Sukses

5 Jenis Gangguan Pendengaran yang Jadi Perhatian Pemerintah

Indonesia menempati peringkat ke-4 di Asia Tenggara untuk angka ketulian tertinggi setelah Sri Lanka, Myanmar, dan India.

Liputan6.com, Jakarta Data Kementerian Kesehatan mencatat, sejak 2018, sebanyak 466 juta penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran dan 34 juta diantaranya anak-anak. Diperkirakan 1,1 miliar anak muda berusia 12-35 tahun berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat bising. 

Sementara Indonesia menempati peringkat ke-4 di Asia Tenggara untuk angka ketulian tertinggi setelah Sri Lanka, Myanmar, dan India.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Ditjen Yankes) Kementerian Kesehatan Prof dr Abdul Kadir mengatakan, 2,6% gangguan pendengaran terjadi pada penduduk indonesia di atas usia 5 tahun keatas. Sekitar 0,09% diantaranya mengalami ketulian, 18,8% sumbatan/serumen, 2,4% sekret di liang telinga.

"Angka gangguan pendengaran yang cukup tinggi mengancam terjadinya tuli sedang hingga berat. Selain itu, tuli konginetal terjadi pada 1-2 kelahiran yang mengakibatkan ketulian bersifat sensorineural dari ringan sampai sangat berat,"katanya dalam Advocacy Seminar World Hearing Day 2022, ditulis Senin (7/3/2022).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Fokus kemenkes

Prof Kadir mengatakan, kebijakan Kementerian Kesehatan didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No 879/Menkes/SK XI/2006 dan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 82 tahun 2020 tentang penanggulangan Gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. 

Di dalamnya terdapat pembahasan tentang gangguan pendengaran prioritas seperti:

-Tuli kongenital

Tuli kongenital adalah tuli yang terjadi sebelum persalinan atau pada saat persalinan, disebabkan oleh kelainan secara genetik dan nongenetik. Secara garis besar gambaran kelainan tuli kongenital antara lain :

a.Kelainan daun  telinga (Mikrotia atau anotia)  yang bervariasi  derajatnya

b. Kelainan liang  telinga (atresia liang telinga)

c.Kelainan telinga  tengah yaitu tidak  terbentuknya tulang pendengaran rangkaian tulang yang terputus atau terfiksasi

d.Kelainan telinga dalam (gangguan koklea) 

American Joint Committee on Infant Hearing Year 2007 mencatat, faktor risiko Tuli kongenital sebagai berikut:

a.Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran sejak masa anak-anak.

b. Riwayat infeksi TORCHS (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis) pada kehamilan.

c.Kelainan bentuk pada kepala dan wajah, termasuk kelainan pada daun telinga dan liang telinga.

d.Berat Badan lahir rendah ( kurang dari 1500 gram )

e.Hiperbilirubinemia yang memerlukan transfusi tukar darah.Penggunaan obat ototoksik pada ibu hamil.

-OMSK

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga tengah disertai lubang perforasi gendang telinga dan keluarnya cairan ke liang telinga terus menerus atau hilang timbul.

-Gangguan pendengaran akibat bising

Gangguan pendenagran akibat bising  adalah kurang pendengaran atau Tuli akibat terpajan bising yang cukup keras dalam jangka lama biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan sekolah, kerja dan tempat rekreasi.

Gejala: telinga berdenging, pendengaran berkurang dan gangguan komunikasi. 

-Presbikusis (Tuli karena usia lanjut)

-Serumen

Gangguan pendengaran akibat bising adalah kurang pendengaran atau Tuli akibat terpajan bising yang cukup keras dalam jangka lama biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan sekolah, kerja dan tempat rekreasi.

Gejala: telinga berdenging, pendengaran berkurang dan gangguan komunikasi. 

Gangguan pendengaran dapat dicegah. Penting untuk memahami saat berada dari sumber suara dan lamanya waktu mendengar suara tersebut.

Percakapan normal 60-70 db

Biokos 74-104db

Suara motor 80-110db

Penggunaan earphone pada volume suara maksimum dan menonton konser 94-110 db

Bunyi sirene 110-129 dbA

Pertunjukkan kembang api 140-160 dBA

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.