Sukses

Deretan Tanda Perilaku Passive-Aggressive Serta Pengaruhnya Dalam Hidup Anda

Passive-aggressive merupakan perilaku yang terlihat tidak berbahaya, tetapi secara tidak langsung menunjukkan motif agresif yang tidak disadari.

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin kamu pernah memiliki teman atau pasangan yang selalu melakukan silent treatment ketika ada masalah dalam hubunganmu. Kemudian, ia berlindung dengan kalimat "Aku tidak apa-apa." Padahal, semua yang terjadi itu bertolak belakang dengan apa yang ia katakan. Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku passive-aggressive.

Perilaku passive-aggressive merupakan perilaku yang terlihat tidak berbahaya, tidak disengaja, tetapi secara tidak langsung menunjukkan motif agresif yang tidak disadari. Orang yang passive-aggressive secara tidak langsung muncul dalam bentuk penolakan terhadap permintaan orang lain yang diungkapkan dengan wajah cemberut atau bertindak keras kepala.

Seseorang yang passive-aggressive seringkali membiarkan orang lain mengambil kendali sedangkan seseorang yang active-aggressive lebih forntal atau langsung memaksa. Oleh karena itu, seseorang yang passive-aggressive menggunakan kendalinya atas situasi tertentu dengan cara yang tidak langsung atau kurang dapat dikenali.

Tanda-Tanda Perilaku Passive-Aggressive

Perilaku ini muncul dalam berbagai bentuk. Apabila seseorang bersikap passive-aggressive, kemungkinan besar mereka melakukan hal-hal berikut ini:

  1. Memberi kamu pujian yang tidak langsung seperti contoh dengan kalimat "Saya melihat kamu mencuci piring. Saya cukup terkejut."
  2. Memberi kamu perlakuan diam atau silent treatment.
  3. Menolak permintaan kamu secara tidak langsung. Ia tidak mengatakan tidak, tetapi juga tidak melakukan apa pun yang kamu minta.
  4. Menunda-nunda ketika kamu meminta mereka melakukan sesuatu dan terkadang menanggapi permintaan kamu dengan sarkasme atau sindiran halus.

Orang yang passive-aggressive mungkin berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak gila atau baik-baik saja bahkan ketika mereka tampak marah dan jelas tidak baik-baik saja. Dalam menyangkal apa yang mereka rasakan, mereka menutup komunikasi lebih lanjut dan menolak membahas masalah tersebut. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengaruh Perilaku Passive-Aggressive

Ketika seseorang bersikap passive-aggressive, hal itu dapat berdampak negatif pada hubungannya karena mereka tidak mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Orang yang berinteraksi dengannya mungkin tidak mengerti mengapa ia melakukan hal tersebut atau mengapa permintaan mereka diabaikannya. Hal ini menimbulkan kebingungan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Seiring berjalannya waktu, perilaku ini dapat berdampak buruk pada hubungan. Memiliki pasangan yang bersikap passive-aggressive mungkin akan membuatmu mulai merasakan bosan meminta untuk melakukan sesuatu atau kamu mulai membenci tanggapan sarkasme dari pasanganmu itu. 

Selain itu, tertutupnya sikap dari orang yang bersikap passive-aggressive ini terhadap perasaannya dan kemarahannya maka akan menimbulkan frustasi. Situasi ini akan terus memburuk bila tidak diadakan penyelesaian masalah.

Bila di dunia kerja, karyawan yang bersifat passive-aggressive dapat menghadapi tindakan diberhentikan. Sementara itu, bila di lingkungan sekolah, seorang siswa yang bersikap passive-aggressive mungkin akan mendapat nilai yang rendah karena tugas yang hilang atau tugas yang terlambat dikerjakan sehingga menurunkan nilai mereka dan mengakibatkan prestsi akademiknya buruk.

 

3 dari 3 halaman

Penyebab Perilaku Passive-Aggressive

Perilaku passive-aggressive ini dapat berdampak negatif pada hubungan keluarga, percintaan, dan bahkan di tempat kerja dan sekolah. Lalu, mengapa perilaku destruktif ini sering terjadi? Seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Selasa (26/09/23), ada beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap passive-aggressive, yaitu:

1. Pendidikan Keluarga

Beberapa peneliti berteori bahwa perilaku passive-aggressive dapat berasal dari lingkungan ekspresi emosi secara langsung yang tidak diperbolehkan. Akibatnya, orang mungkin merasa bahwa mereka tidak dapa mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya secara lebih terbuka dan sebaliknya. Ia justru akan mencari cara untuk menyalurkan kemarahan atau frustasi mereka secara pasif.

2. Status Kesehatan Jiwa

Penelitian telah menemukan hubungan antara depresi dan perilaku passive-aggressive terhadap diri sendiri. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kombinasi sikap orang tersebut, cara mereka menjelaskan situasi negatif, dan bagaimana mereka merespons tekanan.

3. Keadaan Situasional

Situasi mungkin juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku passive-aggressive. Apabila kamu berada di tempat di mana perilaku agresif tidak dapat diterima secara sosial, seperti di acara bisnis atau keluarga. Kamu mungkin lebih cenderung merespons secara diam-diam ketika seseorang membuat kamu marah.

4. Ketidaknyamanan dengan Pertentanan

Bersikap tegas dan terbuka secara emosional tidak selalu mudah. Ketika membela diri sendiri itu sulit atau bahkan menakutkan, passive-aggressive mungkin tampak seperti cara yang lebih mudah untuk mengatasi emosi kamu tanpa harus menghadapi sumber kemarahanmu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.