Sukses

Ciptakan Ekosistem Pendidikan Inklusif, Kemendikbudristek Janji Luncurkan Pelatihan Berjenjang untuk Guru di 2024

Tahun depan Kemendikbudristek akan meluncurkan pelatihan berjenjang untuk pendidikan inklusi yang dapat diikuti oleh semua guru di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif bagi penyandang disabilitas, pemerintah berupaya meluncurkan pelatihan berjenjang bagi para pendidik.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril.

Menurutnya, dalam upaya memberikan pemahaman terkait pendidikan inklusif, Kemendikbudristek menguatkan pelatihan bagi guru-guru. Khususnya dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana pembelajaran yang dapat diimplementasikan untuk seluruh peserta didik apapun latar belakangnya.

“Tahun depan kita akan meluncurkan pelatihan berjenjang untuk pendidikan inklusi yang dapat diikuti oleh semua guru di Indonesia,” kata Iwan dalam rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Senin 11 Desember 2023.

Senada dengan Iwan, Pelaksana tugas Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (Plt. Direktur PMPK), Aswin Wihdiyanto, menyampaikan bahwa berbagai kebijakan Merdeka Belajar saling berkaitan dalam upaya penyelenggaraan ekosistem pendidikan yang inklusif bagi semua. Termasuk di sekolah reguler, sekolah luar biasa dan di satuan pendidikan masyarakat.

“Jadi, pemerintah membuka akses seluas-luasnya untuk pendidikan bagi teman-teman penyandang disabilitas, sekaligus bentuk keberpihakan dan penghormatan pemerintah terhadap penyandang disabilitas,” jelas Aswin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Semua Anak Terlahir Unik

Dalam kesempatan yang sama, para guru berbagi kisah tentang motivasi dan upaya menumbuhkan kemauan untuk terus belajar pada peserta didik disabilitas.

Salah satu yang berbagi kisah adalah Kepala Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), House of Knowledge, Fransisda Tiodora.

Menurutnya, alasan utama yang memotivasi dirinya untuk mengembangkan pendidikan inklusif adalah keyakinan bahwa semua anak terlahir unik dan mempunyai keistimewaan.

“Meskipun mereka berbeda, hal ini menjadi motivasi bagi para guru untuk terus membantu anak-anak ini agar mereka bisa menghadapi dunia luar atau dunia nyata,” ujar Fransisda.

3 dari 4 halaman

Motivasi Guru dalam Mendidik Siswa Disabilitas

Guru lainnya, Lucky Palupi dari Sekolah Kembang mengungkapkan alasan yang mendasari dirinya ingin menjadi guru dari anak-anak istimewa.

Ia mengatakan bahwa hal yang memotivasi untuk menjadi guru anak berkebutuhan khusus didasari kegemarannya untuk mendidik anak menjadi mandiri dan bergembira di sekolah.

“Saya sangat happy ketika seseorang melakukan keberhasilan pencapaian tertentu dari hal-hal yang kecil dalam hidupnya,” ujar Lucky.

Lucky mengakui bahwa terkadang timbul rasa iba ketika melihat perilaku anak-anak berkebutuhan khusus.

“Kasihan dia nggak bisa ini, dia nggak bisa itu. Padahal bagi seorang guru, baiknya bagaimana caranya mendorong agar mereka jadi berdaya dengan melihat potensi yang ada,” tegasnya.

4 dari 4 halaman

Perlu Perubahan Pola Pikir

Dalam melakukan berbagai upaya untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang inklusif bagi para peserta didik penyandang disabilitas, perlu adanya perubahan pola pikir. Khususnya dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus.

“Mengubah pola pikir atau mindset di tengah masyarakat, bahwa anak berkebutuhan khusus juga bisa berdaya dan memiliki kemampuan,” kata Emilia Rosa dari Head Dept. Special Education Madania School dalam acara yang sama.

Selanjutnya, Emilia menyampaikan bahwa perlu energi positif yang berlimpah dan kesabaran yang tinggi. 

“Nah, mungkin perlu energi dan waktu. Kita harus rajin mengulik ilmu serta pengetahuan baru dalam mendidik anak berkebutuhan khusus,” jelas Emilia.

Senada dengan Emilia, Lucky Palupi berpendapat bahwa untuk mengatasi tantangan juga dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas guru.

“Jadi, memang para guru harus rajin-rajin mengembangkan diri. Cari buku baru terkait perkembangan terkini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan mengetahui teknologi dan pengetahuan baru, bisa ditetapkan strategi mengajar yang diperlukan,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.