Sukses

Harga Emas Lesu di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed

Harga emas spot turun 0,3 persen ke posisi USD 2.291,88 per ounce setelah menyentuh rekor tertinggi USD 2.304,09. Sentimen the Fed bayangi harga emas dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melemah pada perdagangan Kamis, 4 April 2024 usai menyentuh level tertinggi di atas USD 2.300 per ounce pada awal sesi perdagangan. Hal ini seiring harapan pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Investor menanti kejelasan mengenai waktu pemangkasan suku bunga the Fed. Dikutip dari CNBC, Jumat (5/4/2024), harga emas spot turun 0,3 persen ke posisi USD 2.291,88 per ounce setelah menyentuh rekor USD 2.304,09 pada awal sesi perdagangan. Harga emas berjangka AS melemah 0,2 persen menjadi USD 2.311.

Di sisi lain, harga perak turun 0,4 persen menjadi USD 27,11 per ounce setelah mencapai level tertinggi sejak Juni 2021. Harga platinum bertambah 0,8 persen menjadi USD 944,45 dan paladium naik 2 persen menjadi USD 1.034,35.

“Ini merupakan kelanjutan dari sentimen lewat pidato Ketua The Fed Jerome Powell beberapa hari yang lalu, kalau the Fed bersiap menurunkan suku bunga,” ujar Head of Commodity Strategies TD Securities, Bart Melek.

Ia menambahkan, hal itu biasanya sangat menguntungkan untuk emas. “The Fed tampaknya cukup siap untuk menurunkan suku bunga pada saat inflasi akan jauh di atas target mereka 2 persen,” kata dia.

Pejabat the termasuk Ketua Jerome Powell pada Rabu, 3 April 2024 menyebutkan fokus melihat data untuk memutuskan memangkas suku bunga.Pasar sebelumnya perkirakan the Fed pangkas suku bunga pada Juni 2024.

Data menunjukkan masyarakat AS yang mengajukan klaim pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan dari pekan lalu. Ini karena kondisi pasar tenaga kerja secara bertahap mereda.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Menanti Data Ekonomi

Fokus sekarang berganti ke data gaji di sektor non pertanian di AS pada Maret 2024 yang dirilis Jumat pekan ini. Data itu dapat memberikan lebih banyak informasi untuk mengenai waktu penurunan suku bunga pertama the Fed.

Sementara itu, pembelian yang kuat dari bank sentral dan arus masuk di aset safe-haven meningkat di tengah ketegangan geoplitik sehingga meningkatkan permintaan emas. Hal itu membantu mendorong harga emas naik lebih dari 25 persen sejak Oktober.

“Harganya sudah sangat jenuh beli dan perlu  koreksi untuk hilangkan sebagian dampaknya. Menurut pandangan saya, pemangkasan suku bunga the Fed sudah diperhitungkan,” ujar Analis StoneX Rhona O’Connel.

3 dari 5 halaman

Harga Emas Dunia Masih Perkasa, Bagaimana Prediksinya pada Awal April 2024?

Sebelumnya diberitakan, harga emas terus melonjak dan tidak dapat dihentikan karena mencatat kinerja sangat baik dengan menutup bulan dan kuartal mendekati rekor tertinggi, jauh di atas USD 2.200 per ounce.

Para analis mencatat bahwa kinerja emas pada Kamis, 28 Maret 2024 yang mengakhiri minggu perdagangan yang dipersingkat menjelang akhir pekan panjang Paskah, lebih mengesankan jika dibandingkan dengan Indeks dolar AS, yang diperdagangkan mendekati level tertinggi enam minggu di atas 104 poin.

Harga emas terakhir diperdagangkan di kisaran USD 2.241 per ounce, naik 2,7% dari minggu lalu. Untuk bulan ini, emas naik 9%, dan untuk kuartal ini, logam mulia naik 8%.

Dorongan emas lebih lanjut ke wilayah langit biru juga terjadi menjelang data inflasi yang penting. Meskipun pasar tutup pada hari Paskah, namun hari tersebut bukan merupakan hari libur pemerintah, sehingga Biro Analisis Ekonomi AS akan merilis Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE). Menurut perkiraan konsensus, para ekonom memperkirakan inflasi akan meningkat 0,3% di bulan Februari.

Prediksi Analis

Beberapa analis mengatakan bahwa emas menarik momentum baru karena ancaman inflasi tidak sebesar sebelumnya. Pekan lalu Federal Reserve memberi isyarat mereka masih memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga tahun ini meskipun mereka melihat inflasi bertahan di atas target 2%.

Analis Pasar Senior di Barchart, Darin Newsom mengatakan reli emas adalah sinyal bahwa investor khawatir bahwa Federal Reserve tidak akan mampu mengendalikan inflasi karena mulai menurunkan suku bunga.

“Ketakutan geopolitik masih ada dan akan terus meningkat menjelang pemilu AS pada bulan November,. Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, imbal hasil obligasi akan turun, sehingga menjadikan emas sebagai aset safe-haven yang lebih menarik,” kata Newsom, dikutip dari Kitco, Minggu (31/3/2024). 

 

4 dari 5 halaman

Harga Emas dan Dolar AS

CEO broker Eropa Mind Money, Julia Khandoshko dalam sebuah wawancara dengan Kitco News Emas mengungkapkan harga emas tidak mahal, tetapi dolar AS yang murah.

“Ini karena pemerintah membanjiri perekonomian global dengan dolar tersebut,” jelas Khandoshko. 

Meskipun Federal Reserve telah memperketat neraca keuangannya sebagai bagian dari kebijakan moneternya yang agresif, beberapa analis mencatat bahwa jumlah uang beredar di negara tersebut terus meningkat.

David Kranzler, analis logam mulia dan pencipta The Mining Stock Journal mengatakan dalam komentar di media sosial Basis Moneter AS, yang diukur dengan Money Zero Maturity (MZM), naik hampir 10% sejak Maret 2023.

“Emas mencium adanya program pencetakan uang besar-besaran yang akan terjadi suatu saat nanti. Padahal sudah terjadi pencetakan uang bermutu rendah,” jelasnya.

5 dari 5 halaman

Makro Ekonomi AS

Meskipun emas mengakhiri minggu perdagangan yang singkat ini dengan catatan yang kuat, minggu depan memang menghadirkan risiko baru. Kalender ekonomi minggu depan akan fokus pada pasar tenaga kerja AS dengan laporan nonfarm payrolls bulan Maret pada Jumat sebagai sorotan utama.

Minggu depan juga menampilkan jajaran pembicara bank sentral yang solid termasuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang akan berbicara di Forum Bisnis, Pemerintahan, dan Masyarakat Stanford.

Beberapa analis mengatakan angka lapangan kerja yang lebih kuat, ditambah dengan inflasi yang tinggi dapat memaksa Federal Reserve untuk menunda dimulainya siklus pelonggaran kebijakannya.

Analis komoditas di TD Securities menuturkan, hal ini memberikan beban pada data yang akan datang untuk menguatkan prospek The Fed untuk tiga kali pemotongan suku bunga tahun ini.

Namun kekuatan data yang terus berlanjut dengan sedikit perubahan nada dari FOMC juga meningkatkan risiko pemogokan pembeli pada Treasury, yang mengarah pada kenaikan suku bunga yang secara otomatis dapat menyebabkan penurunan suku bunga. 

Ini membebani emas melalui akumulasi kembali akuisisi jangka pendek pedagang makro

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini