Sukses

Cerita Penyandang Disabilitas Daksa Makassar Rintis Usaha Servis Elektronik hingga Bisa Bantu Siswa Magang

Pria paruh baya itu sadar bahwa dirinya harus menjalani pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan kondisinya.

Liputan6.com, Jakarta - Polio menghantarkan Abdul Hakim Delongko pada disabilitas daksa. Kaki kirinya tidak berfungsi sejak usia empat.

Kondisi ini membuatnya kesulitan dalam melakukan pekerjaan berat. Sejak mengadu nasib di Kota Makassar pada 2009, ia telah mencoba berbagai pekerjaan mulai dari tukang batu hingga tukang becak.

Pria paruh baya itu sadar bahwa dirinya harus menjalani pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan kondisinya. Alih-alih menyerah, justru ia bertekad mengasah keahliannya di bidang lain.

Hakim mulai mencari pengalaman sebagai buruh servis mesin ketik milik tetangganya. Dengan upah Rp50 ribu per 1 unit mesin. Lama kelamaan, ia merasa mulai menguasai keterampilan tersebut.

Tak berhenti di situ, ia didorong oleh sang ibu untuk mengikuti pelatihan elektronik di Sentra Wirajaya Makassar. Selama satu tahun Hakim mendalami keterampilan tersebut. Kebetulan, saat itu dia mendapat kesempatan emas dilatih oleh mahasiswa dari Jepang yang ada di Sentra Wirajaya milik Kementerian Sosial (Kemensos RI).

"Di sentra, kami dibina dari fisik, mental, spiritual dan juga ikut pelatihan elektronik. Kami pilih pelatihan ini karena pernah punya pengalaman ikut grup usaha disabilitas, saya ambil bagian service mesin ketik," kata Hakim mengutip laman resmi Kemensos, Kamis (21/9/2023).

Hakim diajarkan mengenal berbagai komponen elektronik, cara mengukur hingga cara memperbaiki alat elektronik seperti teve, radio, kipas angin dan alat rumah tangga lainnya. Pasca pelatihan, Hakim diberi bantuan oleh Kemensos berupa peralatan servis elektronik untuk modal membuka usaha.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Buka Usaha Servis Elektronik Sendiri

Saat menjalani pelatihan di Sentra Wirajaya, kaki kiri Hakim diberi alat bantu berupa besi penyangga (ortesa/brace) untuk memudahkannya berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Bekal keterampilan dan peralatan itu, Hakim membulatkan tekad untuk membuka usaha service elektroniknya sendiri yang dinamai 3 Penca Elektronik.

Kini ia mandiri secara sosial dan ekonomi. Pendapatannya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp2 juta per minggu.

3 dari 4 halaman

Berbagi Ilmu pada Siswa Magang

Selain jadi tempatnya mengais rezeki, tempat servicenya juga jadi tempat berbagi ilmu seputar dunia elektronik.

Hakim dipercaya untuk menerima siswa-siswa magang di rumah servisnya. Mulai dari SMK Pembangunan Toraja, SMK 1 Pinrang, SMK 1 Limbung dan SMK lainnya.

Hakim juga bekerja sama dengan Sentra Wirajaya untuk memberi pelatihan elektronik kepada para penerima manfaat.

"Kalau dihitung sudah 700an siswa yang magang di sini. Sekarang ada yang sudah jadi dosen, asisten dosen jurusan elektronik," sebutnya.

4 dari 4 halaman

Prinsip Hidup Hakim

Hakim kemudian bercerita soal prinsip hidup yang membuatnya kuat. Prinsip itu adalah percaya diri dan bermanfaat bagi orang lain.

"Kami bersyukur, bisa hidupi anak istri. Kami punya kekurangan tapi kami bisa membantu orang yang sempurna. Kami bersyukur sekali," ucapnya.

Selain di bengkel, Hakim juga menerima panggilan servis ke beberapa wilayah. Ia pernah mendapat panggilan servis ke Kabupaten Gowa, Takalar, bahkan Toraja yang jaraknya 8 jam dari kota Makassar. Ia berangkat dengan menggunakan sepeda motor hasil usahanya buka bengkel Tiga Penca Service Elektronik.

Tidak sampai disitu, Hakim juga aktif sebagai asisten pelatih cabang olahraga panahan di Sulawesi Selatan. Prestasinya ini ia dapat setelah ia masuk 4 besar di ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di Papua tahun 2021 lalu.

Sebelumnya, Hakim juga merupakan atlet tolak peluru dan lempar lembing. Berbagai medali telah ia raih. Kini bakatnya ditularkan kepada keponakannya yang tengah bersiap menghadapi Pra PON.

Hakim yang menginspirasi banyak generasi ini selalu mendorong para penyandang disabilitas lainnya untuk semangat mengenali potensi diri. Menekuni satu keterampilan yang bisa diadaptasi oleh keterbatasan yang dimiliki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.