Sukses

ASMINDO: Indonesia Penghasil Rotan Terbesar dan Terbaik Dunia

Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau ASMINDO, Dedy Rochimat, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai pusat industri furniture berkelanjutan dunia.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau ASMINDO, Dedy Rochimat, menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai pusat industri furniture berkelanjutan dunia. 

Dalam pidato pembukanya di Pertemuan Dewan Asosiasi Pengusaha Furniture Asia-Pasifik (CAFA) ke-41 di Hotel Vivere, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (27/2/2024), Dedy memaparkan potensi pasar furniture berkelanjutan dunia. 

Pertumbuhan permintaan terhadap furniture ramah lingkungan pada tahun 2024 diperkirakan mencapai USD 51,02 miliar atau 8,6 persen” ujar Dedy. 

Dedy menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensial yang sangat besar untuk menjadi pusat pengembangan furniture ramah lingkungan dengan sinergi antara pihak nasional dan internasional. 

“Indonesia ini punya potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat pengembangan furniture berkelanjutan. Bermodalkan kekayaan alam yang melimpah, kearifan lokal yang unik, didukung dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, hal itu harus terus kita kembangkan dengan sinergi antara komponen nasional dan internasional” ucap Dedy dengan senyum kepada para delegasi negara anggota CAFA yang hadir. 

Dedy menjelaskan lebih jauh potensi Indonesia dalam industri furniture yang ramah lingkungan di dunia. 

“Indonesia ini penghasil rotan terbesar dan terbaik di dunia selain menjadi penghasil bambu terbesar ketiga di dunia. Semua potensi ini harus kita manfaatkan segera mungkin sehingga menambah devisa negara yang tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat” ujar Dedy.

Dedy mengajak seluruh pihak untuk bersinergi dalam berinvestasi di ibukota baru IKN Nusantara sebagai upaya membangun pusat riset dan pengembangan furniture yang berkelanjutan. Hal ini bertujuan agar cita-cita Indonesia sebagai pusat industri furniture ramah lingkungan dunia dapat tercapai.

“Oleh karena itu, saya ingin mengajak semua pihak disini untuk bersinergi dalam berinvestasi di IKN Nusantara, kita bisa mendirikan pusat riset dan pengembangan furniture yang berkelanjutan tingkat dunia” pungkas Dedy yang disambut dengan tepukan berbagai delegasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

9 Jurus Industri Mebel Kejar Target Ekspor USD 5 Miliar di 2024

Sebelumnya, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) bersama Pemerintah sepakat menargetkan ekspor mebel dan kerajinan sebesar USD 5 miliar pada tahun 2024. 

Namun, HIMKI menyadari dalam merealisasikan target tersebut di atas diperlukan dukungan dari berbagai pihak, yaitu pemerintah; pelaku usaha industri mebel dan kerajinan baik skala kecil, menengah, maupun besar; para desainer; dan stakeholder lainnya termasuk media dan organisasi swasta lainnya yang concern terhadap perkembangan industri mebel dan kerajinan nasional.

 Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, membeberkan sembilan langkah yang harus dipenuhi untuk mencapai target ekspor sebesar USD 5 Miliar pada tahun 2024. 

Langkah pertama, yakni kecukupan suplai bahan baku utama dan bahan penunjang. Ketersediaan bahan baku yang berkualitas dengan stabilitas harga menjadi faktor penentu daya saing industri mebel dan kerajinan. 

Untuk memenuhi kebutuhan kayu setidaknya 30 persen dari jumlah kebutuhan sampai saat ini masih didatangkan dari Impor, karena masih kurangnya pasokan kayu perkakas (kayu keras) dari kawasan hutan dalam negeri.

"Mempertimbangkan target ekspor mebel dan kerajinan senilai USD 5 miliar pada tahun 2024, dimana dari nilai tersebut 55 persen masih berupa produk berbahan baku kayu atau setara dengan ±12 juta m3 kayu bulat dari berbagai jenis kayu dengan kualitas dan standar yang dikehendaki pasar," kata Abdul dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

3 dari 3 halaman

Bahan Baku

Selain kayu, untuk mendukung target ekspor tersebut dibutuhkan sekitar 67.194 ton bahan baku rotan siap pakai.

Hal yang tidak kalah pentingnya dan perlu mendapatkan perhatian adalah bahan penolong/penunjang atau bahan pendamping seperti, fitting/aksesories, bahan pengemas, dan bahan-bahan finishing yang berperan pada kegiatan proses produksi.

Langkah kedua, peremajaan alat dan teknologi produksi. Salah satu program unggulan Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian yang terbukti berdampak terhadap efisiensi, produktivitas, dan standarisasi kualitas adalah program restrukturisasi atau peremajaan mesin/peralatan yang dilaksanakan oleh Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (IHHP) bagi sektor industri pengolahan kayu termasuk industri furniture (industri skala menengah - besar).

Untuk peremajaan mesin/peralatan industri skala kecil dan menengah program dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.