Sukses

Harga Emas Dunia Naik Lagi, Perang Timur Tengah Belum Reda

Harga emas sedikit lebih tinggi pada hari Kamis karena permintaan safe-haven yang stabil yang dipicu oleh konflik Timur Tengah

Liputan6.com, Jakarta Harga emas sedikit lebih tinggi pada hari Kamis karena permintaan safe-haven yang stabil yang dipicu oleh konflik Timur Tengah membantu harga emas batangan mengatasi tekanan dari data AS yang kuat yang memadamkan ketakutan resesi.

Dikutip dari CNBC, Jumat (27/10/2023), harga emas dunia di pasar spot naik 0,3% menjadi USD 1,986.29 per ounce. Di awal sesi, harga hanya sedikit dari level tertinggi lima bulan yang dicapai pada hari Jumat. Emas berjangka AS naik 0,1% menjadi USD 1,996.40.

Ekonomi AS

Perekonomian AS tumbuh pada laju tercepat dalam hampir dua tahun pada kuartal ketiga, sekali lagi mengabaikan peringatan resesi yang dikeluarkan sejak tahun 2022.

Jumlah orang yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran negara meningkat menjadi 210.000. Departemen Tenaga Kerja melaporkan, klaim akan berada pada kisaran paling rendah yaitu 194.000 hingga 265.000 untuk tahun ini.

"Data tersebut melukiskan gambaran ekonomi AS yang sangat kuat,” mendukung narasi bahwa The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih banyak, yang berdampak negatif bagi emas, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

“Saya terkejut kita tidak melihat penurunan emas yang lebih besar. Saya pikir ada kesadaran bahwa risiko geo-politik tidak akan hilang dalam waktu dekat.”

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penguatan Dolar AS

Dolar AS naik kurang dari 0,1%, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

Emas telah naik 9% selama dua minggu terakhir karena investor mencari perlindungan dari potensi dampak konflik Israel-Hamas. Namun prospek suku bunga yang lebih tinggi telah melemahkan kenaikan emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Di Eropa, ECB mempertahankan suku bunga tidak berubah sesuai perkiraan, menghentikan kenaikan 10 kali berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Fokus beralih ke indeks harga PCE yang akan dirilis pada hari Jumat untuk mendapatkan petunjuk mengenai apa yang diharapkan dari pertemuan kebijakan The Fed minggu depan.

3 dari 4 halaman

Harga Emas Tembus Rekor Termahal, Simak Prediksinya Pekan Ini

Ketika perang Israel dengan Hamas semakin intensif, ketidakpastian geopolitik terus mendukung lonjakan harga emas sebagai safe-haven. Pekan lalu, para pembeli emas terlihat solid karena investor ingin menyimpan emas sebagai asuransi selama akhir pekan. 

Permintaan safe-haven ini telah mendorong harga emas ke level tertinggi dalam tiga bulan. Harga emas berjangka bulan Desember terakhir diperdagangkan pada USD 2.008,90 per ounce, naik 1,4% pada Jumat pekan lalu.

Harga emas telah melonjak sekitar 4% dalam seminggu terakhir dari posisi terendahnya pada hari Senin pekan lalu.

Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible mengatakan bahwa meskipun dorongan harga emas kembali di atas USD 2.000 per ounce adalah hal yang mengesankan, hal ini tidak mengejutkan mengingat betapa negatifnya sentimen yang ada.

“Emas saat itu dinilai terlalu rendah dan sekarang kita melihat adanya buih di pasar karena semua investor mengejar diri mereka sendiri untuk memilikinya,” katanya.

 

4 dari 4 halaman

Hasil Analisa

Analis Pasar Senior Trade Nation David Morrison mengatakan bahwa emas melakukan hal yang seharusnya dilakukan pada saat krisis.

"Harga emas telah menembus semua resistensi besar di USD 1.900, USD 1.950 dan USD 1.980; Saya pikir pasar ingin melihat USD 2.000," katanya.

"Masih terlalu dini untuk mengatakannya, tapi ini bisa menjadi reli yang membawa harga ke titik tertinggi baru sepanjang masa," lanjut dia.

Harga emas tidak hanya mengalami kenaikan yang mengesankan dalam dua minggu terakhir, namun hal ini terjadi ketika Bank Sentral AS Federal Reserve mempertahankan pendiriannya bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga dalam wilayah yang ketat di masa mendatang.

Pada Kamis lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral berkomitmen untuk menurunkan inflasi hingga 2%. Sikap ini, sebagian, telah membantu mendorong imbal hasil obligasi jangka panjang ke level tertinggi baru dalam 16 tahun, dengan obligasi 10 tahun mencapai 5% pada pekan lalu. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini