Sukses

Gen Z Paling Sadar Kesehatan Mental Hingga Berpotensi Punya Pola Asuh Terbaik Saat Jadi Orangtua

Gen Z yang kerap dipandang sebelah mata ternyata punya kesadaran tinggi akan kesehatan mental

Liputan6.com, Jakarta - Gen Z dikenal sebagai generasi yang paling ‘aware’ akan kesehatan mental. Mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, lahir dan tumbuh seiring dengan pesatnya digitalisasi.

Hal ini membuat para ahli percaya bahwa gen Z adalah generasi yang akan lebih unggul dalam mengasuh anak daripada generasi sebelumnya.

Karakteristik Gen Z yang paling menonjol adalah mereka lebih mungkin mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka.

Survei stres di Amerika dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa gen Z sering kali menyatakan bahwa mereka telah didiagnosis dengan gangguan kecemasan dan depresi dibandingkan generasi lainnya. 

Lalu, apa artinya? Para ahli menguraikan bahwa hal ini dimulai dari pengaruh positif dari lingkungan mereka. 

Ada beberapa faktor yang mungkin meningkatkan kecemasan gen Z. Salah satunya, sebagaimana dikatakan profesor klinis di departemen psikiatri anak dan remaja NYU Langone Health, New York City, Rebecca Rialon Berry PhD, mereka memiliki banyak tekanan. 

"Akademik dan pekerjaan mereka lebih kompetitif dan menghasilkan banyak tekanan. Sehingga, mereka memaksakan diri dan memiliki lebih sedikit waktu untuk istirahat," kata Berry dikutip dari Parents pada Senin (10/10/2022).

Generasi ini juga menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar mereka. Menurut penelitian dari Institute of Business Management, lebih dari 74 persen responden generasi Z mengatakan bahwa mereka menghabiskan waktu luang mereka secara online.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kurangnya Tatap Muka untuk Gen Z

Lalu sebanyak 25 persen responden mengatakan bahwa mereka menghabiskan waktu lebih dari lima jam pada perangkat seluler mereka setiap hari.

"Oleh karena itu, hal ini mungkin menyebabkan berkurangnya waktu tatap muka dengan orang lain dan interaksi sosial yang umumnya lebih sedikit --- yang menyebabkan isolasi dan berkurangnya rasa percaya diri --- terutama yang melibatkan aktivitas fisik atau bermain," kata Berry.

Berry menunjukkan bahwa kesehatan mental Gen Z kemungkinan juga dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa terkini yang mereka alami, termasuk kabar penembakan massal, perubahan iklim, dan masalah deportasi atau imigrasi. 

"Mereka lebih khawatir tentang masalah perumahan dan utang," Berry menekankan.

Apa yang Berry katakan, sebenarnya bisa ditemukan di sekitar kita. TikTok, misalnya.

Konten-konten yang ramai diperbincangkan di TikTok tidak jauh dari masalah-masalah pekerjaan, uang, kesehatan mental, serta hal-hal lain yang membuat generasi ini lebih menonjol daripada generasi lainnya.

Kompetisi di generasi ini juga bisa kita lihat dengan banyaknya konten yang beredar yang mendorong mereka untuk tidak beristirahat demi karirnya atau demi uang. 

 

 

3 dari 4 halaman

Sadar Akan Kesehatan Mental

 Di samping itu, kabar baiknya adalah gen Z cenderung mengatasi tantangan kesehatan mental mereka dengan menjalani perawatan atau terapi dari seorang profesional daripada generasi sebelumnya.

"Gen Z jauh lebih sadar akan masalah kesehatan mental --- dan lebih mampu mengartikulasikannya --- dibanding orang tua mereka sendiri," kata Berry.

Berry juga mencatat bahwa Millennial --- yang lahir pada 1981 hingga 1996 --- cenderung juga lebih terbuka terhadap perawatan kesehatan mental daripada generasi sebelumnya.

Generasi sebelumnya telah meletakkan dasar untuk membuat masalah kesehatan mental menjadi tidak terlalu menantang untuk ditangani dan tabu. 

"Sebenarnya, pemahaman kita tentang kondisi, seperti kecemasan, bersamaan dengan cara-cara berbasis bukti yang efektif untuk mengobatinya merupakan hal yang agak baru," kata Jason Woodrum, terapis di New Method Wellness di San Juan Capistrano, California.

Dijelaskan Jason, Gen X dan Milenial juga tumbuh di masa ketika stigma sosial yang lebih besar seputar pencarian bantuan untuk gejala kesehatan mental masih banyak dibicarakan.

Zoomers mewarisi dunia ketika kita tidak hanya tahu lebih banyak tentang cara mengobati kecemasan, tetapi kita juga cenderung tidak merasa dihakimi oleh orang lain karena mencari bantuan sejak awal. 

 

4 dari 4 halaman

Gen Z Punya Pola Asuh Terbaik Ketika jadi Orangtua

Kesediaan Gen Z untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesehatan mental mereka, bahkan jauh sebelum mereka memiliki anak,  dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengasuh anak.

Orang dewasa muda yang mencari pengobatan sebelum memiliki anak akan memiliki peluang lebih besar untuk menjadi orang tua yang sehat secara emosional, kata Compton.

"Jika orang tua mampu berbicara secara terbuka --- sesuai dengan tingkat perkembangan anak --- anak akan belajar untuk melakukan hal yang sama. Anak-anak tidak perlu lagi berpikir tentang mengapa ibu atau ayah begitu sedih atau marah. Atau hadir dan kemudian tiba-tiba menghilang," kata Compton.

Orang tua juga dapat mengembangkan regulasi emosi dan mampu mengajarkannya kepada anak-anak mereka. 

"Anak-anak dan remaja akan memahami bahwa semua perasaan diterima dan sangat normal untuk meminta dukungan. Mereka juga akan mampu menciptakan dan memelihara hubungan otentik yang mendalam dengan anak-anak mereka melalui percakapan yang jujur. Diskusi tentang emosi akan dinormalisasi dalam keluarga," kata Compton.

Karena pengalaman positif mereka sendiri dengan pengobatan dan terapi, orang tua Gen Z juga lebih mungkin untuk mengidentifikasi gejala penyakit mental anak mereka, kata Niro Feliciano, LCSW, seorang psikoterapis dan spesialis kecemasan di Wilton, Connecticut. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.