerahkannya kepada Presiden AS Harry Truman, guna legalisasi.

Tak menunggu waktu lama, pada 3 April 1948, Presiden Truman pun melegalisasi kebijakan itu.

Menumbuhkan Pertanian dan Industri Eropa

Sesuai mandat Marshall Plan, dibentuklah Economic Cooperation Administration (ECA) sebagai lembaga pengelola sekaligus penyalur dana bantuan dari Washington DC.

Amerika Serikat menggelontorkan US$ 13 miliar dalam beragam bentuk bantuan. Kemudian, bantuan itu dikelola dan didistribusikan oleh ECA kepada berbagai negara Eropa selama empat tahun (1948 - 1951).

Sebagian besar dana diberikan dalam bentuk hibah dan sisanya dalam bentuk pinjaman.

Tujuh belas negara di Eropa barat dan selatan menjadi penerima bantuan.

Mereka meliputi Inggris, Austria, Belgia, Belanda, Denmark, Prancis, Swedia, Islandia, Irlandia, Yunani, Italia, Luksemburg, Norwegia, Portugal, Swiss, Turki, dan Jerman Barat.

Dana tersebut ternyata membantu produktivitas pertanian dan industri di Eropa, dan membantu meremajakan produksi barang-barang yang terkendala untuk dibuat, seperti bahan kimia, teknik dan baja.

Usai menerima Marshall Plan, negara-negara penerima donor mengalami kenaikan produk nasional bruto (GDP) sekitar 15 - 25 persen.

Sementara itu, menurut Tim Weiner penulis buku Legacy of Ashes: History of the CIA, Marshall Plan turut mengucurkan dana tersebut kepada Badan Intelijen AS (CIA).

CIA menerima US$ 685 juta atau 5 persen dari total Marshall Plan.

Uang itu digunakan untuk mendanai operasi intelijen terselubung di seantero Eropa, yang ditujukan untuk memanipulasi dinamika sosial-politik, propaganda, dan menyokong pemberontakan di negara-negara Benua Biru.

Sasarannya adalah, kelompok atau negara pro Amerika Serikat yang hendak melakukan pemberontakkan terhadap pengaruh atau intervensi Uni Soviet yang berideologi komunis.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.