Sukses

Menjadi Dwarfisme, Tak Menghentikan Sinead Mengukir Prestasi

Rupanya sederatan karir dan prestasinya tersebut masih belum cukup. Kini goals terbarunya kini berganti menjadi salah satu di daftar penulis buku best seller

Liputan6.com, Jakarta Sebagai penyandang disabilitas, Sinead Burke merupakan orang kerdil pertama yang tampil di sampul majalah Vogue dan berjalan di red carpet di Met Gala. Dia juga merupakan seorang guru, penulis, ikon fashion dan aktivis. Dia juga pernah berbicara di TED Talk, memperkenalkan kata 'duine beag' (artinya orang kecil/kerdil) ke dalam bahasa Irlandia dan merupakan anggota Dewan Negara, badan yang menjadi penasihat Presiden Irlandia.

Rupanya sederatan karir dan prestasinya tersebut masih belum cukup. Kini goals terbarunya kini berganti menjadi salah satu di daftar penulis buku best seller, setelah menulis buku Break the Mold, buku anak-anak yang juga cocok dibaca untuk semua usia.

Saat diwawancarai mengenai siapa yang menginspirasi Sinead dalam pembuatan buku anak-anak tersebut, ia memberi banyak alasan. Diantaranya adalah ide representasi. Ketika Sinead mulai bersekolah, tidak ada buku di rak yang menampilkan karakter yang mirip dengannya. Sebagai orang kecil, ia menyadari bahwa begitu banyak aspek dunia tidak dirancang untuknya dan dia memutuskan untuk mengubahnya. Break the Mold adalah tentang mendorong anak-anak kita untuk melakukan hal yang sama, mendesain ulang dunia dengan mempertimbangkan inklusivitas.

Hari pertamanya di sekolah merupakan inti dari kisah Sinead dan telah membentuknya menjadi orang yang berpengaruh seperti sekarang ini. Sinéad kecil memperkenalkan dirinya kepada teman-temannya dengan mengeja disabilitasnya, dengan cara yang menurut siapapun terlalu pandai berbicara untuk anak berusia empat tahun manapun.

"Saya mengidap achondroplasia (gangguan pertumbuhan tulang)," kata Sinead kecil memberitahu teman-teman sekelasnya dan meyakinkan mereka bahwa ia dapat melakukan apapun sama halnya dengan mereka. Sebagai orang tua, kata-kata Sinead bergema dan tidak mungkin ibu dan ayahnya tidak merasa bangga hari itu.

Saat ditanyai tentang orang tuanya, suara Sinead yang tegas khas seorang guru menjadi lembut dan rasa hormatnya yang teguh kepada orang tuanya menjadi sangat jelas. Ayahnya adalah orang kecil dan ibunya memiliki tinggi rata-rata. Bersama-sama mereka secara sukarela mendirikan Little People of Ireland, sebuah organisasi yang telah menyatukan keluarga dari seluruh negeri untuk mendiskusikan segala hal mulai dari akses pendidikan hingga nasihat tentang tempat membeli sepatu yang pas.

Sinéad menghubungkan kesuksesannya dengan dukungan yang diberikan orang tuanya. "Jika saya sukses, itu karena saya ibu mencintai saya," katanya, seperti dilansir Shemazing.

Sinead menceritakan kisah yang sangat pribadi tentang saat orang tuanya memberinya pilihan untuk menjalani operasi pemanjangan anggota tubuh. Pada usia 11 tahun, Sinead menolak kesempatan untuk menjalani operasi ini karena satu alasan sederhana: dia ingin terus menjadi dirinya sendiri. Semua daftar pro dan kontranya melebihi keinginannya untuk tetap menjadi dirinya sendiri.

"Saat saya mulai merenungkannya lebih dalam, alasan terbesar untuk melakukan operasi bukanlah tentang menjangkau sesuatu. Itu tentang menyesuaikan diri di dalamnya. Jika saya menjalani operasi, saya mungkin bisa meraih saklar lampu atau menyalakan pancuran sendiri. Saya tidak perlu meminta bantuan lagi, tetapi itu artinya saya mengubah siapa saya."

 

Simak Juga Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banyak Nilai dalam buku Sinead

Dalam salah satu bab di bukunya, ada yang menjelaskan tentang rasa ingin tahu. Seperti yang diketahui Sinead dengan sangat baik, anak-anak dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang indah.

"Kami tahu nilai keingintahuan tetapi terkadang ketika hal itu terwujud secara pribadi, kami menghindarinya," katanya. Dia menggambarkan dirinya sering menjadi 'sumber' dari keingintahuan ini. Contoh yang dia berikan adalah salah satu yang dilihat setiap orang tua dalam bertindak. Sinead menggambarkan adegan saat di supermarket dan berpapasan dengan seorang anak, anak tersebut akan memperhatikannya dan memberi tahu ibu dan ayahnya bahwa ia melihat Sinéad.

