Sukses

Harga Minyak Dunia Terjun Bebas, Jatuh ke Level Terendah Sejak Juli 2023

Harga minyak West Texas Intermediate turun USD 3,45, atau 4,3%, menjadi USD 77,37 per barel. Sementara harga minyak Brent turun USD 3,57, atau 4,2% menjadi USD 81,61. Ini menjadi level harga terendah sejak Juli 2023.

 

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah AS pada hari Selasa turun di bawah USD 78 per barel dan mencapai titik terendah sejak Juli. Turunnta harga minyak dunia usai lemahnya data ekonomi global menutupi kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas dapat meletus menjadi konflik regional yang lebih luas.

Dikutip dari CNBC, Rabu (8/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate turun USD 3,45, atau 4,3%, menjadi USD 77,37 per barel. Sementara harga minyak Brent turun USD 3,57, atau 4,2% menjadi USD 81,61. Ini menjadi level harga terendah sejak Juli 2023. 

Penurunan harga minyak dunia terjadi setelah Tiongkok melaporkan data ekonomi yang beragam. Impor minyak mentah Beijing meningkat berdasarkan volume dan nilai pada bulan Oktober, namun ekspor negara tersebut secara keseluruhan turun lebih besar dari perkiraan, yang mengindikasikan melambatnya permintaan global. 

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini melaporkan penurunan ekspor sebesar 6,4% dalam dolar AS pada bulan Oktober dibandingkan periode yang sama tahun lalu, lebih buruk dari penurunan sebesar 3,3% yang diprediksi oleh jajak pendapat Reuters.

Ekspor Tiongkok telah turun selama enam bulan berturut-turut karena kenaikan suku bunga memberikan tekanan pada perekonomian global. Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari pada hari Selasa menurunkan ekspektasi bahwa bank sentral AS mungkin menurunkan suku bunga.

“Kita harus menurunkan inflasi kembali ke 2% dalam jangka waktu yang wajar. Pada akhirnya, perekonomian akan memberi tahu kita berapa banyak yang dibutuhkan untuk mencapainya, dan saya tidak tahu,” kata Kashkari kepada Bloomberg Television.

Produksi Minyak

Data dari Tiongkok mengimbangi dampak pengurangan produksi minyak oleh Arab Saudi dan Rusia, yang mengangkat harga minyak pada awal pekan ini. Riyadh dan Moskow mengkonfirmasi pada hari Minggu bahwa mereka akan mempertahankan pengurangan tersebut setidaknya sampai akhir tahun ini.

Harga minyak melonjak dalam seminggu setelah serangan teroris Hamas terhadap Israel di tengah kekhawatiran bahwa perang tersebut dapat meningkat menjadi konflik regional yang lebih luas yang mengganggu pasokan minyak.

Harga minyak telah turun sejak pertengahan Oktober seiring dengan meredanya kekhawatiran akan meluasnya konflik dalam waktu dekat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Dunia Perkasa Usai Arab Saudi dan Rusia Janji Terus Pangkas Pasokan

Kemarin, harga minyak naik tipis setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka terhadap pengurangan pasokan minyak secara sukarela hingga akhir tahun.

Harga minyak dunia berjangka Brent menetap 29 sen, atau 0,34%, lebih tinggi menjadi USD 85,18 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 31 sen, atau 0,4% ke posisi USD 80,82 per barel.

Arab Saudi mengkonfirmasi akan melanjutkan pengurangan pasokan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada bulan Desember untuk mempertahankan produksi minyak sekitar 9 juta barel per hari.

Rusia juga mengumumkan akan melanjutkan pemotongan sukarela tambahan sebesar 300.000 barel per hari dari ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi hingga akhir Desember.

“Pengumuman ini menunjukkan bahwa Saudi mengambil alih kendali dalam upaya memperketat pasar dan menaikkan harga,” ujar John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York melansir CNBC, Selasa (7/11/2023).

Pemotongan tersebut dapat diperpanjang hingga kuartal pertama tahun 2024 karena permintaan minyak yang melemah secara musiman di awal setiap tahun.

"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, dan tujuan produsen dan OPEC+ untuk mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak”, kata ahli strategi UBS, Giovanni. Staunovo.

 

3 dari 3 halaman

Sempat Rebound

Harga minyak rebound setelah kedua minyak acuan tersebut kehilangan sekitar 6% dalam seminggu hingga 3 November, karena kekhawatiran pasokan yang didorong oleh ketegangan di Timur Tengah mereda.

Para pemimpin badan PBB menuntut gencatan senjata kemanusiaan pada hari Senin, sebulan setelah perang di Gaza, ketika otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut mengatakan jumlah korban tewas akibat serangan Israel kini melebihi 10.000 orang.

Melemahnya dolar juga membantu harga minyak. Indeks dolar turun ke level 104,84, terlemah sejak 20 September. Melemahnya dolar meningkatkan permintaan pembelian minyak mentah oleh pemegang mata uang asing.​

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini