Sukses

Harga Minyak Dunia Hari Ini Makin Mahal, Brent Tembus USD 82,43 per Barel

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak untuk bulan Maret naik USD 2,27 atau 3,02% menjadi USD 77,36 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak untuk bulan Maret naik USD 2,39 atau 2,99% menjadi USD 82,43 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak menguat pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta). Harga minyak dunia melonjak karena ekspektasi permintaan meningkat dampak kuatnya pertumbuhan ekonomi AS dan stimulus di Tiongkok. Sementara sisi penawaran semakin ketat karena menurunnya persediaan minyak mentah akibat badai musim dingin.

Dikutip dari CNBC, Jumat (26/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak untuk bulan Maret naik USD 2,27 atau 3,02% menjadi USD 77,36 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak untuk bulan Maret naik USD 2,39 atau 2,99% menjadi USD 82,43 per barel.

Harga minyak WTI naik hampir 8% tahun ini, sementara harga minyak Brent naik 7%. Ini menjadi awal yang solid di tahun 2024 setelah kedua patokan harga minyak dunia tersebut turun lebih dari 10% tahun lalu.

Kepala Strategi Pasar Miller Tabak, Matt Maley mengatakan, harga minyak mentah AS yang menembus harga di atas USD 76 per barel memberi sinyal bahwa tren harga minyak telah bergerak ke atas, Katalis berikutnya adalah jika harga minyak WTI dapat menembus di atas rata-rata pergerakan 200 hari di $77,65, kata Maley.

Dia menyebut, keluarnya minyak mentah AS akan berdampak baik bagi saham-saham energi, yang telah tertinggal dari harga berjangka WTI sejak pertengahan Desember. Jika minyak mentah mengkonfirmasi perubahan tren, saham energi harus mengejar ketertinggalannya, katanya kepada CNBC.

Harga minyak WTI seharusnya dihargai USD 85 per barel mengingat risiko geopolitik terhadap pasokan minyak mentah global di Timur Tengah saat ini, menurut Robert Thummel, manajer portofolio di Tortoise.

Pertumbuhan Ekonomi dan Gangguan Pasokan Minyak

Harga minyak menguat setelah pertumbuhan kuartal keempat AS mencapai 3,3% pada hari Kamis, mengalahkan ekspektasi Wall Street sebesar 2%.

Dan Tiongkok berjanji pada hari Rabu untuk mengurangi jumlah likuiditas yang harus disediakan bank-banknya dalam upaya untuk meningkatkan perekonomian negara yang sedang melemah. Persyaratan cadangan yang lebih longgar akan membebaskan USD 139,8 miliar modal jangka panjang, menurut bank sentral Tiongkok.

Meskipun Beijing belum mengeluarkan bazoka, harapannya adalah bahwa stimulus tersebut setidaknya dapat membendung gelombang melemahnya permintaan di Tiongkok, kata Maley.

“Dua konsumen minyak terbesar di dunia kemungkinan memiliki permintaan yang cukup kuat tahun ini,” kata Thummel.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasokan Minyak

Sementara itu, sisi pasokan semakin ketat dengan stok minyak mentah komersial di AS menurun sebesar 9,2 juta barel selama pekan yang berakhir 19 Januari, menurut Badan Informasi Energi. Penurunan stok ini disebabkan oleh produksi AS yang terkena dampak badai musim dingin awal bulan ini, menurut John Evans dari PVM Oil Associates.

Produksi AS turun 1 juta barel per hari menjadi 12,3 juta barel per hari pada minggu lalu, menurut perkiraan dari EIA. 

Dakota Utara, negara bagian penghasil minyak mentah terbesar ketiga di AS, sangat terpukul oleh cuaca musim dingin dengan produksi minyak turun 700.000 barel per hari pada titik terburuk pekan lalu.

Analis Strategas Securities Ryan Grabinski menyatakan, badai musim dingin telah menyebabkan gangguan terbesar terkait cuaca terhadap minyak mentah sejak Badai Ida pada tahun 2021.

“Semua indikasi menunjukkan bahwa gangguan produksi ini hanya akan berlangsung singkat kecuali cuaca dingin berkepanjangan,” kata Grabinski.

 

3 dari 3 halaman

Penurunan Stok Minyak AS

Penurunan stok minyak di AS dan stimulus Tiongkok membantu meredakan ketakutan para pedagang, setidaknya untuk saat ini, bahwa pasokan minyak melebihi permintaan karena Amerika Utara memompa minyak mentah pada tingkat rekor sementara ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut melambat.

Ketegangan juga tetap tinggi di Timur Tengah ketika militan Houthi menyerang kapal kontainer berbendera AS yang transit di Teluk Aden pada hari Rabu. AS melancarkan serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman dan militan sekutu Iran di Irak minggu ini.

Para pedagang dan analis sedang memantau situasi di Timur Tengah dengan cermat untuk mencari tanda-tanda bahwa konflik tersebut mungkin mengganggu pasokan minyak mentah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.