Sukses

Pakai Masker Bisa Bikin Sesak Napas? Begini Penjelasan Ahli

Banyak individu enggan mengenakan masker karena mungkin terasa seperti aliran udara berkurang,

Liputan6.com, Jakarta - Menggunakan masker saat keluar rumah menjadi salah satu cara untuk mencegah penularan Virus Corona atau Covid-19. 

Namun, ada saja individu yang masih tidak menggunakan masker ketika beraktivitas di luar rumah, alasannya tentu karena tidak nyaman dan bikin sesak.

Mulut dan hidungmu terhalang, bahkan oleh kain yang tipis telah membuat beberapa orang berspekulasi bahwa masker wajah dapat menghambat asupan oksigenmu atau bahkan menyebabkan keracunan karbon dioksida (CO2). Demikian seperti mengutip laman Mental Floss, Minggu (28/6/2020). 

Namun, hal tersebut sepenuhnya salah. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Masker Tidak Memengaruhi Asupan Oksigen

 

Masker bedah cenderung longgar dan masker kain pun masih berpori. Udara dapat bergerak melalui bahan tersebut, tetapi lebih sulit bagi tetesan (droplets) pernapasan untuk melewatinya, membuat masker menjadi penghalang yang efektif bagi kuman infeksi yang jika tidak akan dilepaskan ke udara. 

Mengenakan masker mungkin terasa seperti aliran udaramu berkurang, dan aliran udara berkurang dapat menyebabkan hipoksemia (pasokan oksigen arteri rendah) atau hipoksia (kekurangan oksigen yang cukup dalam jaringan).

Kendati demikian, masker tidak bisa memengaruhi tingkat asupan itu. 

Sebaliknya, mereka menyebabkan obstruksi mekanis yang dapat memberi sensasi pada pemakainya untuk bernafas lebih keras atau lebih sedikit udara yang dihirup. Tetap saja, tingkat oksigen tidak terpengaruh.

3 dari 4 halaman

Hiperkapnia Sebabkan Masalah Ini

Kekhawatiran lainnya terkait dengan hiperkapnia, atau terlalu banyak karbon dioksida dalam aliran darah. 

Kondisi ini dapat menyebabkan kantuk, sakit kepala, dan, dalam kasus yang ekstrim, kehilangan kesadaran. Pemikiran di sini adalah bahwa masker dapat mencegah udara yang dihembuskan menghilang, membuat pemakainya membakarnya kembali. 

Tetapi tidak ada bukti yang membuktikan hal tersebut terjadi. Sementara CO2 dapat dihirup, itu tidak dalam jumlah yang dapat menimbulkan ancaman bagi pengguna masker yang sehat. Jumlah ini mudah dihilangkan oleh sistem pernapasan dan metabolisme seseorang. Jika masker dipakai untuk jangka waktu lama, mungkin saja sakit kepala bisa terjadi, tetapi tidak berlebih.

"Tidak ada risiko hiperkapnia pada orang dewasa sehat yang menggunakan penutup wajah, termasuk masker wajah medis dan kain, serta N95," ujar Robert Glatter, seorang dokter ruang gawat darurat di Lenox Hill Hospital di New York.

"Molekul karbondioksida bebas berdifusi melalui masker, memungkinkan pertukaran gas normal saat bernafas," jelasnya lagi. 

 

4 dari 4 halaman

Ada Beberapa Pengecualian

Jika seseorang memiliki masalah paru-paru karena penyakit atau masalah pernapasan lainnya, mereka harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum menggunakan penutup wajah. Masker juga tidak direkomendasikan untuk siapa pun yang berusia di bawah 2 tahun.

Selain itu, pemakaian masker N95 dalam pengaturan perawatan kesehatan telah dikaitkan dengan hipoventilasi, atau pengurangan frekuensi dan kedalaman pernapasan. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, masker-masker ini, yang dimaksudkan untuk menyaring 95 persen partikel, menghadirkan lebih banyak ketahanan pernapasan. CDC menyarankan mereka yang berada di bidang medis untuk beristirahat sejenak dari mengenakan masker ini.

Tetapi pada orang dewasa yang sehat yang memakai masker kain atau bedah untuk jangka waktu terbatas, hipoksemia, hipoksia, atau hiperkapnia sangat tidak mungkin terjadi.

Penulis:

Benedikta Miranti Tri Verdiana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.