Sukses

Produsen Bus Lokal Lebih Bangga Pakai Merek Bus Asing

Produsen bus Indonesia ternyata lebih menyukai penggunaan merek luar negeri sehingga enggan membuat merek bus dalam negeri.

Indonesia boleh berbangga hati jika banyak produsen bus (karoseri) lokal jago membuat kerangka bus, bahkan debutnya selama puluhan tahun membawa nama negara ini terkenal hingga kawasan ASEAN. Sayang, ketenaran itu tidak diiringi dengan pembuatan merek bus dalam negeri.

Lalu apa yang membuat Indonesia sampai saat ini belum mempunyai merek sendiri? Direktur Produksi PT INKA (Persero), Hendy Indratno Adji mengungkapkan, produsen bus Indonesia lebih menyukai penggunaan merek-merek luar negeri ketimbang merek lokal. Tak heran bila Indonesia 'miskin' merek lokal.

"Sampai sekarang kita belum punya merek sendiri itu karena kemauan saja. Mungkin kita lebih bangga dengan merek luar dibanding merek sendiri sehingga secara ekonomi lebih baik menggunakan merek luar negeri yang sudah ternama ketimbang harus susah payah merintis dan merangkak dari bawah," ujar Hendy saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Minggu (23/2/2014).

Hendy mengakui, INKA merupakan satu-satunya pemegang merek pembuat bus gandeng atau Airticulated Bus (ATC). Merek yang disandangnya adalah Inobus.

Sedangkan bus asing Mercedez, Hino, Scania, Volvo, Yutang dan Ankai adalah pemegang merek dari luar negeri yang melakukan produksi dan membuat kerangka atau body bus di Indonesia. Namun bisa juga mendatangkan secara utuh dari luar negeri.

Lebih jauh dia mengatakan, sebuah perusahaan pembuat bus dan memiliki merek sendiri, seperti INKA apabila telah memenuhi beberapa kriteria antara lain, desain atau rancang bangun sendiri, melakukan produksi dan pengujian.

"Sedangkan karoseri itu hanya mengerjakan body saja. Konstruksi bus yang paling menentukan segi keamanan dan keselamatan adalah chasis atau rangka dasar, wheel axle atau gandar serta mesin atau transmisi. Jika karoseri mau melakukan desain sebenarnya sangat bisa," jelas dia.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mendesain bus ini, kata Hendy, dapat  menggandeng karoseri untuk membuat body bus. Namun kontrol kualitas tetap diawasi pemegang merek.

"Merek bisa kita daftarkan ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Setelah melalui berbagai audit dari Kemenperin terhadap kemampuan pabrik kita, barulah merek diberikan," ujarnya.

Ke depan, dia berharap agar masyarakat Indonesia maupun seluruh institusi yang melakukan pengadaan bus lokal mulai menghargai hasil karya putra bangsa.

"Jangan dulu memvonis buatan lokal jelek. Setelah produksi kita banyak dan berkelanjutan, kualitas secara teknis dan harga dengan sendirinya akan membaik," pungkas Hendy.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi, mengatakan, Indonesia dapat membuat bus sejak lama. Produsen bus mampu membuat kerangka di dalam negeri.

"Angkutan umum cukup besar, 95% disuplai dalam negeri, sehingga semua ada 500-1.000 karoseri, jadi keluar pabrik cuma chassis (kerangka mobil) dan mesin hidup," kata Budi.

Budi menambahkan, hal itu membuktikan Indonesia mampu membuat bus. Namun sayang masih menumpang nama produsen besar. "Kita sudah lama membuat bus di Indonesia. Kita tidak punya merek sendiri," ujar Budi. (Fik/Ahm)


*Bagi Anda yang ingin mengetahui hasil ujian CPNS Honorer K2 2013 silakan klik di cpns.liputan6.com


Baca juga:

Meski Tak Punya Merek, Indonesia Jawara Bikin Bus

Bus Tingkat Wisata Bermasalah, Ahok: Konyol Beli Mobil Kayak Gitu



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.