Sukses

Benahi Organisasi, Calon Wakil Ketua Umum PSSI Tawarkan Konsep 'BPJS'

Gagasan "BPJS" Cawaketum PSSI ini merupakan akronim dari Benahi, Perkuat, Jalinan, dan Sistem.

Jakarta Calon Wakil Ketua Umum (Cawaketum) PSSI periode 2019-2023, Muhammad Kusnaeni, menawarkan sebuah konsep yang diberi nama "BPJS" untuk membenahi organisasi. Gagasan "BPJS" tersebut merupakan akronim dari Benahi, Perkuat, Jalinan, dan Sistem.

Kusnaeni, yang juga mencalonkan diri sebagai anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, melihat roda organisasi saat ini tidak berjalan baik. Pria yang juga dikenal sebagai pengamat sepak bola itu percaya diri konsep "BPJS" dapat membawa organisasi lebih sehat.

"Bagi organisasi besar seperti PSSI, sehat di sini maknanya luas. Tidak cukup sehat secara finansial, tapi juga harus sehat secara tata kelola dan juga prestasinya," kata Kusnaeni.

"Dari segi prestasi belum terlihat, tata kelolanya pun agak berantakan, dan secara finansial ternyata masih terbebani utang lumayan besar," ujar Kusnaeni.

Untuk itu, Kusnaeni menyebut konsep BPJS yang ditawarkannya begitu penting.

"Huruf B itu maknanya benahi kompetisi. Tidak hanya fokus ke kompetisi profesional, tapi juga kompetisi amatir dan usia muda," jelasnya.

"Apalagi kami ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia U-21 2021. Kompetisi amatir dan usia muda yang bagus bisa jadi penyangga yang kuat bagi liga profesional sekaligus menghasilkan banyak bibit pemain bagus sehingga nantinya kita bisa bersaing di level dunia," lanjutnya.

Kusnaeni mengatakan, butuh perhatian khusus untuk membenahi kompetisi profesional. Menurutnya, permasalahan tersebut telah kompleks.

"Banyak yang harus kita kerjakan untuk membenahi tata kelola kompetisi profesional kita. Atmosfernya sudah bagus, tapi butuh sentuhan khusus agar aspek-aspek negatifnya bisa dikurangi dan kompetisi kami kelak lebih punya nilai ekonomis," imbuhnya.

Lalu, huruf "P" maknanya adalah perkuat organisasi.

"Usia PSSI bahkan lebih tua dibanding republik ini. Sudah sepantasnya PSSI menjadi organisasi yang kuat dan modern. Minimal yang terunggul dibanding induk cabor lainnya," kata pria yang juga kerap tampil sebagai komentator itu.

"Sayangnya, saat ini 'rumah PSSI' saja kita tidak punya. Terus berpindah-pindah. Kita juga belum punya fasilitas pemusatan latihan yang memadai untuk timnas semua kelompok umur. Ini hanya bagian kecil dari persoalan organisasi. Banyak aspek lain yang butuh penguatan agar PSSI menjadi organisasi yang unggul dan modern," tuturnya.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penjelasan Konsep BPJS Kusnaeni

Kusnaeni melanjutkan, makna "J" pada konsep "BPJS" nya adalah jalinan kemitraan dengan semua stakeholder, terutama pemerintah.

"Sepak bola itu tak mungkin diurus sendiri oleh PSSI. Jadi, libatkan semua pihak, di antaranya swasta, BUMN, masyarakat, keluarga, hingga mantan pemain," ucap Kusnaeni, yang juga pengurus Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dalam naungan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini.

"Paling penting, jangan pernah lagi punya pikiran PSSI bisa maju tanpa dukungan pemerintah. Justru PSSI harus merangkul pemerintah agar program-programnya mendapat dukungan dan bantuan. Khususnya untuk peningkatan infrastruktur dan pembinaan usia muda," jelasnya.

Huruf paling akhir, "S" dimaknai Kusnaeni sebagai sistem yang menjadi panglima, bukan figurnya.

"Bangun sistem organisasi yang kuat, jangan bertumpu pada figur alias one man show. PSSI ini organisasi besar, tidak boleh hanya bertumpu pada orang per orang," ungkapnya.

Menurut Kusnaeni, lemahnya sistem inilah yang selama ini memberi peluang bagi penyalahgunaan, satu di antaranya berupa match fixing di kompetisi.

"Sistem harus berjalan dan jadi pedoman organisasi PSSI. Jangan terlalu banyak pembiaran dan kompromi sehingga akhirnya organisasi jadi lumpuh, tidak efektif," pungkas Kusnaeni mengakhiri pembicaraan.

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Muhammad Adiyaksa/Editor: Aning Jati, published 26/10/2019)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.