Sukses

Ulama Radikal Abu Qatada Bebas dari Tuduhan Teror Malam Milenium

Abu Qatada dijuluki tangan kanan Osama bin Laden di Eropa. Meski bebas, ia tak akan bisa kembali ke London, Inggris.

Liputan6.com, Amman - Ulama radikal Abu Qatada dinyatakan tak bersalah atas tuduhan pelanggaran terorisme. Demikian vonis yang dikeluarkan Pengadilan di Amman, Yordania, hari ini, Rabu (24/9/2014).  

Seperti dimuat BBC, panel juri, yang terdiri warga sipil berpendapat, pria yang dijuluki 'tangan kanan Osama bin Laden di Eropa' tak bersalah atas perkara keterlibatan dalam rencana teror perayaan milenium tahun 2000 -- yang digagalkan aparat.

Keputusan tersebut membatalkan vonis sebelumnya. Pada tahun 2000 Abu Qatada dijatuhi hukuman 15 tahun penjara secara in absentia karena merencanakan serangan teror selama perayaan milenium di Yordania.

Vonis tersebut juga dikeluarkan setelah ia dinyatakan tak bersalah atas dugaan konspirasi pemboman 1998 di Yordania, Juni 2014 lalu.

Abu Qatada dideportasi dari Inggris Juli 2013 lalu, untuk disidangkan di Yordania, negara asalnya. Sidang Qatada digelar oleh pengadilan keamanan negara itu, bertempat di pangkalan militer di Marka, sebuah desa di ibukota Amman.

Qatada dituding menyediakan dukungan spiritual lewat tulisannya, untuk sejumlah pria yang diduga merencanakan sejumlah kejahatan yang ditujukan pada target Barat dan Israel di Yordania, pada malam pergantian Milenium.

Penyelidik Yordania dan AS mengawasi sel kelompok yang diyakini merencanakan teror tersebut dan menggerebek sejumlah rumah di Amman, beberapa pekan sebelum malam tahun baru 2000. Jaksa menyebut, buku-buku Qatada ditemukan dalam penggerebekan. Mereka juga menuduhnya memasok dana ke komplotan.

Qatada membantah tuduhan dalam sidang yang diselingi oleh sejumlah ledakan kemarahannya.

Meskipun Abu Qatada akan segera bebas, dia tidak bakal bisa kembali ke London.

Ulama radikal, yang nama aslinya adalah Omar Othman, diberikan suaka di Inggris pada tahun 1994. Namun, badan intelijen MI5 makin melihatnya sebagai ancaman keamanan nasional.

Lebih dari satu dekade, Qatada mengeluarkan pendapatnya yang membenarkan bom bunuh diri. Pada tahun 2005, Departemen Dalam Negeri Inggris mengatakan dia memberikan legitimasi agama untuk orang-orang "yang ingin melanjutkan tujuan ekstrem dan terlibat dalam serangan teroris".

"Abu Qatada tetap tunduk pada perintah deportasi dan larangan perjalanan PBB. Dia tidak akan kembali ke Inggris," kata salah seorang juru bicara Pemerintah Inggris seperti dikutip dari Guardian. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.