Sukses

Mengenal Apa Itu Silent Treatment dan Bahayanya dalam Hubungan Asmara

Anda mungkin pernah mendengar pepatah lama, “diam adalah emas.” Tapi kalau soal hubungan, benarkah demikian? Kebanyakan psikolog menunjukkan bahwa hal itu bergantung pada situasinya.

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin pernah mendengar pepatah lama, “diam adalah emas.” Tapi kalau soal hubungan, benarkah demikian? Kebanyakan psikolog menunjukkan bahwa hal itu bergantung pada situasinya.

Ketika sikap diam, atau lebih tepatnya, penolakan untuk terlibat dalam percakapan, digunakan sebagai taktik kontrol untuk menggunakan kekuasaan dalam suatu hubungan, maka tindakan tersebut menjadi silent treatment, yang beracun, tidak sehat, dan kasar. Namun, jika berdiam diri berarti hanya meluangkan waktu untuk memikirkan segala sesuatunya dan kemudian mengatasi masalah tersebut lagi di lain waktu, itu bukanlah hal yang sama.

Perbedaan Diam dan Silent Treatment

Ada kalanya dalam hubungan ketika berdiam diri dapat diterima dan bahkan produktif. Misalnya, sepasang suami istri, atau bahkan hanya satu pasangan, mungkin mengambil waktu sejenak dari perdebatan sengit untuk menenangkan diri atau menenangkan pikiran. 

Yang membedakan diam dengan silent treatment adalah durasi waktunya bersifat mindful dan ada asumsi atau kesepakatan bahwa mereka akan membahas kembali topik tersebut nanti.

Ada juga contoh ketika korban silent treatment sebagai cara untuk tetap aman dan menjaga agar situasi yang sudah penuh kekerasan tidak semakin parah. Dalam situasi ini, korban tahu bahwa mengatakan sesuatu, walaupun pasangannya memintanya, hanya akan memperburuk situasi dan menyebabkan lebih banyak pelecehan.

Berdiam diri selama situasi yang penuh kekerasan bukanlah contoh dari perlakuan silent treatment. Ini mungkin merupakan pertahanan diri. Maka, kuncinya adalah mengetahui cara membedakan antara perlakuan silent treatment sebuah taktik yang digunakan oleh orang-orang yang melakukan kekerasan dan suka mengontrol dan bentuk-bentuk diam lainnya dalam suatu hubungan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengidentifikasi Silent Treatment

Dilansir dari Very Well Mind, Selasa (17/10/2023) secara umum, silent treatment merupakan taktik manipulasi yang dapat membuat masalah penting dalam suatu hubungan tidak terselesaikan. Hal ini juga dapat membuat pasangan yang menerima merasa tidak berharga, tidak dicintai, terluka, bingung, frustrasi, marah, dan tidak penting.

Ketika salah satu atau kedua pasangan merajuk, cemberut, atau menolak untuk berbicara, mereka menggunakan jenis kekuatan yang kejam dalam hubungan yang tidak hanya menutup diri dari pasangannya tetapi juga menyampaikan bahwa mereka tidak cukup peduli untuk mencoba berkomunikasi atau berkolaborasi.

Misalnya, jika Anda kesal karena pasangan Anda pulang larut malam, Anda dapat memulai percakapan di mana Anda mengungkapkan perasaan Anda dan mencoba mencari tahu mengapa pasangan Anda biasanya terlambat.

Pasangan yang tidak mau menerima tanggung jawab karena telah menyakiti Anda, atau sekadar tidak mau mengakui atau mengubah perilakunya, mungkin akan merespons dengan mengatakan, "Aku tidak membicarakan hal ini," atau dia mungkin tidak mengatakan apa-apa dan mengabaikanmu sama sekali.

 

3 dari 4 halaman

Dampaknya pada Hubungan

Penolakan untuk berbicara ini berbeda dengan meminta untuk menunda pembicaraan dan melanjutkannya nanti, yang menandakan bahwa masalah tersebut akan dibicarakan pada waktu yang lebih nyaman bagi kedua pasangan dan dapat menjadi pilihan yang sehat.

Dengan kata lain, diamnya mereka mengalihkan pembicaraan dan menyampaikan bahwa isu tersebut tidak boleh disebarluaskan. Jika hal ini terjadi, orang yang menerima perlakuan diam tersebut harus terus bergumul dengan rasa sakit dan kekecewaannya sendirian. Tidak ada kesempatan untuk menyelesaikan masalah, berkompromi, atau memahami posisi pasangannya.

Akibatnya, mereka sering kali merasa sakit hati, tidak dicintai, tidak puas, dan bingung. Terlebih lagi, permasalahan ini tidak akan hilang begitu saja hanya karena salah satu pihak menolak untuk membahasnya. 

Hal ini akan terus memburuk dan menggerogoti hubungan. Pada akhirnya, permasalahan yang memburuk ini bisa menjadi terlalu parah dan bahkan bisa berujung pada perpisahan atau perceraian.

4 dari 4 halaman

Ketika Keheningan Itu Melecehkan

Jika Anda pernah mendapati diri Anda berada dalam situasi di mana seseorang bersikap diam kepada Anda, itu mungkin sedikit menakutkan. Mereka mungkin menolak untuk berbicara dengan Anda atau bahkan mengakui kehadiran Anda.

Terkadang berdiam diri bisa menjadi hal yang positif, terutama jika hal itu membuat orang lain tidak mengatakan hal-hal yang mungkin mereka sesali di kemudian hari. Di lain waktu, diam adalah reaksi tidak sehat terhadap sesuatu yang menjengkelkan, namun seiring berjalannya waktu, keheningan tersebut mereda dan pasangan mampu menemukan semacam penyelesaian.

Ketika orang yang menggunakan silent treatment guna menghilangkan kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja sama satu sama lain, orang yang menerima perlakuan tersebut sering kali akan berusaha keras untuk memulihkan aspek verbal dari hubungan tersebut.

Hal ini memungkinkan orang yang melakukan silent treatment merasa dibenarkan, berkuasa, dan memegang kendali, sementara orang yang berada di pihak penerima merasa bingung dan bahkan mungkin takut kehilangan hubungan.

Terlebih lagi, orang yang melakukan hal itu berhasil membalikkan keadaan. Pembicaraan saat ini adalah tentang menenangkan mereka dan bukan mengenai masalah yang sedang dihadapi. Masalah sebenarnya sering kali hilang dalam perjuangan untuk mendapatkan kembali keseimbangan dan komunikasi dalam hubungan, sementara masalah tersebut masih belum terselesaikan. Dan jika pola perilaku ini terjadi secara rutin, hal ini bersifat toksik dan kasar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.