Sukses

Inggris dan Jepang Resesi, Indonesia Siapkan Antisipasi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyoroti terkait perekonomian Inggris dan Jepang yang masuk ke jurang resesi teknis pada kuartal terakhir 2023.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyoroti terkait perekonomian Inggris dan Jepang yang masuk ke jurang resesi teknis pada kuartal terakhir 2023. Produk domestik bruto Jepang mengalami kontraksi 0,4 persen, dan produk domestik bruto negara Inggris menyusut 0,3 persen.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, mengatakan pelambatan ekonomi yang terjadi di negara-negara maju, seperti Jepang dan Inggris utamanya diakibatkan oleh masih tingginya tingkat inflasi dan melemahnya permintaan domestik, sehingga berakibat pada terkontraksinya pertumbuhan di negara tersebut.

"Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi secara dua kuartal berturut-turut memberikan sinyal bahwa Jepang dan Inggris masuk ke dalam resesi secara teknikal. Namun demikian, masih terlalu dini menilai bahwa kedua negara akan memasuki resesi ekonomi yang sebenarnya," kata Susiwijono kepada Liputan6.com, Sabtu (17/2/2024).

Ia pun mencontohkan, menurut National Bureau of Economic Research (NBER), resesi secara luas dapat diartikan sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.

Dampak ke Indonesia

Kendati begitu, dampak dari pelambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara ini juga perlu diberikan perhatian khusus, utamanya Jepang.

Sebab Indonesia saat ini memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan Jepang, seperti investasi dan ekspor-impor. Saat ini Jepang merupakan salah satu tujuan utama ekspor kita dengan komoditas utama ekspor batubara, komponen elektronik, nikel dan otomotif.

"Pemerintah akan terus menghitung bagaimana transmisi pelambatan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia,' ujarnya.

Saat ini perekonomian Indonesia masih cukup solid dan resilien didukung data ekonomi makro yang terus membaik. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang masih tumbuh dan dijaga dengan inflasi yang terkendali.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Antisipasi Pemerintah

Lantas bagaimana antisipasi Pemerintah terkait dampak resesi tersebut?

Susiwijono mengatakan, dinamika yang terjadi membuat ekonomi global masih rentan oleh berbagai risiko terutama situasi geopolitik yang semakin tak menentu, perekonomian negara-negara maju yang terkontraksi serta kondisi perubahan iklim yang membuat ketahanan pangan dan energi menjadi sangat krusial.

Sejauh ini Pemerintah tetap antisipatif terhadap risiko ekonomi global untuk menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil.  Sejalan dengan tensi geopolitik dan pelambatan ekonomi global, saat ini harga komoditas juga harus diberi perhatian khusus, meskipun harga-harga tersebut mulai mengalami penurunan sejak awal 2023 hingga sekarang, namun masih cukup tinggi dan beresiko untuk naik kembali

"Untuk menjaga ketahanan sektor eksternal secara spesifik yaitu neraca dagang kita pemerintah telah menerbitkan Kepmenko 416 Tahun 2023 tentang Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional sebagai tindak lanjut Perpres 24/2023 tentang Satgas Peningkatan Ekspor Nasional," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Tingkatkan Ekspor

Disisi lain, Satgas pun akan berupaya terus menerus untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional guna memperkuat neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik melalui penguatan pasokan ekspor, diversifikasi pasar ekspor, penguatan pembiayaan dan kerja sama internasional, serta pengembangan ekspor UMKM.

"Penjajakan demi penjajakan juga terus dilakukan untuk mencari pasar baru yang masih memiliki performa ekonomi baik dan dapat menjadi potensi dan prioritas pengembangan ekspor," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini