Sukses

Kisah WNI Malang Sukses Jadi Chef Sushi di Amerika

Awalnya, tidak pernah terpikir oleh Rahman untuk menjadi chef sushi di AS. Sebab berjuang mencari pekerjaan di AS bukanlah hal yang mudah.

Liputan6.com, Virginia - Seorang pemuda asal Bantur, Malang, Jawa Timur, kini menjabat sebagai kepala chef atau koki sushi di sebuah restoran Jepang bernama 'Samurai,' yang terletak di kota Fairfax, di negara bagian Virginia. Dia adalah Rahman Pananto yang sudah 11 tahun bermukim di Amerika.

"Bangun tidur sudah pegang ikan," kata Rahman sambil bercanda seperti Liputan6.com kutip dari VOA News, Minggu (5/6/2016).

Sejak kecil memang Rahman selalu membantu bapak dan ibunya berjualan ikan. Namun siapa sangka ternyata kini profesinya tidak jauh-jauh dari binatang air itu.

Awalnya tidak pernah terpikir oleh Rahman untuk menjadi chef sushi di AS. Sebab berjuang mencari pekerjaan di Amerika bukanlah hal yang mudah.

"Susah-susah gampang. Tapi kalau kita tahu informasi, tahu komunitas, ada komunitas namanya Kuli Dollar (di Washington, DC). Itu sangat membantu," jelas pria kelahiran 1981 ini.

Persaingan menjadi sushi chef di restoran-restoran di AS juga sangat ketat. Tidak putus asa, Rahman mengawali kariernya di AS dengan mencuci piring di restoran.

Dari situlah ia pindah kerja dan mengikuti pelatihan di kedai sushi di sebuah supermarket di AS, di mana ia diajarkan pengetahuan dasar mengenai sushi.

"Jadi selama tiga bulan, cuci-cuci ikan, potong-potong ikan," kata pria yang mengaku belum pernah makan sushi hingga pindah ke AS ini.

Selain itu, Rahman juga diajarkan memasak nasi khusus untuk sushi dan memotong sayur-sayuran seperti timun yang biasa digunakan sebagai pelengkapnya.

Ia juga diajarkan menggunakan pisau yang benar. Pisau yang digunakan untuk memotong sushi pun harus tajam. Menurut Rahman, pisau buatan Jepang sangat bagus. Harganya pun bisa mencapai sekitar Rp 68 juta.

Selama tujuh tahun Rahman bekerja di berbagai kedai sushi di supermarket di AS, di mana ia kemudian dipercaya menjadi supervisor. Berangkat dari situ, Rahman pindah bekerja sebagai chef sushi di beberapa restoran di AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

7 Tahun Bekerja di Restoran Sushi

WNI asal malang itu menuturkan, selama tujuh tahun ia bekerja di berbagai kedai sushi di supermarket di AS. Hingga akhirnya ia dipercaya menjadi supervisor.

Berangkat dari situ, Rahman pindah bekerja sebagai chef sushi di beberapa restoran di AS.

"Saya ingin tahu ilmunya bagaimana," jelas pria yang selama tinggal di AS sudah pernah bekerja di lima kedai sushi dan enam restoran di negara bagian Virginia, Washington, DC dan Maryland, AS ini.

Pada 2007, Rahman sempat mewakili salah satu kedainya mengikuti kontes yang menguji kecepatan seorang chef membuat sushi di kota Baltimore, AS.

"Alhamdulillah menang, hadiahnya waktu itu laptop kecil," cerita chef sushi yang juga sering melayani pesta-pesta di wilayah Virginia dan Maryland ini.

Perjuangan Rahman selama berkarier di bidang kuliner di AS tidaklah sia-sia. Akhirnya ia dipercaya menjadi kepala chef sushi di restoran Samurai sejak 2014.

Menjadi chef sushi menurut Rahman cukup banyak tantangannya. Ia harus bisa mengenal tekstur dan berbagai jenis ikan yang khusus digunakan untuk sushi.

"Semua ikan kita ada sertifikatnya," kata Rahman. "Jadi vendor kita atau penjual ikan kita itu menggaransi ikan kita itu aman untuk dikonsumsi. Jadi ada dua tipe ikan. Ikan yang biasa, harus matang kalau dimakan. Ini mentah dimakan, aman. Jadi kalau ada orang sakit, kita bisa menuntut (vendor)," lanjutnya.

Selain itu, Rahman juga harus menggunakan keahliannya menghias sushi dan piring yang akan disajikan kepada pelanggan.

"Biar enak dipandang mata saat disajikan," ujar alumni dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Kemampuan Rahman juga diuji saat restoran tempat ia bekerja ramai pelanggan.

"Tantangan sehari-hari ya dari kita sendiri. Maksudnya skill, kecepatan bikin sushi dan kualitas produk. Tetap bagus walau dalam tempo waktu yang sedikit. Misalnya dalam prime time kita, waktu makan malam jam 6 sampai 9,” kata pria yang juga menyambi sebagai loper koran di negara bagian Virginia sejak 2006 ini.

Yang menarik adalah ketika ia harus melayani pelanggan yang belum pernah mencoba makanan khas Jepang ini.

"(Pelanggan) itu (rasa ingin tahunya) tinggi. Seperti dari mana ikan kita? Bagaimana cara membuatnya? Rasanya bagaimana? Nah, itulah salah tugas kita untuk menjelaskan ke mereka-mereka (tentang) produk-produk kita," jelas pria yang hobi berbagi pengalaman dengan sesama chef ini.

Bagi pelanggan yang belum pernah mencicipi sushi, biasanya Rahman menawarkan menu sushi dengan ikan yang matang.

"Kalau mereka belum pernah makan ikan mentah, biasanya saya lebih prefer ke yang vegetable dulu. Habis itu kalau ikan yang matang dulu," jelas pria yang berencana untuk membuka kedai atau restoran sushi di Indonesia suatu hari nanti.

3 dari 3 halaman

Berpenghasilan Hingga Rp 50 Juta

Dari penuturan Rahman, diketahui bahwa penghasilan mingguan seorang chef sushi di AS bisa mencapai sekitar Rp 34 juta. Sementara sekitar Rp 50 juta untuk kepala chef sushi.

Tidak lupa Rahman pun berterima kasih kepada kedua orangtuanya yang selalu mendukung karirnya.

"Bapak saya itu menjual sapi sama menggadai rumah (untuk biaya Rahman pergi ke AS)," kenang pria yang memiliki usaha rumah kos di Malang ini.

"Salam hormat sama bapak dan ibu, dan terima kasih yang tak terhingga telah memberikan kesempatan dan memberikan kepercayaan kepada Rahman, yang selalu ada saat saya jatuh, dan tentu semangat yang luar biasa yang telah diberikan," lanjutnya.

Kepada teman-teman yang ingin menekuni profesi seperti dirinya, Rahman berpesan agar selalu sabar dan jangan cepat putus asa.

"Karena nanti pasti bertemu dengan (teman kerja) yang too much drama. Enggak mau mengajari, kasar dan lain-lain. Yang pasti harus humble. Respect sama senior dan yang paling penting adalah percaya kalau kita bisa. Gagal di restoran yang satu berarti kesempatan di restoran yang ke-2. Never give up," pungkas Rahman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.