Sukses

Prabowo Subianto Minta Rekomendasi Dirjen Pajak, Erick Thohir Kaget

Respons Menteri BUMN Erick Thohir saat calon presiden (capres) Prabowo Subianto minta rekomendasi Dirjen Pajak.

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto meminta usulan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk sosok yang layak diangkat menjadi Dirjen Pajak. Hal tersebut pun membuat Erick Thohir terkejut.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir kaget lantaran secara tiba-tiba dimintai rekomendasi nama-nama yang pantas menduduki jabatan direktur jenderal pajak oleh Calon Presiden Prabowo Subianto. “Saya benar-benar tidak tahu. Ya, Pak Prabowo orangnya genuine, simpel, apa adanya. Beliau ingin dibantu, tetapi yang seleksi beliau,” tutur Erick Thohir kepada wartawan di sela Mandiri Investment Forum, di Jakarta, Selasa, 5 Maret 2024 seperti dikutip dari Antara.

“Sama seperti soal menteri keuangan. Jawaban saya jelas bahwa saya tidak punya otoritas menilai siapa menkeu ke depan, karena saya bukan bagian dari itu. Itu bagian presiden dan wapres terpilih,” ia menambahkan.

Prabowo Subianto yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan di Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), diundang untuk menjadi pembicara kunci dalam Mandiri Investment Forum di Jakarta, Selasa.

Saat pidato di hadapan para investor, bankir, dan praktisi keuangan, Prabowo menyampaikan keyakinannya terhadap ekonomi Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Ia bahkan menyatakan keyakinannya pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 7-8 persen dalam tiga sampai lima tahun mendatang.

Prabowo juga bertekad untuk menghilangkan kemiskinan di Indonesia, dan terus berbenah demi menarik para penanam modal berinvestasi di dalam negeri.

Dalam pidatonya, Prabowo juga sempat meminta saran kepada Erick Thohir terkait privatisasi BUMN, termasuk menjual hotel-hotel BUMN. Prabowo juga meminta Erick, Direktur Utama Mandiri Darmawan Junaidi, Komisaris Bank Mandiri Chatib Basri, dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo untuk memberikan rekomendasi siapa yang pantas menjadi direktur jenderal pajak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pajak Elemen Penting

Prabowo menuturkan, perpajakan merupakan elemen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga ia mendukung upaya meningkatkan rasio pajak terhadap PDB menjadi 16 persen. Saat ini rasio pajak Indonesia masih berada di level 10 persen dan dinilai masih rendah dibandingkan negara-negara tetangga.

Prabowo merupakan Calon Presiden RI yang saat ini perolehan suaranya unggul dibandingkan dua rivalnya, yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, menurut rekapitulasi suara sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Rekapitulasi sementara KPU RI per Selasa (5/3) pukul 15.00 WIB menunjukkan pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memperoleh 58,82 persen suara.

Pasangan calon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memperoleh 24,49 persen suara, dan pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapatkan 16,68 persen suara. Per hari ini pukul 15.00 WIB, suara yang masuk dalam rekapitulasi KPU mencapai 78,10 persen.

3 dari 4 halaman

Kejar Malaysia-Kamboja, Prabowo Subianto Mau Kerek Rasio Pajak Naik 6%

Sebelumnya diberitakan, Calon Presiden Nomor Urut 2, Prabowo Subianto membidik kenaikan rasio pajak sebear 5-6 persen dari capaian saat ini. Dengan begitu, posisi Indonesia disebut bisa sejajar dengan Malaysia hingga Kamboja.

Prabowo mengatakan, rasio pajak di negara-negara tetangga sudah jauh lebih tinggi dari Indonesia. Misalnya, Thailan dan Vietnam yang disrbut mencapai 16 persen dan 18 persen.

"Jadi rasio pendapatan kita pajak plus penghasilan yang lain itu sudah di sekitar 12 persen, tetapi benar Thailand, Vietnam, tetangga-tetangga kita sudah 16 persen sudah 18 persen," kata Prabowo dalam Dialog Capres Bersama Kadin Indonesia: Menuju Indonesia Emas 2045, di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

"Saya bertanya, apa bedanya kita dengan orang Thailand dan orang Vietnam, apa kita lebih bodoh atau apa masalahnya. Jadi if they can do it, we must also do it, kita tidak boleh menyerah," tegasnya.

Dia pun meramu strategi untuk meningkatkan rasio pajak sebesr 5-6 persen kedepannya. Salah satu caranya berbasis pada keputusan politik.

Artinya, hal ini bergantung dari keputusan yang diambil oleh pemerintah guna meningkatkan rasio pajak tadi.

"Jadi pertama semua itu berasal dari will, kehendak politik, political will, ada nggak political will untuk sama dengan Malaysia Thailand Vietnam dan Kamboja sekalipun, dan kalau ada political will kita cari upayanya antara lain dengan komputerisasi dengan digitalisasi dan dengan efisiensi transparansi," tuturnya.

 

4 dari 4 halaman

Ungkit Peran Badan Khusus Penerimaan Negara

Guna mengejar Malaysia, Thailand, hingga Kamboja tadi, dia kembali mengungkit soal peran badan khusus penerimaan negara.

"Oleh karena itu kita mau pisahkan badan penerimaan tersendiri supaya lebih efisien si Menteri Keuangan tidak perlu untuk mikirin atau mengurusi itu, ada Badan Khusus kemudian kita pisahkan antara treasury antara pengelolaan kekayaan negara dan penerimaan. Sasaran kita kita harus naik dari 12 persen kita harus naik ke 5 persen atau 6 persen," sambung Prabowo.

Informasi, mengaca pada data Kementerian Keuangan, rasio pajak pada 2023 mencapai 10,21 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dari target awal sebesar 9,61 persen.

Lebur DJP dan Bea Cukai

Sebelumnya, Calon Wakil Presiden Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengatakan akan memisalkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Nantinya akan dibentuk satu lembaga yang fokus mengurusi penerimaan negara.

Diketahui, keduanya mengurusi soal penerimaan terhadap negara. Diantaranya, pemungutan pajak dari wajib pajak, pemungutan bea dari barang masuk dan keluar, hingga mengurusi pungutan terhadap barang kena cukai.

Menurut Gibran Rakabuming Raka, cara ini bisa meningkatkan penerimaan pajak dan juga rasio pajak di Indonesia.

"Bagaimana caranya menaikkan penerimaan pajak atau menaikkan rasio pajak? Saya sudah sebut tadi di segmen sebelumnya, kita akan membentuk Badan Penerimaan Negara, dikomandoi langsung oleh Presiden. Sehingga akan mempermudah koordinasi dengan kementerian terkait," ungkap dia dalam Debat Cawapres 2024, di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Badan Penerimaan Negara tadi, Gibran mengatakan kalau DJP dan Dirjen Bea Cukai akan masuk dalam lembaga tersebut. Artinya, kedua direktorat jenderal ini tidak lagi berada di bawah Kementerian Keuangan.

Selanjutnya, Gibran menegaskan kalau badan ini tak akan lagi mengurusi soal pengeluaran negara.

"Jadi, DJP dan Bea Cukai akan dilebur menjadi satu sehingga fokus dalam penerimaan negara saja, tidak akan mengurusi lagi masalah pengeluaran," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.