Sukses

Kisah Para Pengkhianat Argentina dan Brasil Bantu Italia Juara Piala Dunia 1934

Gelar juara Piala Dunia pertama yang diraih Italia pada 1934 menyisakan banyak cerita, salah satunya kisah pengkhianatan 4 pemain Argentina dan 1 pemain Brasil.

Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia selalu menghadirkan cerita. Salah satunya kisah di balik kesuksesan Italia untuk pertama kalinya jadi juara Piala Dunia pada tahun 1934.

Dinukil dari berbagai sumber, cerita Italia di Piala Dunia 1934, bukan sekadar kisah heroik para pemainnya di lapangan, juga ada pengaruh Benito Mussolini, hingga peran pemain asal Argentina dan Brasil.

Di Italia, ada istilah oriundi yang digunakan bagi seseorang dengan garis keturunan Italia yang lahir di negara lain, setidaknya dari kakek-nenek atau orang tuanya. Italia memiliki lima oriundi di Piala Dunia 1934 yang faktanya sangat bermanfaat membawa Gli Azzurri jadi juara.

Para oriundi di skuat Italia 1934 masing-masing empat dari Argentina yakni Atilio Jose Demaria, Raimundo Orsi, Enrique Guaita, dan Luisito 'Luis' Monti, serta satu dari Brasil, Anfilogino Guarisi.

Faktanya, semua pemain tersebut sebelumnya sempat membela negara kelahirannya masing-masing di berbagai pertandingan internasional. Pengaruh Benito Mussolini yang kemudian membuat mereka rela dicap pengkhianat.

Reaksi rakyat Argentina lebih keras dibandingkan Brasil. Sebab, para pengkhianat bangsa itu, justru bertarung untuk negara Italia dan bersenang-senang di akhir turnamen.

Apalagi Argentina juga tampil di Piala Dunia 1934, dan langsung angkat koper setelah kalah 2-3 dari Swedia. Piala Dunia saat itu, digelar dengan sistem kompetisi gugur, tidak seperti sekarang, berjuang dari fase penyisihan grup hingga knock-out.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pengaruh Benito Mussolini

Tiga dari empat pemain kelahiran Argentina di skuat Italia merupakan kunci keberhasilan Gli Azzurri jadi juara.

Mereka adalah Luis Monti, Raimundo Orsi dan Enrique Guaita. Sementara dua oriundi lainnya Atilio Demaria dan Anfilogino Guarisi, tak banyak mendapat kesempatan selama turnamen berlangsung.

Benito Mussolini, sebenarnya bukanlah pemimpin pertama yang mengenali potensi politik olahraga, tetapi dia adalah salah satu pemimpin yang paling menekankannya.

Bagi Mussolini memiliki oriundi di tim nasional sepak bola Italia pada tahun 1934, sangat bermanfaat untuk kejayaan Italia sebagai negara.

Mussolini akhirnya bisa menikmati kemenangan politiknya lewat arena sepak bola. Sebab, keberhasilan Italia jadi juara membantu mesin propaganda Mussolini untuk mewakili negara sebagai simbol superioritas fasis di Eropa.

 

3 dari 5 halaman

Oriundi Pertama di Timnas Italia

Hubungan dan pengaruh oriundi untuk sepak bola Italia sebenarnya sudah terbangun jauh hari sebelum Atilio Jose Demaria, Raimundo Orsi, Enrique Guaita, Luis Monti, dan Anfilogino Guarisi membela Gli Azzurri di Piala Dunia 1934.

Salah satu pemain yang paling dikenal sebagai oriundi adalah Julio Libonatti, yang dijuluki El Matador karena bakatnya dalam menguasai bola. Ia lahir di Kota Rosario, Argentina dari keluarga Calabria.

Libonatti dianggap sebagai pembuka jalan fenomena oriundi di timnas Italia. Libonatti bermain dengan tim nasional Argentina 1919-1922. Setelah empat tahun, tepatnya mulai 1926 sampai 1931, Libonatti memutuskan bermain untuk tim nasional Italia.