"Reaksi naluriah orang tua adalah menenangkan anak, mengalihkan perhatian mereka. Orang tua merasa malu dan mencoba untuk tidak mempermalukan saya lebih jauh. Mereka pikir ini adalah pertama kalinya hal ini terjadi pada saya. Kita semua mungkin mengaku menangani situasi serupa dengan cara ini. Namun Sinéad pribadi mengaku lebih nyaman ketika orang tua mengakuinya dan mengizinkan anak mereka untuk mengatakan 'Hai' dan bertanya kepadanya tentang menjadi orang kecil."

Sinead telah mengetahui rahasia pikiran penasaran anak-anak selama bertahun-tahun mengajar dan ini ia masukkan ke dalam bukunya. Sesekali, dia akan menemukan siswa yang bertanya mengapa dia begitu kecil dan Sinéad menjawab mereka: "mengapa kamu begitu besar?" Jawaban mereka sama: baik Sinéad dan muridnya dilahirkan seperti itu. Sinéad memberi tahu bahwa anak-anak biasanya sangat senang dengan jawaban ini dan beralih ke hal-hal yang lebih penting seperti menanyakan pelajaran dan sudah berada di halaman berapa.

Dalam bukunya, dia juga menceritakan kepada pembaca tentang saat dia menyampaikan TED Talk tentang inklusivitas dalam industri fashion. Dia juga memiliki gips di tubuhnya yang dibuat untuk membuat manekin pertama orang kecil dan berkolaborasi dengan Lottie Dolls untuk membuat boneka orang kecil pertama.

Menurut Sinead, fashion bukanlah satu-satunya industri yang perlu dirombak. Dalam buku itu, dia mendorong para pembaca mudanya untuk merancang dunia baru dengan cara yang memfasilitasi orang-orang dari segala bentuk dan ukuran, alias dunia yang bisa diakses oleh siapapun.

Sinead memberi tahu bahwa dalam banyak hal dia merasa terhubung dengan anak-anak karena mereka menghadapi kesulitan yang sama dalam hal aksesibilitas. "Saya tidak cacat karena saya mengidap dwarfisme, saya difabel karena saya tidak dapat menjangkau tombol lampu. Begitu banyak hal di dunia yang tidak dirancang untuk saya dan itulah mengapa saya difabel."

Gambarannya seperti saat Anda sebagai orang tua di toilet umum manapun, harus mengangkat anak Anda untuk mencuci tangan atau berdiri di luar bilik karena Anda tahu mereka tidak dapat menggapai kunci. Kira-kira seperti itulah perjuangan yang Sinéad hadapi setiap hari sebagai orang dewasa, seperti yang dilakukan banyak orang lain di komunitas penyandang disabilitas. Sehingga di dalam bukunya, Sinéad menyerahkan nasib masa depan kepada anak-anak kita, untuk menjadi arsitek dunia yang dapat diakses.

Bahasa sebagai alat

Sinead telah bertemu dengan beberapa orang yang sangat berpengaruh. Meskipun prestasinya cukup membanggakan, namun siapa sangka Sinead masih merasa tidak nyaman dan tidak aman.

"Minggu ini saya berjalan pulang, dan dua anak muda mengikuti saya, hanya dengan sedikit mengintimidasi, mengambil foto dan tertawa. Bahkan kemudian, pada usia tiga puluh tahun, reaksi alami saya adalah menelepon ibu saya," kata Sinead.

Dalam Break the Mold dia menawarkan contoh skrip tentang apa yang harus dikatakan ketika anak-anak (atau orang dewasa) menggunakan kata-kata yang membuat orang lain merasa tidak nyaman atau tidak aman. Ini adalah bagian dari percakapan yang lebih luas tentang politik identitas, sesuatu yang sangat disukai Sinead. Dia mendorong kita untuk mengetahui diri kita sendiri tentang perilaku dan bahasa apa yang ketinggalan zaman dan menyakitkan dalam dunia inklusif yang sedang kita coba bangun untuk anak-anak kita.

Seorang guru bagi setiap orang

Siapapun ibu yang mengetahui prestasi Sinead Burke akan merasa senang jika anaknya memiliki guru sepertinya. Cara dia menyampaikan pesan penting adalah satu dari sejuta alasan. Kebaikan, kebijaksanaan, dan kesabarannya jelas terlihat baik secara pribadi maupun dalam bukunya.

Break the Mold memberi kita semua kesempatan untuk diajar oleh Sinéad. Ini adalah perangkat yang kita semua butuhkan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Ilustrasi yang sangat unik dan indah dalam buku ini diciptakan oleh ilustrator Latin yang berbasis di London, Natalie Byrne. Natalie dikenal menggunakan warna-warna cerah untuk menyampaikan masalah sosial yang penting, menjadikannya pasangan yang sempurna. Break the Mold diterbitkan oleh Wren and Rook dan sekarang tersedia di semua toko buku di seluruh negeri.

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.