Sukses

Ketupat, Makanan Khas Lebaran yang Menyimpan Banyak Makna

Ketupat, makanan wajib di Hari Raya ini ternyata memiliki makna yang mendalam.

Citizen6, Jakarta Ketupat mulai menjadi simbol Hari Raya Islam yakni pada masa Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Makanan yang terbuat dari beras dan dimasukan ke dalam anyaman daun kelapa berbentuk persegi ini diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga. Mulai dari pesisir utara Pulau Jawa hingga akhirnya merebak ke berbagai penjuru daerah, ketupat kini menjadi menu wajib hari raya. Berikut ini makna filosofis yang dimiliki si ketupat :

1. Sejarah Ketupat

Ketupat diangkat dari tradisi Dewi Sri yang dipercaya sebagai dewi pertanian dan kesuburan masyarakat kala itu. Seperti biasanya, Sunan Kalijaga selalu menggunakan pendekatan budaya baik itu kesenian ataupun tradisi di masyarakat untuk memperkenalkan Islam yang ramah. Maka tradisi pada Dewi Sri menjadi latar yang kemudian direpresentasikan dalam ketupat. Ketupat yang berisi beras dan dimasukan ke dalam janur kemudian menjadi ucapan syukur pada Yang Maha Kuasa.

2. Nama Ketupat

Ketupat atau biasa disebut juga kupat berasal dari parafrase ngaku lepat yang artinya mengaku bersalah. Nama ini diambil untuk menjadi ruang introspeksi diri terlebih pada masa setelah habis puasa, Idul Fitri, dimana kita saling bermaafan.

3. Pembungkus dari Janur

Selain sebagai identitas wilayah pesisir yang ditumbuhi banyak pohon kelapa, penggunaan janur sebagai pembungkus memiliki makna lain. Janur, berasal dari kata jatining nur yang berarti hati nurani. Hal ini mengingatkan untuk selalu menggunakan hati nurani dalam segala sesuatu.

4. Bentuk Persegi

Bentuk ketupat yang persegi disebut dengan kiblat papat limo pancer. Istilah tersebut bermakna "kemana pun tak boleh melupakan arah kiblat sholat". 

5. Anyaman

Anyaman daun kelapa yang rumit menandakan kompleksitas masyarakat Jawa kala itu. Rapatnya anyaman dimaknai sebagai eratnya kekerabatan dan silaturahmi yang harus terus dijalin.

Dari makanan bernama ketupat ini saja kita bisa mengambil banyak makna untuk bisa kita renungi di Hari Raya Idu Fitri nanti. Mungkin akan semakin banyak makna yang bisa kita resapi dari hal lainnya, terlebih momen Idul Fitri sebagai ruang introspeksi diri menjadi pribadi lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.