Sukses

Hoaks Fenomena di China Bermunculan, dari Hujan Cacing sampai Serangan Nyamuk Raksasa

Liputan6.com, Jakarta - China menjadi negara yang kerap dijadikan bahan hoaks yang tersebar di Indonesia, salah satu informasi palsunya adalah terkait dengan fenomena yang terjadi di negeri tirai bambu tersebut.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah mendapati sejumlah hoaks seputar fenomena yang terjadi di China, setelah melakukan penelusuran pada beberapa informasi viral yang beredar di tengah masyarakat.

Adapun hoaks hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com tersebut di antaranya adalah seputar fenomena kemunculan gagak sampai hujan cacing.

Berikut kumpulan hoaks seputar fenomena yang terjadi di China.

Video Hujan Cacing di China

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video hujan cacing di China, kabar tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 13 Maret 2023.

Unggahan klaim video hujan cacing di China berupa video berdurasi 0.43 detik, awalnya menampilkan sejumlah video mobil yang diparkir di bahu jalan depan bangunan dan terdapat benda panjang hitam di sekirar mobil tersebut hingga sebagian menutupi mobil.

Cuplikan video tersebut pun berubah dengan menampilkan benda panjang bergerak pada permukaan tanah.

Dalam video tersebut terdapat narasi sebagai berikut.

"Fenomena hujan aneh terjadi di Beijing China warga di Ibu Kota negara tirai bambu tersebut terkejut karena tiba-tiba turun hujang cacing, hingga kini belum diketahui sumber fenomena tersebut, warga Beijing pun merasa bingung dengan fenomena itu.

Laman El Elardo melaporkan bahwa penduduk Beijing mendapat pengumuman saat hendak meninggalkan rumah, dalam cuplikan berita terlihat warga kota menjalankan rutinitas sehari-harinya dengan membawa payung agar tidak terkena ulat yang berjatuhan."

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"Hujan Cacing di Beijing Cina. ..."

Benarkah klaim video hujan cacing di China? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com dalam halaman berikut ini...

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Burung Gagak dan Citra Satelit Merah di Wuhan

Kabar kota Wuhan dipenuhi ribuan burung gagak dan foto satelit merah yang diklaim karena kremasi mayat beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan oleh situs media-umat.com dengan judul artikel "Bikin Merinding Ribuan Burung Gagak Hitam dan Foto Satelit Merah Menyala di Kota Wuhan".

Media-umat - Fenomena ribuan burung gagak terbang di atas Wusi, Distrik Chengxi yang berdekatan dengan Kota Wuhan China membuat geger warga setempat.

Dalam budaya Cina, burung gagak dilambangkan sebagai nasib buruk dan pertanda kematian. Selain itu, gagak juga dianggap sebagai burung pemakan bangkai manusia.

Ribuan burung gagak mengepung Wuhan sejak kota itu dilanda virus corona. Jumlah orang yang meninggal akibat infeksi virus corona di seluruh dunia hari ini sudah mencapai 1357 orang.

Sebanyak 60.015 orang terjangkit virus corona di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 33.693 orang dirawat di rumah sakit Hubei, 1.437 di antaranya dalam kondisi kritis.

Fenomena burung gagak di Wuhan dikaitkan dengan mewabahnya virus corona yang telah menelan banyak korban jiwa.

Dalam sebuah rekaman terlihat burung gagak beterbangan di Wusi, Distrik Chengxi. Video tersebut diyakini diambil oleh salah satu warga Wuhan dari dalam kota Cina. Burung-burung itu terlihat beterbangan, kemudian turun di jalan dan mematok sesuatu.

Dilansir dari Daily Star, Rabu 12 Februari 2020, beberapa orang percaya jika gagak-gagak tersebut sedang mencari mayat untuk dimakan. Warga lainnya mengatakan burung-burung itu mungkin memakan abu mayat yang jatuh ke tanah.

Adapula yang menyebut burung serba hitam itu sedang memakan serangga atau hewan yang mati karena bahan kimia yang disemprotkan di jalan.

Selain fenomena burung gagak, foto satelit Wuhan berwarna kuning dan merah menyala juga menggegerkan publik. Ilmuwan menyebutkan foto satelit itu ada kaitannya dengan pembakaran mayat korban virus corona.

Dilansir dari Daily Mail, Kamis (13/2/2020), peta satelit dalam beberapa hari terakhir telah menunjukkan tingkat SO2 yang mengkhawatirkan di sekitar Wuhan, kota Cina.

Para ilmuwan mengatakan bahwa tubuh pengkremasi melepaskan SO2 bersama dengan polutan lain termasuk nitrogen oksida.

Badan Perlindungan Lingkungan AS mengatakan bahwa membakar limbah medis juga dapat menyebabkan emisi sulfur dioksida.

Selain di Wuhan, tingkat sulfur dioksida yang tinggi juga terlihat di kota Chongqing, bekas sub-provinsi dari pemerintahan provinsi Sichuan.

Pemerintah Cina belum memberikan keterangan pasti bahwa tingkat SO2 yang tinggi di Wuhan ada kaitannya dengan kremasi mayat virus corona.

Daerah di sekitar Beijing dan Shanghai, yang tidak diisolasi, juga menampilkan tingkat SO2 yang tinggi, meskipun tidak setinggi yang lain.

China telah memutuskan bahwa tubuh korban virus corona harus dikremasi dalam pemakaman sederhana agar tidak menjadi perhatian publik.

Komisi Kesehatan Nasional negara itu mengatakan awal bulan ini bahwa mayat harus segera dikremasi. Mayat harus dikremasi atau dibakar untuk mencegah penularan virus corona dari tubuh korban.

Benarkah Kabar kota Wuhan dipenuhi ribuan burung gagak dan foto satelit merah? Simak hasil penelusurannya di sini...

 

3 dari 4 halaman

Setelah Burung Gagak, Nyamuk Raksasa Serang Wuhan

Kabar tentang nyamuk raksasa dan burung gagak yang menyerbu Wuhan, China beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan oleh situs beritaislam.org dengan judul artikel "Video, Nyamuk Raksasa Serang Wuhan Setelah Geger Muncul Ribuan Burung Gagak".

Beritaislam - Salah satu kantor berita berbahasa Arab telah memberitakan kawanan nyamuk raksasa yang menyerang kota Wuhan China.

Nyamuk-nyamuk raksasa itu menempel di tembok-tembok setelah sebelumnya juga muncul kawanan ribuan burung gagak di kota tersebut.

Diketahui burung gagak adalah spesies burung pemakan bangkai termasuk bangkai manusia. Hal ini membuat spekulasi para warganet yang menganggap mayat-mayat korban virus korona telah mengundang datangnya burung-burung tersebut.

Chanel Youtube Wuhan News mengunggah video kawanan besar burung gagak di Provinsi Hubei, pusat virus Corona berawal.

Giant Flocks of Crows and Huge Mosqutoes Seen Near Coronavirus Center. Kawanan Besar Burung Gagak dan Nyamuk Raksasa Terlihat Sekitar Pusat Virus Corona.

Dalam bahasa Inggris gagal dosenit 'crows, ravens, blackbirds'.

"Burung gagak mengelililingi langit di kota Jingzhou (di sebelah Wuhan) - Apakah mereka tertarik oleh aroma kematian? Di Jingzhou, Hubei, gagak bergerak. Karnivora memiliki indera penciuman yang sangat sensitif. Mereka bisa mencium bau mayat yang samar di kejauhan, dan berlomba untuk terbang. Pasien yang sekarat akan mengeluarkan bau busuk yang tidak dapat dibaui manusia sebelum mati. Cium itu."

Sebelumnya diberitakan para pengguna media sosial di China melaorkan kejadian tak biasa dengan ditemukannya perilaku "hewan-hewan aneh". Tak hanya ribuan gagak yang berdatangan di Wuhan dan beberapa kota lainnya di Provinsi Hubei, netizen China juga melaporkan adanya nyamuk raksasa.

Banyak netizen yang menghubungkan fenomena tersebut dengan virus corona. Mereka berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut "mencium" aroma kematian dari para korban virus corona yang hampir meninggal di mana bau itu bisa dicium oleh burung gagak.

Namun, masih belum ada bukti ilomiah yang kuat mengenai keterhubungan di atas. Dilansir dari The Epoch Times, seorang penduduk Beijing mengklaim bahwa dirinya telah melihat sejumlah nyamuk "raksasa" yang berkerumun di jalan raya distrik Haidan.

Mengutip dari laman hitekno.com, The Epoch Times merupakan sebuah media berita swasta yang menyediakan berita-berita tentang kejadian di China yang bebas sensor.

Meski membuat geger di awal Februari, penampakan ribuan gagak dan nyamuk raksasa ternyata telah beredar di Weibo sejuak akhir Januari 2020.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. memang sangat aneh. Bisakah tim peneliti datang dan memeriksanya?" ucap salah seorang warga China di dalam video.

Beberapa netizen di China merasa heran dengan keberadaan nyamuk itu karena biasanya mereka tidak terlihat dan tidak terlalu mencolok di musim dingin. Sebagai informasi, pada rentang bulan November hingga Maret, kawasan China berada pada musim dingin. Mereka berpendapat bahwa nyamuk biasanya akan muncul bulan April.

Namun dalam video, terlihat kawanan nyamuk raksasa seukuran jempol orang dewasa yang hinggap pada dinding dekat sebuah jalan raya di distrik Haidian.

Beberapa netizen memaparkan bahwa dalam kebudayaan kuno China, keberadaan sejumlah besar nyamuk di musim dingin adalah pertanda munculnya wabah penyakit menular.

Terlebih memang secara medis, nyamuk adalah hewan yang bisa menularkan berbagai penyakit, termasuk malaria dan virus kaki gajah.

Banyak netizen yang mengaitkan keberadaan ribuan burung gagak dan nyamuk raksasa itu dengan fenomena virus corona meski belum ada bukti ilmiah atau pernyataan dari ilmuwan yang menguatkannya.

Selain itu, situs ini juga menambahkan sebuah video. Dalam video berdurasi 1 menit 46 detik itu, tampak seorang wanita tengah berlari menghindari kawanan burung berwarna hitam. Selain itu, ada juga penampakan kawanan nyamuk yang menempel di dinding.

Benarkah Kabar tentang nyamuk raksasa dan burung gagak yang menyerbu Wuhan? Simak hasil penelusurannya di sini...

 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.