Sukses

China Punya 98.000 Bendungan, Indonesia Berapa?

Berkat kehadiran Bendungan Tiga Ngarai, ekonomi China meningkat. Belajar dari pengalaman China, Indonesia perlu bendungan sebanyak mungkin dengan harapan ekonomi ikut terdongkrak.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih membutuhkan lebih banyak bendungan agar bisa mendukung ketahanan air secara nasional. Jumlash bendungan di Indonesia sangat kalah jauh jika dibanding China.

Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali mengatakan, manfaat dari bendungan sangat banyak. Tidak hanya mendukung ketahanan air, adanya bendungan yang lebih banyak juga dapat mendorong sebuah negara memimpin peradaban dunia karena akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Kalau ingin memimpin peradaban, tidak ada pilihan, harus membangun infrastruktur di antaranya membangun bendungan. Karena itu (bendungan) memastikan ketahanan air. Tidak ada ketahanan pangan tanpa ketahanan air dan tidak ada ketahanan energi tanpa ketahanan air," kata Firdaus, dikutip dari Antara, Kamis (2/11/2023).

Dia membandingkan jumlah bendungan Indonesia yang kalah dari China yang memiliki 98.000 bendungan. Sementara Indonesia, diproyeksikan memiliki total 300 bendungan apabila seluruhnya beroperasi pada 2026.

Firdaus mencontohkan, pembangunan Bendungan Tiga Ngarai atau Three Gorges Dam dengan anggaran yang digelontorkan Rp 330 triliun oleh pemerintah China mampu menghasilkan listrik mencapai 22.500 megawatt. Bendungan yang dibangun dalam waktu 11 tahun ini termasuk bendungan yang terbesar di dunia.

Berkat kehadiran Bendungan Tiga Ngarai, imbuh Firdaus, ekonomi China meningkat. Belajar dari pengalaman China, dia memandang bahwa Indonesia perlu bendungan sebanyak mungkin dengan harapan ekonomi ikut terdongkrak.

"Saya kembali ke tahun 2008. Kita (di Indonesia) bakar hampir Rp400 triliun (untuk subsidi BBM), tidak jadi apa-apa, yang jadi adalah emisi. Tapi China, Rp330 triliun jadi bendungan terbesar di planet ini yang bikin ekonomi China gila-gilaan di sana," kata dia.

Berdasarkan data yang dihimpun, Firdaus menyebutkan bahwa kapasitas tampung air di Indonesia juga cenderung lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga.

Indonesia hanya memiliki kapasitas tampung air sebesar 58 meter kubik per kapita per tahun. Sementara kapasitas tampung air yang dimiliki Malaysia mencapai 712,1 meter kubik per kapita per tahun, Thailand 1.277 meter kubik per kapita per tahun, China 2.486 meter kubik per kapita per tahun, dan Australia 4.717 meter kubik per kapita per tahun.

"Kecil sekali kapasitas penampung kita. Tantangan ini tentunya akan menjadi tantangan kita bersama," kata Firdaus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Butuh 300 Bendungan Baru Atasi Perubahan Iklim

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaporkan Indonesia membutuhkan sebanyak 300 bendungan baru untuk mengantisipasi bencana alam seperti krisis air dampak perubahan iklim.

"Jumlah bendungan ini sudah berdasarkan perhitungan batas aman untuk menghadapi krisis air di dalam negeri yang sedang berlangsung saat ini," kata Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja dikutip dari Antara, Senin (16/10/2023).

Endra mengatakan, dalam 10 tahun terakhir Kementerian PUPR telah membangun sebanyak 60 bendungan untuk mencapai 100 persen ketahanan air.

Namun, berdasarkan kajian tim ahli Kementerian PUPR di lapangan jumlah tersebut masih jauh dari cukup sehingga menilai perlu membangun setidaknya sebanyak 300 bendungan baru.

Menurutnya, perubahan iklim dan aktifnya fenomena badai El-Nino di samudera pasifik menyebabkan sebagian besar wilayah di Indonesia saat ini mengalami kekeringan yang lebih panjang dan ekstrem.

Hal ini tentu pula berdampak pada ketahanan pangan yang perlu diantisipasi karena jangan sampai petani kehilangan momentum menanam padi, jagung, dan tanaman pangan lainnya.

3 dari 4 halaman

Sudah Masuk di Rencana Strategis

Oleh sebab itu, Endra menyebutkan, rencana pembangunan bendungan telah masuk dalam rencana strategis yang dicanangkan oleh Kementerian PUPR sebagai bentuk mitigasi atas kondisi krisis iklim.

"Semakin banyak bendungan yang dimiliki, semakin baik kemampuan negara untuk menyimpan air dan menggunakannya untuk menyiram lahan pertanian pada musim kemarau,” kata dia.

Penyelesaian pembangunan beberapa bendungan vital akan dipercepat mengingat durasi musim kering tanpa air Indonesia yang sangat panjang dan belum pernah terjadi pada periode sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Anggaran Rp 21,5 Triliun

Diketahui, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran senilai Rp21,5 triliun untuk menyelesaikan proyek pembangunan 15 unit bendungan vital pada tahun 2024 yang masuk dalam program strategis nasional (PSN).

Alokasi anggaran proyek pembangunan PSN bendungan mengalami kenaikan hingga 54 persen jika di bandingkan dengan anggaran 2023, yakni sebesar Rp13,9 triliun.

Ke-15 proyek bendungan tersebut yaitu Tiga Dihaji (OKU, Sumatera Selatan), Keureutoe Paya - Rukoh-Pengarah Rukoh (Aceh), Leuwikeris (Jawa Barat), Jlantah Karanganyar-Jragung (Jawa Tengah).

Kemudian, Sidan (Bali), Meninting (Lombok Nusa Tenggara Barat), Manikin (Kupang, Nusa Tenggara Timur), Bendungan Marang Kayu (Samarinda, Kalimantan Timur), Bulango Ulu (Gorontalo), Budong- budong (Mamuju, Sulawesi Barat), dan Way Apu (Maluku).

Masing-masih wilayah tersebut merupakan sentra penghasil pangan nasional untuk komoditas padi dan tanaman hortikultura lainnya.

Maka dari itu, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Bob A Lombagia mengatakan, PSN bendungan penting untuk segera diselesaikan pembangunannya sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan cadangan air baku, dan mitigasi bencana kekeringan di masing-masing wilayah yang makin mendesak belakangan ini.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.