Sukses

Perkuat Literasi Digital lewat Website Petualangan Ligi

Sepanjang 2021 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat 1.733 konten bernada misinformasi dan disinformasi.

Liputan6.com, Jakarta- - Di era yang serbadigital ini, hampir seluruh sektor dan lapisan masyarakat dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tentu akan berdampak pula pada arus informasi, baik negatif maupun positif.

Data oleh We Are Social dan Kepios yang dirilis pada Februari 2022, menunjukkan alasan utama seseorang menggunakan internet adalah untuk mencari informasi, dengan persentase sebesar 80,1%.

Sepanjang 2021 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat 1.733 konten bernada misinformasi dan disinformasi yang telah diklarifikasi oleh Kominfo. Hampir seluruhnya bertemakan pandemi Covid-19.

Pada klasifikasinya, konten misinformasi dan disinformasi terbagi menjadi tujuh menurut First Draft. Ada satire/parodi, konten yang menyesatkan, konten palsu, konten tiruan, konteks yang salah, konten yang dimanipulasi, dan koneksi yang salah.

Laporan tahunan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) pada 2020, ditemukan tiga jenis mis/disinformasi teratas yang paling banyak tersebar di Indonesia. Pertama, ada konten yang menyesatkan, yaitu konten yang berisi informasi yang menyesatkan.

Kedua, konteks yang salah, di mana konten tersebut merupakan konten asli yang dulu pernah disebar, kini disebar lagi karena peristiwanya serupa. Ketiga ada konten palsu, yakni konten yang sengaja dibuat untuk membohongi penerima informasi.

Dalam menangani persebaran informasi yang negatif, perlu adanya langkah preemtif berupa penguatan literasi digital. Langkah preemtif mengacu pemberian pemahaman guna mencegah seseorang melakukan hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, dampak-dampak negatif dari mis/disinformasi.

“Edukasi (literasi digital) membuat orang jadi tahu, bagaimana caranya bisa memverifikasi suatu informasi. Jadi, tidak asal share, kita cari tahu dulu motifnya apa, nih, orang menyebar hoaks,” ujar Syarief Ramaputra, Pemeriksa Fakta di MAFINDO, Minggu (13/03/2022).

Menurutnya, selain menjadikan seseorang lebih kritis, kemampuan literasi digital akan membantu kita untuk lebih memahami tools apa saja yang dapat digunakan dalam pemeriksaan fakta.

Hal ini selaras dengan keterangan dari UNESCO, yang juga menjelaskan pentingnya literasi digital dalam pencegahan konten-konten negatif di internet.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Urgensi Penguatan Literasi Digital

Pemerintah Indonesia melalui Kominfo juga terus gencar memberi pelatihan literasi digital untuk masyarakat. Salah satunya adalah melalui program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD).

Melihat upaya pemerintah tersebut, menandakan adanya urgensi terhadap kebutuhan penguatan literasi digital warga Indonesia. Terlebih, angka indeks literasi digital Indonesia baru mencapai 3,46 dari 5. Angka tersebut tergolong kategori sedang, maka perlu adanya upaya peningkatan agar mencapai kategori baik.

Generasi Z sering disebut-sebut sebagai digital natives. Namun, riset oleh Kaspersky pada 2021, Gen Z cenderung lebih sering menyebarkan informasi tanpa verifikasi, ketimbang generasi-generasi sebelumnya. Riset itu menunjukkan Gen Z unggul dengan persentase sebesar 28%, ketimbang generasi milenial yang meraih persentase 16%. Riset ini berfokus pada warga di Asia Tenggara.

Meskipun Gen Z lebih awam dengan gawainya, tidak berarti literasi digitalnya sudah cukup.

Hal ini mendorong munculnya inovasi dalam bentuk website interaktif yang diberi nama "Petualangan Ligi". Kata "Ligi" merupakan singkatan dari Literasi diGital.

Website ini akan menyajikan beragam informasi seputar misinformasi dan disinformasi. Terdapat beragam fitur yang dapat diakses, seperti infografis, kuis interaktif, dan tutorial singkat cara melakukan cek fakta mandiri.

Pengunjung website akan diajak untuk menjelajahi suatu tempat yang disebut 'hutan hoaks'. Sebelum masuk ke bagian kuis, terlebih dahulu pengunjung akan diminta memilih salah satu dari tiga topik mis/disinformasi berbeda.

Tiga topik ini adalah pandemi Covid-19, penipuan giveaway, dan kuis cek fakta. Hati-hati ketiga kuis di atas dapat mengecoh, lho!

 

3 dari 3 halaman

Bantu Pola Pikir Kritis

Gunakan pola pikir kritismu untuk menjalani seluruh rangkaian websitenya, ya

Meski begitu, jangan khawatir! Petualangan Ligi akan membantumu melatih pola pikir kritis sembari memberi pengetahuan baru.

Latih kemampuan literasi digitalmu agar tidak mudah dikelabui oleh hoaks-hoaks yang beredar.

Website dapat diakses melalui http://petualanganligi.com/

Penulis: Viona Pricilla/Universitas Multimedia Nusantara

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.