Sukses

Ajak Anak Berpikir Kritis sejak Dini agar Terhindar dari Hoaks

Banyak orang yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya menyebar hoaks di sana-sini.

Liputan6.com, Jakarta - Anak adalah penerus tiap bangsa. Jika anak-anak tumbuh dengan didikan yang baik maka berkembang jugalah masa depan bangsa itu. Begitu pun sebaliknya, jika anak mudah terperdaya dan tidak kritis dalam memilih sesuatu, maka lemah jugalah bangsa tersebut.

Apalagi setelah kehadiran pandemi COVID-19 yang menggencarkan dunia. Banyak orang yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya menyebar hoaks di sana-sini. Bukan hanya orang dewasa yang terpengaruh akan berita-berita palsu ini. Anak-anak pun tak luput dari informasi hoaks di media sosial, yang jika dihitung-hitung telah mencapai ribuan.

Pada webinar Hasil Survei Nasional 2022 bertajuk "Anak Muda dan COVID-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh"' yang diikuti di Jakarta pada hari Rabu, pekan lalu, Henny Supolo Sitepu selaku Ketua Yayasan Cahaya Guru mengajak semua kalangan untuk dapat mendidik dan bekerja sama dengan anak.

Bagaimana mengajak anak berpikir kritis menghadapi hoaks, berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih paham dan kreatif dalam menerima setiap informasi yang terkait dengan COVID-19. "Para pelajar atau anak-anak kita, itu sejak awal sudah dibiasakan untuk bekerjasama, berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif," kata Henny.

Ada tiga pusat pendidikan yang dapat membantu anak dalam meningkatkan kepercayaan diri dalam berpikir kritis, dimulai dari alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan yang ada pada lingkungan anak.

Alam keluarga adalah tempat belajar pertama anak, karena itu perlakuan, tutur kata, tindak-tanduk keluarga akan menjadi contoh untuk anak. Keluarga juga dapat mengajari anak cara memilih dan memilah dalam mengikuti aturan kesehatan melalui visual seseorang di televisi. Jika berhasil, anak akan dapat menerapkannya di lingkungan sekitar.

Sedangkan alam perguruan, yang lebih dikenal dengan alam pendidikan. Bukan hanya membahas tentang aturan, akan tetapi sekolah dapat melatih anak dengan keterampilan belajarnya baik berbicara, menulis dan mencari informasi.

Terakhir, pada alam pergerakan atau pihak lingkungan sekitar anak. Contoh paling kecilnya adalah pembentukan organisasi di sekolah, misalnya dengan diadakannya tim Satgas atau kelompok tertentu lainnya dengan melibatkan anak terkait penyebaran informasi COVID-19 bersama sejumlah pihak yang berasal dari semua kalangan, sehingga dapat lebih mengasah tingkat analisisnya dan menyaring informasi yang belum tentu kebenarannya.

 

Sumber :https://m.antaranews.com/berita/2625985/perlu-ajak-anak-bekerjasama-berfikir-kritis-terima-informasi-covid-19

(Efani Angreini/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.