Sukses

Pejabat AS Konfirmasi Identitas Asli 'Jihadi John' ISIS

Mohammed Emwazi, warga London, Inggris yang lahir di Kuwait diduga identitas di balik sosok kejam Jihadi John, algojo ISIS.

Liputan6.com, Washington DC - Julukannya 'Jihadi John'. Awalnya tak ada yang tahu identitas sosok algojo misterius itu. Ia kerap muncul dalam video-video pemenggalan sadis oleh ISIS, dengan wajah ditutupi kedok hitam, hanya suaranya yang beraksen Inggris kental yang terdengar.

Misteri itu belakangan terkuak, setelah sejumlah media mengabarkan soal identitasnya, giliran 2 sumber pejabat Amerika Serikat, dan 2 sumber anggota Kongres yang mengonfirmasi kabar tersebut. Kepada CNN, para sumber membenarkan satu nama: Mohammed Emwazi, warga London, Inggris yang lahir di Kuwait.

Washington Post, media yang kali pertama menguak identitas Jihadi John menyebut Emwazi diketahui pergi ke Suriah pada tahun 2012 dan kemudian bergabung dengan ISIS di negara yang bergejolak itu.

Sebelumnya, pihak Kepolisian London dan pejabat Inggris menolak mengonfirmasi kabar tersebut.  "Kami telah meminta media untuk tidak berspekulasi tentang rincian investigasi kami atas dasar bahwa itu berisiko terhadap keselamatan," kata Komandan  Richard Walton dari  Counter Terrorism Command, Metropolitan Police, seperti dikutip dari CNN, Jumat (27/2/2015).

"Kami tak akan mengonfirmasi identitas seseorang dalam tahap ini atau memberikan pembaruan informasi tentang kemajuan investigasi kontraterorisme."

Sementara petinggi organisasi HAM yang berkantor di London dan organisasi advokasi Muslim yang pernah berinteraksi dengan Emwazi mengaku tak bisa memastikan 100 persen bahwa dia adalah Jihadi John.

Emwazi diketahui lahir di Kuwait pada tahun 1988. Saat ia berusia 6 tahun, keluarganya pindah ke London, demikian ujar organisasi tersebut, CAGE Advocacy.

Emwazi kuliah di University of Westminster, London dan lulus pada tahun 2009 sebagai sarjana komputer. "Ia berharap dengan gelarnya itu, ia bisa sukses berkarir di negara-negara Arab. Sebab, ia lancar berbahasa Arab, Inggris, dengan aksen British," demikian keterangan CAGE terkait sosok Emwazi.

Menurut Washington Post, salah satu rekan mengatakan, jalannya menuju radikalisasi dimulai saat Emwazi bepergian ke Afrika Timur, tepatnya ke Tanzania pada tahun 2009.

Ia diduga awalnya berniat wisata safari di sana. Namun, dilaporkan ditahan saat tiba di bandara, menginap semalam sebagai tahanan, lalu dideportasi. Emwazi juga pernah ditahan oleh aparat kontraterorisme di Inggris pada 2010.

Alienasi?

Asim Qureshi, direktur riset CAGE mengungkapkan, ia tak bisa 100 persen memastikan bahwa Emwazi adalah Jihadi John. Apalagi, sosok sadis dalam video-video ISIS bertolak belakang dengan Emwazi yang ia kenal.

Emwazi, menurut Qureshi, adalah sosok 'sopan' dan pria muda yang tampan, yang muncul ke kantor CAGE membawa buah tangan, tanda terimakasih pada organisasi yang telah membantunya itu.

Emwazi meminta bantuan CAGE pada 2009, mencari dukungan saat ia merasa aparat Inggris, dalam istilah Qureshi, 'telah melecehkannya'.

Jika benar Emwazi adalah Jihadi John, Asim Qureshi mengaku tak terkejut. Sebab, kata dia, banyak Muslim merasa teralienasi dalam masyarakat. Itu mungkin yang dirasakan Emwazi sehingga ia berontak. "Strategi keamanan nasional kita (Inggris) dalam kurun waktu 13 tahun terakhir justru makin memperparah alienasi itu."

The Washington Post juga mengungkap email yang ditulis Emwazi, setelah ditahan aparat Inggris yang menghalanginya terbang ke Kuwait.

"Aku punya pekerjaan yang menantiku, juga pernikahan," tulisnya dalam email yang ditulus Juni 2010 untuk Qureshi.

"Tapi kini, aku merasa seperti seperti tahanan, tak hanya terkurung di London. Seseorang yang dibatasi, dikontrol, oleh aparat keamanan. Mereka menghalangiku untuk menjalani hidup baru di tanah kelahiran dan negaraku sendiri, Kuwait."

Namun, Haras Rafiq, managing director Quilliam Foundation, organisasi kontraterorisme yang berpusat di Inggris mengatakan, CAGE menuding pihak yang salah.  

Menurut dia, jelas Emwazi telah diradikalisasi sebelum tahun 2010. Badan Intelijen yang  menghentikan Emwazi bepergian ke Tanzania diyakini memiliki bukti bahwa ia berniat bergabung dengan kelompok ekstremis Al-Shabaab di Somalia. Bukan sekedar safari. (Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.