Sukses

Balai Besar Kartini Temanggung Ciptakan Tongkat Penuntun Disabilitas Netra, Bisa Deteksi Bahaya

Tongkat penuntun tersebut diciptakan oleh Balai Besar Kartini Temanggung bagi para penyandang disabilitas sensorik netra

Liputan6.com, Jakarta Balai Besar Kartini Temanggung, Jawa Tengah mengembangkan pilot project untuk alat bantu bagi penyandang disabilitas sensorik netra berupa tongkat penuntun adaptif.

Windu Darojat, Anggota Tim Balai Besar Kartini Temanggung mengungkapkan bahwa tongkat tersebut desain dan fitur yang bisa berfungsi sebagai identitas penyandang disabilitas sensorik netra.

Hal ini mampu mengurangi risiko kecelakaan atau cedera, serta sangat membantu dalam kondisi bencana karena alat tersebut juga dilengkapi berbagai fitur yang canggih.

"Untuk perakitan alat ini sendiri dikerjakan oleh para penyandang disabilitas fisik, disabilitas sensorik rungu wicara, mahasiswa, serta tim ahli elektronik," kata Windu, ditulis Selasa (20/7/2021).

Dalam siaran pers di laman Kemensos, dijabarkan bahwa tongkat tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu modul elektronik dan tongkat.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Fitur Tongkat Penuntun

Dalam modul elektronik terdapat berbagai sensor yang bisa mendeteksi asap dan gas berbahaya, genangan air, kobaran api, serta dilengkapi Global Positioning System (GPS) yang secara otomatis terkoneksi dengan ponsel pintar.

"Untuk tongkatnya sendiri adalah tongkat biasa yang dipakai oleh disabilitas sensorik netra," kata Windu.

Namun, tongkat tersebut ditambahkan lubang-lubang di bagian permukaannya, lalu ditanamkan alat sensor guna mendeteksi jarak dan kondisi di sekitar yang akan merespon cepat berupa suara maupun getaran yang bisa dirasakan dan didengar penggunanya.

Sementara di modul elektronik, ada lima mode yaitu getaran, suara, getaran dan lampu menyala, suara dan lampu, serta tombol panik.

Untuk daya modul elektronik menggunakan baterai yang bisa diisi ulang menggunakan tenaga surya kurang lebih setengah hari, serta diisi ulang dengan di-charge seperti ponsel selama dua sampai tiga jam.

Mengisi daya juga bisa dilakukan dengan cahaya lampu LED, namun membutuhkan waktu yang lebih lama.

3 dari 4 halaman

Membantu Penyandang Disabilitas Sensorik Netra

Kepala proyek ini Juena Sitepu, yang mendampingi tim Balai Besar Kartini Temanggung mengatakan, alat bantu tersebut akan sangat bermanfaat dan diperlukan bagi para penyandang disabilitas netra.

"Selain tongkat penuntun adaptif, ada juga ada rompi delangkapi sensor yang tengah dikembangkan yang menjadi satu kesatuan paket alat bantu bagi penyandang disabilitas sensorik netra yang memiliki banyak manfaat."

Menurut Tri Putri Kurnianingsih, pekerja sosial di Balai Tan Miyat Bekasi, kehadiran tongkat penuntun adaptif ini bisa meminimalisir hambatan yang dialami oleh para penyandang disabilitas sensorik netra.

"Tongkat yang dipakai oleh para penyandang sensorik netra masih banyak kekurangannya, seperti ketika ada genangan air, terkadang harus terbentur tembok ataupun terjatuh dan lain sebagainya," katanya.

Untuk tahap awal, tongkat penuntun adaptif ini telah disiapkan bagi 200 penyandang disabilitas sensorik netra.

"Ke depan, tongkat penuntun adapatif sebagai inovasi sangat membantu para penyandang sensorik netra akan terus dievaluasi dan dikembangkan sehingga lebih bermanfaat dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka," kata Windu.

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.