Permainan Libonatti menarik orang-orang dari seluruh negeri dan bahkan dari luar negeri. Berkat bakatnya, salah seorang yang terpikat pada kemampuannya adalah Enrico Marone Cinzano, pemimpin kota Turin.

Dalam kunjungannya ke Rosario, Cinzano telah memperhatikan bahwa Libonatti memiliki semua yang diperlukan untuk seorang penyerang: kecepatan, kelincahan, pergerakan bola yang baik dengan kedua kaki, serta tembakan yang kuat dan akurat.

Dengan semua ini dan fakta bahwa dia berasal dari Italia, Cinzano lebih tertarik untuk memiliki Libonatti di Timnas Italia. Pada tahun 1925, Libonatti didaftarkan untuk transfer transatlantik, dan kemudian pindah ke klub papan atas Italia saat itu, Torino.

 

 

4 dari 5 halaman

Pembuka Pintu Pemain Keturunan

Libonatti menerimanya dia menyukai petualangan baru, dia menjadi awal dari sejarah oriundi karena dia adalah warga negara Argentina pertama yang melakukan transfer transatlantik.

Di mana pun dia bermain, dia membuat sejarah dan ini tidak terkecuali bagi Azzurri, tim nasional Italia. Libonatti memainkan pertandingan pertamanya untuk Italia pada tahun 1926, menjadi oriundi pertama yang bermain di Azzurri.

Libonatti, setelah usianya menginjak 33 tahun, meninggalkan Torino, namun ia terus bermain di tim yang berbeda di level Serie B dan Serie C. Setelah menjalani kehidupan yang baik, ia bangkrut dan kemudian memutuskan kembali berkumpul dengan keluarganya yang berada di Argentina setelah meninggalkan Italia ketika rezim fasis mulai mencekik.

Julio Libonatti telah membuka pintu untuk beberapa perubahan di masa depan sepak bola Italia, terutama karena oriundi lain memiliki kesempatan untuk berkembang di Italia selama bertahun-tahun.

Sejarah kemudian mencatat ada banyak pemain Italia yang lahir di luar negeri, tetapi sukses bersama Timnas Gli Azzurri. Salah satunya Mauro Camoranesi, pemain Argentina yang ambil bagian dalam perjalanan hebat Italia menggenggam trofi emas Piala Dunia 2006, setelah mengandaskan Prancis dalam drama pertandingan lebih dari 2 jam di Kota Berlin.

 

5 dari 5 halaman

Italia Absen Berturut-turut di Piala Dunia

Sayangnya dalam dua penyelenggaraan terakhir, Piala Dunia kehilangan Italia yang setelah melewatkan Rusia 2018, kembali gagal lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar akibat kalah tragis dari Makedonia Utara yang tak diunggulkan di babak playoff.

Melansir laporan Sportskeeda, Italia sejatinya bermain cukup solid di awal pertandingan. Mereka memenangkan sebagian besar duel di lapangan dan tampil menekan untuk membatasi pergerakan pemain Makedonia Utara.

Peluang emas sempat tercipta pada menit ke-30. Kiper Stole Dimitrievski hampir membuat blunder fatal. Bola malah diberikan kepada Domenico Berardi. Beruntung sepakan Berardi masih lemah sehingga bisa diamankan sang penjaga gawang.

Sebaliknya di menit-menit akhir, malapetaka justru menimpa Italia. Gianluigi Donnarumma gagal menampik tendangan jarak jauh Trajkovski. Alhasil, Italia mau tak mau harus tersisih dari Piala Dunia 2022.

Di era sepak bola modern seperti sekarang, selain pemain keturunan, pemain dari keluarga imigran lumrah menghiasi skuat tim nasional suatu negara. Termasuk Italia yang dalam satu dekade terakhir tak hanya mengandalkan oriundi, juga para imigran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.