Sukses

Menangis Setiap Mengunyah Makanan, Pria Ini Didiagnosis Sindrom Air Mata Buaya

Seorang pria China baru-baru ini didiagnosis mengidap sindrom “air mata buaya".

Liputan6.com, Jakarta Menangis adalah hal yang pasti pernah dilakukan semua orang. Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun pernah menangis. Menangis biasanya dipicu oleh reaksi emosional yang kuat, seperti kesedihan, rasa sakit, atau tawa yang tak terkendali, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, tangisan dapat dipicu oleh sesuatu yang tidak berbahaya seperti makan

Ya, seorang pria China baru-baru ini didiagnosis mengidap sindrom “air mata buaya", suatu kondisi medis langka yang menyebabkan dia meneteskan air mata setiap kali makan.

Dilansir dari Odditycentral, seorang pria tua yang hanya disebut sebagai 'Mr. Zhang' oleh media China, dilaporkan mulai meneteskan air mata saat makan. Dia tidak terlalu memikirkannya pada awalnya, tetapi tangisannya menjadi lebih buruk ketika dia perlu mengunyah lebih lama, dan ini mengganggu kehidupan sosialnya. 

Zhang mulai menghindari makan di depan umum, karena takut air mata mengalir di wajahnya di depan orang-orang, jadi dia menjadi terisolasi. Untungnya, dia menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa dia sembunyikan selamanya, dan memutuskan untuk menemui dokter.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sindrom air mata buaya

Bulan lalu, Zhang pergi ke rumah sakit di Wuhan untuk pemeriksaan. Rupanya dia didiagnosis dengan kondisi medis langka yang umumnya dikenal sebagai “sindrom air mata buaya”. 

Dr Cheng Mian Chinh, kepala Departemen Oftalmologi di rumah sakit tersebut menjelaskan bahwa kondisi tersebut erat kaitannya dengan kelumpuhan wajah pria tersebut sebelumnya.

3 dari 5 halaman

Masalah pada saraf

Proses pemulihan dari kelumpuhan wajah telah mempengaruhi aktivitas kelenjar lakrimal, terutama yang ada di mata kirinya. Selama periode pemulihan, serabut saraf wajah menjadi salah arah, dan saraf saliva akhirnya menginervasi kelenjar lakrimal dan bukan kelenjar submandibular. Hasil dari kesalahan arah saraf wajah ini adalah bahwa rangsangan seperti bau atau rasa makanan, alih-alih menyebabkan air liur, merangsang kelenjar lakrimal untuk menghasilkan air mata.

4 dari 5 halaman

Gejala bervariasi

Gejala sindrom air mata buaya bervariasi dari pasien ke pasien, dan kasus yang lebih ringan umumnya ditangani dengan konseling dan pemantauan rutin. Dalam kasus yang lebih parah, pengobatan yang paling populer adalah suntikan toksin botulinum ke kelenjar lakrimal, untuk menghentikan transmisi sepanjang serabut saraf yang diregenerasi secara menyimpang ke kelenjar yang terkena. Efek toksin bertahan sekitar 6 bulan.

5 dari 5 halaman

Kondisi meningkat pesat

Intervensi bedah juga merupakan solusi dan itu adalah pilihan dalam kasus Zhang. Kondisinya meningkat pesat, tetapi sumber tidak menjelaskan apakah bantuan itu dapat bertahan permanen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.