Sukses

Kerap Ditolak Perusahaan, 3 Penyandang Disabilitas Buat Kopi Tuli

Sebagai penyandang disabilitas, dengan menggunakan bahasa isyarat, Putri dan dua rekannya mendirikan Kopi Tuli.

Liputan6.com, Jakarta - Tak mau berdiam diri, beberapa penyandang disabilitas tunarungu membangun perusahaan rintisan di bidang pangan bersama. Usaha itu adalah Kopi Tuli atau Koptul.

"Perusahaan ini kami bangun, untuk menampung penyandang disabilitas seperti kami yang sulit mendapatkan pekerjaan karena penyandang disabilitas," ujar seorang pendiri Kopi Tuli Putri Sampaghita Trisnawinny Santoso dalam acara Akselerator Universitas Indonesia (UI) Works, dilansir Antara, Selasa (12/11/2019).

Putri yang merupakan lulusan desain komunikasi visual Universitas Binus itu mengaku sudah mengirimkan lamaran ke setidaknya kepada 500 perusahaan.

Namun, kata dia, semua perusahaan itu tidak mau menerima dirinya. Alasannya karena penyandang disabilitas dan perusahaan itu takut akan sulit berkomunikasi dengan dirinya.

Dengan menggunakan bahasa isyarat, Putri dan dua rekannya, yakni Mohammad Adhika Prakoso dan Tri Erwinsyah Putra mendirikan Kopi Tuli.

"Kopi dipilih karena merupakan media komunikasi. Biasanya orang ngopi untuk berkomunikasi dengan lainnya," ucap Putri.

Dia berharap, dengan Kopi Tuli yang didirikan pada 12 Mei 2018 itu, bisa menjembatani komunikasi bahasa isyarat dan membangun ruang interaksi serta memberikan kesempatan kerja kepada penyandang disabilitas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berharap Bisa Miliki Ribuan Gerai

Hingga saat ini, sudah ada dua gerai Kopi Tuli di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan dan Depok, Jawa Barat. Saat ini, Putri juga memperkerjakan sembilan tenaga kerja.

Putri mengaku mempunyai mimpi mendirikan 1.000 gerai kopi di Tanah Air atau dengan kata lain bisa mempekerjakan 4.000 penyandang disabilitas.

"Kopi Tuli merupakan jawaban kekecewaan kami, karena kami selalu ditolak karena penyandang disabilitas. Saya mengirimkan lamar pada 200 perusahaan dan semuanya ditolak," ucap pendiri lainnya, Adhika.

Adhika berharap, dalam acara tersebut bisa mendapatkan investor untuk mendirikan empat kedai kopi dengan modal Rp 2 miliar. Biaya untuk satu kedai kopi Rp500 juta.

Kopi yang dijual di Kopi Tuli seharga Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per cangkir.

Ke depan, Adhika berharap, bisa membangun lebih banyak gerai dan mencetak tenaga kerja terampil melalui gerai kopi itu.

Kopi Tuli merupakan salah satu peserta Program Akselerator UI Works. Program yang mempertemukan perusahaan rintisan dan pemilik modal itu, terdiri atas serangkaian acara pembinaan akselerasi bisnis perusahaan rintisan yang berlangsung selama tiga bulan. Progam itu merupakan lanjutan dari program inkubasi yang telah dijalankan di UI.

Pada tahun ini, terdapat 15 perusahaan rintisan yang mengikuti program tersebut. Perusahaan rintisan mendapatkan pembinaan.

Melalui program itu, diharapkan menciptakan suatu ekosistem perusahaan rintisan sehingga mampu mengakomodasi perkembangan kewirausahaan yang berkembang dengan cepat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.