Sukses

Menakar Untung Rugi Merger Bank Muamalat dan BTN Syariah

Rencana menggabungkan unit usaha syariah pelat merah dengan bank syariah swasta masih terus bergulir. Berbagai dampak dari aksi merger itu turut diprediksi bisa terjadi, seperti cakupan bisnis dari keduanya.

Liputan6.com, Jakarta Rencana menggabungkan unit usaha syariah pelat merah dengan bank syariah swasta masih terus bergulir. Berbagai dampak dari aksi merger itu turut diprediksi bisa terjadi, seperti cakupan bisnis dari keduanya.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas punya pandangan sendiri. Menurutnya, merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) bisa memperbesar porsi bank syariah tersebut.

Meski hal ini positif di satu sisi, Anwar menilai ada poin negatif dari langkah tersebut. Dengan menjadi besar, kata dia, merger kedua bank itu dikhawatirkan hanya menyasar nasabah-nasabah kelas besar dan meninggalkan kelompok kecil.

 

"Tetapi kalau kedua bank ini di-merger maka dia akan menjadi bank besar. Dan bila dia sudah menjadi bank besar maka dia tentu akan kembali membiayai usaha-usaha besar," kata Anwar dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis (15/2/2024).

"Sehingga akhirnya kesenjangan sosial ekonomi di negeri ini semakin tajam dan hal itu tentu jelas tidak baik dan tidak sehat bagi perjalanan bangsa ini kedepannya," imbuhnya.

Bukan tanpa alasan, dia merujuk pada realisasi pembiayaan dari perbankan kepada usaha yang terbilang besar dan kelompok UMKM. Berdasar pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/13/PBI/2021 tentang rasio pembiayaan inklusif makroprudensial (RPIM), porsi bagi UMKM dipatok sebesar 30 persen di Juni 2024 ini. Artinya, kata dia, 70 persen pembiayaan menyasar pada usaha besar.

Orientasi ke Umat

Dia berharap, Bank Muamalat tetap berorientasi kepada umat sebagai nasabahnya. Tujuan besarnya, meningkatkan kualitas ekonomi pada umat beragama Islam sebagai targetnya.

"Perlu juga diketahui jika saya mengharapkan agar BMI fokus kepada umat. Hal itu bukanlah berarti saya ingin menjadikan BMI (Bank Muamalat) ini menjadi bank yang eksklusif tapi memang data dan fakta yang ada menunjukkan bahwa keadaan ekonomi umat itu memang sangat tertinggal dan terpuruk padahal jumlah mereka 86,8 persen dari total penduduk di negeri ini," beber Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Memperbaiki Kondisi Bank Muamalat

Lebih lanjut, Anwar mengatakan salah satu yang jadi sorotan adalah memperbaiki kondisi keuangan Bank Muamalat, sebagaimana jadi perhatian dari beberapa tahun lalu. Salah satu opsi yang mencuat adalah melakukan merger dengan BTN Syariah.

"Lalu timbul pertanyaan di tengah-tengah situasi seperti itu apakah Bank Muamalat masih bisa diselamatkan tanpa di-merger dengan bank lain? Jawabannya bisa," tegas dia.

Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah ini menekankan, hal itu bisa dilakukan jika didukung oleh kualitas pemimpin dalam jajaran manajemen Bank Muamalat. Ditambah lagi dengan adanya langkag efisiensi yang tepat.

"Asal saja pengelolaannya diserahkan kepada orang-orang yang amanah dan profesional serta mau berkorban dengan memotong gajinya, sehingga biaya operasional bank tersebut bisa berkurang secara signifikan. Hal itu bukanlah merupakan hal yang aneh karena hal demikian sudah pernah terjadi dan dilakukan oleh tiga Dirut BMI dalam periode-periode awal," paparnya.

Tak sebatas itu, Anwar meminta pejabat Bank Muamalat adalah orang-orang yang punya komitmen kuat dan mampu menjaga filosofi pendirian BMI. Dimana orientasinya adalah berpihak pada umat hingga usaha ultra mikro, mikro, dan kecil.

 

3 dari 3 halaman

Keuntungan Merger

Sebelumnya, Rencana merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Indonesia terus menjadi sorotan. Baik untuk yang mendorong proses ini segera rampung, maupun yang menolak.

BTN Syariah sendiri merupakan unit usaha syariah (UUS) dari PT Bank Tabungan Negara atau (BTN). Sedangkan, Bank Muamalat merupakan bank swasta syariah yang sudah eksis sejak 1990-an.

Rencana merger keduanya mencuat beberapa waktu belakangan yang digadang mampu memperkuat posisi industri perbankan syariah di Indonesia. Jika aksi korporasi ini berhasil, nantinya akan ada bank syariah baru.

"Merger menaikkan assets, lebih kompetitif dan inovatif dlm mengembangkan bisnis baik teknologi, kualitas produk, customer centric, alternatif bank syariah besar mendampingi BSI," ujar Ekonom Senior Center of Reform of Economics (CORE) Etikah Karyani Suwondo kepada Liputan6.com, Rabu (24/1/2024).

Dia menjelaskan, dengan adanya penggabungan ini bisa meningkatkan pangsa pasar di sektor syariah. Mengingat lagi ada pasar potensial yang kini diemban oleh BTN Syariah seperti kredit pemilikan rumah (KPR) berkonsep syariah.

Etikah menilai, dengan merger BTN Syariah dan Muamalat, akan memperkuat sektor tersebut. Disamping itu, ada peluang pada pendanaan bagi UMKM berbasis syariah.

"Fokus bisnis ke depan pembiayaan kepemilikan perumahan syariah, UMKM syariah dan ekosistem syariah," ucapnya.

Sementara itu, bagi Bank Muamalat pun tercatat ada manfaatnya. Seperti perolehan modal dana segar yang lebih besar.

"Bagi bank Muamalat hasil merger medapatkan modal dengan murah dan lebih besar, dan efisien," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini