Sukses

Studi Nielsen Sebut Film Menyangkut Disabilitas Kurang Melibatkan Penyandangnya

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Nielsen dan organisasi nirlaba RespectAbility menganalisis representasi karakter penyandang disabilitas di film dan acara TV

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Nielsen dan organisasi nirlaba RespectAbility menganalisis representasi karakter penyandang disabilitas di film dan acara TV

Pertama, program televisi kurang menyangkut gambaran karakteristik disabilitas. Meskipun kabar baiknya, berdasarkan studi tersbeut, penggambaran disabilitas yang signifikan pada acara film dan televisi telah meningkat hampir tiga kali lipat selama dekade terakhir dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya.

"Hampir semua judul dalam daftar film tidak menampilkan aktor/aktris penyandang disabilitas," tulis temuan tersebut, seperti dikutip NYTimes.

Tim yang menganalisis representasi karakter penyandang disabilitas di film dan acara TV yang dirilis dari 1920 hingga 2020 ini mencatat judul-judul film berdasarkan database Nielsen yang mencakup lebih dari 90.000 film dan acara TV yang ditayangkan perdana selama seabad terakhir. Dari jumlah tersebut, 3.000 judul ditandai memiliki tema atau konten disabilitas yang signifikan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Film tentang disabilitas kian banyak

Sementara itu, rupanya nasib perfilm-an lebih baik dari pada televisi, sekitar 64 persen (1.800) penggambaran karakter penyandang disabilitas ada dalam film layar lebar, dan 16 persen (448) dalam serial reguler. Sisanya berasal dari kategori lain seperti film pendek, serial terbatas, film TV atau spesial.

Menurut data dasar juga menemukan peningkatan yang nyata dalam jumlah produksi yang bertemakan disabilitas, dari 41 pada tahun 2000 menjadi 150 pada tahun 2020. Serta menurut laporan tersebut, sekitar satu dari setiap empat orang dewasa di Amerika Serikat memiliki disabilitas fisik atau psikologis.

Adapun berdasarkan survei yang dilampirkan pada penelitian ini juga menemukan bahwa penyandang disabilitas sedikit lebih mungkin untuk mempermasalahkan penggambaran karakter penyandang disabilitas. Sebanyak 8 persen pemirsa penyandang disabilitas lebih mungkin untuk menggolongkan penggambaran TV sebagai tidak akurat, serta 7 persennya mengatakan tidak ada cukup representasi karakter penyandang disabilitas di layar dibandingkan mereka yang tidak disabilitas.

Bahkan Lauren Appelbaum, wakil presiden di RespectAbility, mengatakan meskipun jumlah karakter penyandang disabilitas terus meningkat, sekitar 95 persen dari peran tersebut masih diperankan oleh aktor yang bukan penyandang disabilitas.

“Ketika disabilitas adalah bagian dari cerita karakter, terlalu sering konten dapat memposisikan penyandang disabilitas sebagai seseorang yang harus dikasihani atau seseorang untuk disembuhkan, alih-alih menggambarkan individu penyandang disabilitas sebagai termasuk anggota masyarakat kita,” katanya, dikutip dari NYT.

 

3 dari 4 halaman

contoh judul film yang menyertakan penyandang disabilitas

Beberapa contoh judul film besar yang menyertakan penyandang disabilitas seperti berikut:

- "Sound of Metal" menceritakan kisah seorang drummer (Riz Ahmed) yang kehilangan pendengarannya, dikritik karena meng-casting Paul Raci, seorang aktor yang bukan tunarungu, yang merupakan anak dari orang dewasa tunarungu, sebagai mentor tunarungu untuk karakter Ahmed. (Raci mengatakan dia merasa nyaman dengan casting karena karakternya kehilangan pendengarannya dalam Perang Vietnam dan tidak tuli sejak lahir.)

- Adaptasi CBS dari novel Stephen King "The Stand" juga menghadapi penolakan karena meng-casting aktor yang bukan tunarungu, Henry Zaga, sebagai Nick Andros, karakter yang tuli sepanjang serial.

- “The Witches,” adaptasi Warner Bros. dari cerita Roald Dahl yang dibintangi Anne Hathaway sebagai penyihir dengan disabilitas fisik, tepatnya tangannya, dikritik karena kemiripannya dengan tangan yang terbelah, atau ectrodactyly, hingga memunculkan kembali perdebatan tentang menggambarkan disabilitas sebagai kejahatan.

- Ada juga representasi positif, seperti "Luca" Pixar, yang menampilkan karakter yang lahir tanpa lengan dan mengambil langkah langka untuk menggambarkan karakter dengan perbedaan anggota badan tanpa menjadikannya karakteristik yang menentukan.

Selain menganalisis film, peneliti juga menyebutkan juga akan menganalisis representasi disabilitas dalam iklan dan persepsi media tentang audiens penyandang disabilitas. Laporan tersebut akan diterbitkan pada bulan Agustus.

4 dari 4 halaman

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.