Sukses

PBB: Bunuh Tentara Irak Kejahatan Perang

PBB memiliki bukti dari pengawas hak asasi manusia di Irak yang menunjukkan ratusan tentara yang ditahan dieksekusi.

Liputan6.com, Jakarta - Komisaris Hak Asasi Manusia PBB mengatakan pembunuhan berdarah dingin oleh kelompok militan Sunni (ISIS) di Irak utara hampir dipastikan sebagai kejahatan perang.

Komisaris PBB itu, Navi Pillay mengatakan pihaknya memiliki bukti dari pengawas hak asasi manusia di Irak yang menunjukkan ratusan tentara yang ditahan dieksekusi.

Para pejuang dari kelompok militan Sunni ini menguasai sejumlah kota di Irak dalam sepekan terakhir, termasuk Tal Afar di Irak utara serta kota kunci Mosul dan Tikrit. Dalam sejumlah pertempuran terakhir di dekat Fallujah, helikopter tentara dilaporkan ditembak jatuh.

Sekitar 500 ribu orang terpaksa mengungsi akibat perang di Mosul yang dikuasai oleh kelompok ekstremis itu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan serangan udara mungkin dapat digunakan untuk menghentikan militan ISIS di Irak.

"Itu (serangan udara) merupakan salah satu pilihan yang penting untuk menekan dan menghentikan gerakan kelompok yang bergerak dengan konvoi dan truk terbuka untuk meneror orang," kata Kerry seperti dikutip BBC, Selasa (17/6/2014).

Kerry mengatakan, pembunuhan massal adalah kejahatan yang tak bisa dibiarkan dan harus segera dihentikan.

"Bila ada yang membunuh orang dengan cara pembantaian massal seperti ini, tindakan itu harus dihentikan dan perlu dilakukan apa yang perlu untuk menghentikan melalui udara atau cara lain," tambahnya.

Sebelumnya, polisi Spanyol dilaporkan menahan 8 orang karena diduga merekrut milisi untuk berperang di Suriah dan Irak. Mereka memperkirakan sel ini berusaha mengirim orang-orang untuk bergabung dengan kelompok militan ISIS.

Pada operasi yang dilakukan di Madrid pada Senin dini hari kemarin, ikut ditangkap pemimpin sel yang pernah ditahan di penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba setelah ditangkap di Afghanistan.

Sejumlah laporan yang belum dapat dipastikan di media Spanyol mengatakan salah satu dari 8 orang tersebut berasal dari Spanyol, seorang lain dari Argentina dan 6 lainnya dari Maroko.

Pimpinan kelompok yang dilaporkan media Spanyol bernama Lahcen Ikasrrien itu ditahan di Teluk Guantanamo selama beberapa tahun, tetapi dibebaskan tahun 2005 ke Spanyol karena kekurangan bukti.

Polisi juga dilaporkan mencari saudara laki-laki salah satu pelaku pengeboman Madrid. Serangan yang dilakukan milisi Islamis pada 4 kereta pada bulan Maret 2004 itu menewaskan 191 orang dan mencederai 1.800 orang lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini