Sukses

Studi Sebut Facebook Bisa Gunakan Orang Awam Perangi Hoaks di Platformnya

Selama ini Facebook bekerja sama dengan lembaga pemeriksa fakta dan sejumlah media untuk memerangi hoaks.

Liputan6.com, Jakarta - Studi menarik diungkapkan Nieman Journalism Lab untuk membantu Facebook mengurangi hoaks atau berita palsu di platformnya. Nieman menyebut Facebook bisa menggunakan orang biasa untuk membantu memberikan tanda bagi hoaks atau berita palsu yang diposting.

Selama ini Facebook bekerja sama dengan lembaga pemeriksa fakta dan sejumlah media untuk memerangi hoaks. Lembaga pemeriksa fakta dan media memeriksa konten dan menandainya jika ada yang terindikasi hoaks atau misinformasi.

Namun jumlah konten yang dicek lembaga pemeriksa fakta dan media tidak sebanyak hoaks yang beredar. Di AS sendiri Facebook bekerja sama dengan 6 lembaga pemeriksa fakta dan hanya mampu memeriksa 200 konten setiap bulannya.

"Kami mengajak 1.128 orang di AS untuk memeriksa 207 berita yang sudah ditandai oleh lembaga pemeriksa fakta dan juga tim internal Facebook. Hasilnya rata-rata dari 10 orang awam yang seimbang dari pilihan politik punya penilaian yang sama dengan pemeriksa fakta," bunyi pernyataan Nieman.

"Kami juga menemukan orang awam bisa menilai konten yang benar dengan akurasi tinggi seperti halnya pemeriksa fakta. Kami melihat ada peluang keterlibatan orang awam untuk memerangi hoaks di Facebook, bekerja sama dengan lembaga pemeriksa fakta dan juga algoritma Facebook itu sendiri."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ujicoba Twitt

Sebelumnya metode pelibatan orang awam atau crowdsourcing juga sedang dikembangkan Twitter. Dalam fitur bernama Birdwatch, Twitter memungkinkan penggunanya untuk menandai unggahan yang berisi informasi hoaks.

Kemudian, pengguna bisa menambahkan catatan ke dalamnya dan memberikan alasan kenapa informasi itu palsu.

"Kami memang sedang mencari banyak jalan untuk mengurangi misinformasi atau konteks yang salah di postingan," ujar juru bicara Twitter seperti dilansir Techcrunch.

"Misinformasi adalah isu kritis jadi kami sedang menguji berbagai fitur untuk membenahinya."

 

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini