Sukses

Krisis Israel-Lebanon Terus Memakan Korban

Sebanyak 13 prajurit Israel tewas dalam serangan roket yang ditembakkan milisi Hizbullah. Pertemuan Lebanon Core Group di Roma, Italia, untuk membahas krisis Israel-Lebanon tidak banyak memperoleh kemajuan.

Liputan6.com, Lebanon: Serangan Israel ke Lebanon belum berhenti. Kota Pelabuhan Tyre dan beberapa lokasi di perbatasan Lebanon, misalnya, masih menjadi saksi pertempuran, belum lama berselang. Kelompok militan Hizbullah juga tidak tinggal diam. Mereka juga terus melesakkan puluhan roket ke wilayah Israel. Jaringan Televisi Al-Jazeera melaporkan setidaknya 13 serdadu Israel tewas.

Di Gaza, serangan udara dan darat militer Negeri Zionis yang intensif menewaskan 13 warga Palestina, delapan di antaranya adalah gerilyawan serta seorang bocah berusia di bawah lima tahun. Sementara serangan Israel ke Lebanon telah menewaskan sekitar 400 warga [baca: Israel Masih Menggempur, Korban Terus Berjatuhan].

Korban tidak hanya jatuh di pihak yang bertikai. Serangan Israel ke Kota Khiam, dekat perbatasan Lebanon juga menghantam pos pengamatan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon atau UNIFIL. Empat pengawas berkewarganegaraan Australia, Kanada, Finlandia, dan Cina tewas dalam serangan itu. Padahal pasukan PBB di Lebanon bagian selatan itu sempat menghubungi pihak Israel sebanyak sepuluh kali untuk menyatakan posisi mereka.

Israel menyatakan menyesal atas tewasnya keempat pengamat tersebut dan berjanji akan menggelar investigasi. Pascatewasnya empat pengawas, sejumlah badan kemanusiaan khawatir sebagian wilayah Lebanon terputus dari saluran distribusi. Apalagi sejumlah kapal pembawa bantuan sempat tertahan di perairan Pelabuhan Tyre, Lebanon Selatan.

Sementara itu, pertemuan Lebanon Core Group di Roma, Italia, tampaknya berjalan alot. Waktu konferensi pers bahkan mundur hingga sekitar satu jam sebelum tim inti dalam pertemuan tersebut memberi keterangan. Menteri Luar Negeri Italia Massimo D`Alema hanya menyatakan, para partisipan sepakat untuk secepatnya mewujudkan gencatan senjata untuk mengakhiri aksi kekerasan yang telah berlangsung selama 15 hari. Disepakati juga perlunya penempatan pasukan multinasional PBB. Hanya saja, belum ada kesepakatan mengenai jadwal pasti gencatan senjata segera dilaksanakan.

Menurut mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, para pemimpin Arab sulit berperan lebih aktif mencegah agresi Israel yang meluas hingga Lebanon. Jangankan mengambil tindakan, bertemu untuk mufakat saja susah. "Pemimpin di negara-negara Islam cukup lemah," kata Anwar [baca: Anwar Ibrahim: Pemimpin Negara Islam Lemah].(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini