Sukses

Cek Fakta: Tidak Benar Gambar Presiden Jokowi dalam Artikel Detik.com "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi"

Beredar di media sosial postingan gambar Presiden Jokowi dengan kedua putranya dalam artikel Detik.com berjudul "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!".

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan gambar Presiden Jokowi dengan kedua putranya dalam artikel Detik.com berjudul "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!". Postingan itu beredar sejak beberapa waktu lalu.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 30 Januari 2023.

Dalam postingannya terdapat artikel Detiknews berjudul "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!". Artikel itu disertai gambar Presiden Jokowi menunggangi kerbau berwarna merah dengan kedua putranya.

Akun itu menambahkan narasi "JUDULNYA PROGRAM INDONESIA MAJU BYUUUURRR MEROKET HARTANYA"

Lalu benarkah postingan gambar Presiden Jokowi dengan kedua putranya dalam artikel Detik.com berjudul "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!"?

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi laman Detik.com. Di sana kami memasukkan kata kunci "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!" dalam kolom pencarian.

Hasilnya terdapat artikel berjudul "PSI: Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!" yang tayang pada 23 Juni 2015.

Terdapat kesamaan nama penulis yakni Elvan Dany Sutrisno. Namun dalam artikel asli tidak terdapat gambar Presiden Jokowi seperti dalam postingan.

<p>Cek Fakta gambar artikel Detik.com</p>

Di dalam artikel asli hanya terdapat foto Sekjen Partai Solidaritas Indonesia, Raja Juli Antoni. Berikut isi artikelnya:

"Jakarta - Politik dinasti telah membunuh sendi-sendi demokrasi. Saatnya rakyat bersama parpol yang masih punya nurani bergerak menolak politik dinasti.

"Justru sebenarnya kan inti dari demokrasi itu kan memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat dari latar belakang apa pun, apakah dia dari kalangan elite atau rakyat biasa supaya bisa berpartisipasi baik sebagai pemilih maupun orang yang dipilih. Dengan lahirnya politik dinasti itu justru mengingkari makna demokrasi itu sendiri," kata Sekjen Partai Solidaritas Indonesia Raja Juli Antoni, kepada detikcom, Selasa (23/6/2015).

Politik dinasti membuat kekuasaan hanya beredar atau berputar di kalangan keluarga tertentu. Ini indikasi bahwa demokrasi tidak berjalan di jalan yang baik dan ada kecenderungan pembusukan demokrasi, karena orang dipilih bukan karena kapasitas tapi karena keluarga orang tertentu.

"Karena itu saya kira salah satu gerakan yang harus didorong sekuat mungkin oleh LSM dan parpol mulai melihat manusia sebagai manusia. Jadi manusia bukan dilihat dari hubungan biologis atau genetisnya. Jangan biarkan politik dinasti membunuh demokrasi," tegas Mantan Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini.

Di beberapa tempat di dunia memang ada bapak dan anak jadi presiden di periode yang berbeda. Namun di luar negeri seperti Amerika Serikat ada pendidikan politik yang secara alamiah ditanamkan.

"Seperti Hillary, orang tahu dia jadi senator di New York sekian tahun, kemudian dia ikut konvensi Partai Demokrat. Jadi Hillary maju bukan karena dia istri Clinton tapi karena dia punya kemampuan diri sendiri untuk maju," paparnya.

"Di kita yang terjadi justru politik dinasti untuk memproteksi kepentingan keluarga, bisnis keluarga, kepentingan kekuasaan, jadi menurut saya buruk sekali. Jadi tidak ada alasan bagi kita tidak memerangi politik dinasti," pungkasnya."

Sumber:

https://news.detik.com/berita/d-2949837/psi-saatnya-bergerak-tolak-politik-dinasti-yang-membunuh-demokrasi

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Postingan gambar Presiden Jokowi dengan kedua putranya dalam artikel Detik.com berjudul "Saatnya Bergerak Tolak Politik Dinasti yang Membunuh Demokrasi!" adalah tidak benar. Faktanya gambar dalam artikel itu telah disunting.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.