Sukses

Ekonomi Rusia Catat Kinerja Terbaik di Dunia

Hal itu didukung oleh ekspor minyak Rusia yang stabil dan belanja pemerintah tetap tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Rusia akan tumbuh lebih cepat dibandingkan semua negara maju di dunia, termasuk Amerika Serikat, di tahun ini.

Melansir BBC, Rabu (17/4/2024) IMF memperkirakan ekonomi Rusia akan tumbuh 3,2% tahun 2024 ini, jauh lebih tinggi dibandingkan Inggris, Prancis, dan Jerman.

IMF mengatakan, hal itu didukung oleh ekspor minyak Rusia yang stabil dan belanja pemerintah tetap tinggi.

"Meskipun banyak prediksi yang suram, dunia berhasil menghindari resesi, sistem perbankan terbukti tangguh, dan negara-negara berkembang tidak mengalami penghentian mendadak," kata IMF.

Badan itu juga mengatakan bahwa perkiraan pertumbuhan pada tahun berikutnya di sebagian besar negara maju, seringkali berada dalam kisaran 1,5 poin persentase dari apa yang sebenarnya terjadi.

Meskipun Kremlin terkena sanksi atas invasinya ke Ukraina, IMF memperbarui prediksinya pada bulan Januari untuk perekonomian Rusia tahun ini, dan mengatakan meskipun pertumbuhan akan lebih rendah pada tahun 2025, namun masih lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,8%.

"Investasi dari korporasi dan badan usaha milik negara serta kuatnya konsumsi swasta di Rusia telah mendorong pertumbuhan seiring dengan kuatnya ekspor minyak," ungkap Petya Koeva Brooks, wakil direktur IMF.

Seperti diketahui, Rusia merupakan salah satu eksportir minyak terbesar di dunia dan pada bulan Februari, jutaan barel bahan bakar yang terbuat dari minyak Rusia masih diimpor ke Inggris meskipun ada sanksi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Eropa

Sementara itu, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan seluruh negara Eropa dan Inggris tahun ini, memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,5% tahun ini, menjadikan Inggris sebagai negara dengan kinerja terlemah kedua di antara kelompok negara-negara maju G7, setelah Jerman.

Pertumbuhan diperkirakan akan meningkat menjadi 1,5% pada tahun 2025, menempatkan Inggris di antara tiga negara dengan kinerja terbaik di G7, menurut IMF.

Namun, IMF mengatakan suku bunga di Inggris akan tetap lebih tinggi dibandingkan negara maju lainnya, mendekati 4% hingga tahun 2029.

3 dari 3 halaman

Ekonomi Global Diramal Cuma Tumbuh 3,2%, China Jadi Pemberat

Dana Moneter Internasional (IMF) sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global.

Melansir CNBC International, Rabu (17/4/2024) IMF kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,2% pada tahun 2024, naik 0,1 poin persentase dari perkiraan sebelumnya pada bulan Januari, dan sejalan dengan proyeksi pertumbuhan untuk tahun 2023.

Pertumbuhan ekonomi global kemudian diperkirakan akan meningkat dengan kecepatan yang sama yaitu sebesar 3,2% pada tahun 2025.

Kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, mengatakan bahwa kenaikan proyeksi ini menunjukkan bahwa perekonomian global sedang menuju "soft landing", menyusul serangkaian krisis ekonomi, dan risiko terhadap prospek perekonomian secara umum sudah seimbang.

"Meskipun ada prediksi yang suram, perekonomian global masih sangat tangguh, dengan pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang melambat hampir sama dengan kenaikannya," kata Gourinchas dalam sebuah postingan blog.

IMF memperkirakan, pertumbuhan global akan dipimpin oleh negara-negara maju, dengan AS yang telah melampaui tren sebelum pandemi Covid-19 dan zona Euro yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat.

Namun prospek yang lebih suram di China dan negara-negara berkembang lainnya dapat membebani mitra dagang global, kata IMF dalam laporannya.

China jadi Salah Satu Risiko Penurunan Utama

IMF menilai, China yang masih melemah akibat penurunan pasar properti, termasuk di antara serangkaian potensi risiko buruk yang dihadapi perekonomian global.

Badan itu juga menyoroti lonjakan inflasi yang dipicu oleh kekhawatiran geopolitik, ketegangan perdagangan, perbedaan jalur disinflasi di antara negara-negara besar, dan tingginya suku bunga yang berkepanjangan.

Sisi positifnya, kebijakan fiskal yang lebih longgar, penurunan inflasi, dan kemajuan dalam kecerdasan buatan disebut-sebut sebagai pendorong pertumbuhan potensial.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini