Sukses

RNI Beralih ke Selandia Baru untuk Penuhi Kebutuhan Daging

PT Rajawali Nusantara Indonesia menjajaki kerja sama dengan Selandia Baru untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.

PT Rajawali Nusantara Indonesia/RNI (Persero) telah menunda kerja sama pengadaan daging dan sapi dengan Australia karena aksi sadap yang dilakukan agen mata-mata Australia kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun meski kerjasama itu ditunda, PT RNI tidak menyerah untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia. Perusahaan plat merah tersebut telah mencari alternatif lain yaitu dengan melakukan kerja sama dengan Selandia Baru. Pihaknya mencari mitra bisnis pengadaan sapi.

"Memang kita membutuhkan tambahan per bulan 6 ribu ekor, rencana kita dari Australia, tetapi kami sudah sekarang ini menyiapkan alternatif dengan Selandia Baru," kata Direktur Utama PT RNI, Ismed Hasan Putro, usai meresmikan gerai Waroeng Rajawali, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (22/11/2013).

Saat ini RNI sudah melakukan negosiasi awal terkait pengelolaan 5 ribu hektar lahan dan pembelian sapi di Selandia Baru yang akan dikelola nanti.

"Kita sudah menyiapkan untuk melakukan negosiasi awal di saat ada persoalan dengan Australia. Kita segera mencari alternatif yaitu New Zealand," tuturnya.

Atas kejadian ini, Ismed berharap pemerintah mau belajar agar tidak bergantung dengan satu negara saja dalam hal ketahanan pangan, dan harus mencari alternatif negara lain untuk mengantisipasinya.

"Oleh karena itu saya ingin agar pemerintah ke depan harus belajar dari pengalaman dari Australia ini," kata Ismed.

Menurut Ismed, sistem mitra satu negara yang ditetapkan saat ini harus diubah, jika sudah diubah dapat dengan mudah mencari alternatif lain jika terjadi permasalahan seperti yang dialami saat ini.


"Oleh karena itu mungkin konsep country zone itu harus diubah menjadi zone-zone, jadi wilayah bukan negara. Mungkin bisa impor dari Brazil tapi yang terjamin tidak terkena penyakit," pungkasnya. (Pew/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini