Sukses

Menanti Harga Emas Dunia Sentuh USD 2.000, Apa Pemicunya?

Harga emas dunia bertahan hampir stabil pada hari Selasa setelah mencapai level tertinggi lima bulan pada minggu lalu

Liputan6.com, Jakarta Emas bertahan hampir stabil pada hari Selasa setelah mencapai level tertinggi lima bulan pada minggu lalu. Sementara, sentimen harga emas dunia lainnya yaitu para pedagang terus memperhatikan data ekonomi AS dan ketegangan di Timur Tengah.

Diktuip dari CNBC, Rabu (25/10/2023), harga emas di pasar spot naik 0,1% lebih tinggi pada USD 1,975.39 per ons setelah jatuh sebanyak 1% di awal sesi. Emas berjangka AS ditutup 0,1% lebih rendah pada USD 1,986.1.

“Kami melihat beberapa aksi ambil untung di awal sesi dan kemudian para pedagang datang untuk membeli di harga bawah. USD2.000 masih mungkin terjadi dalam jangka pendek atau bahkan rekor tertinggi baru jika terjadi eskalasi krisis di Timur Tengah. ,” kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.

Kenaikan Harga Emas Minggu Ini

Harga emas telah naik sekitar 9% dalam dua minggu terakhir, mencapai level tertinggi dalam lima bulan di USD 1,997.09 pada tanggal 20 Oktober. Sebuah reli yang terutama dipicu oleh masuknya aset-aset safe-haven di tengah kekhawatiran akan meluasnya perang Israel dengan kelompok Islam Hamas.

Namun ketidakmampuan emas untuk menguat (minggu ini) adalah sinyal bahwa “permintaan safe-haven mulai berkurang, karena pasar belajar untuk hidup dengan ketegangan di Timur Tengah,” tulis Marios Hadjikyriacos, analis investasi senior di broker forex XM, dalam sebuah pernyataan. catatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penguatan Dolar AS

Membatasi kenaikan emas batangan, indeks dolar menguat terhadap para pesaingnya, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

Fokus pasar tertuju pada angka PDB kuartal ketiga AS yang dirilis pada hari Kamis dan indeks harga PCE AS pada hari Jumat yang dapat mempengaruhi prospek suku bunga Federal Reserve.

“Arah emas di masa mendatang akan dikaitkan dengan arah suku bunga. Jika perekonomian melemah, dan ada pandangan di pasar bahwa kita sedang memasuki resesi, maka suku bunga kemungkinan akan turun dan harga emas kemungkinan akan naik,” kata Chris Mancini, manajer portofolio asosiasi Gabelli Gold Fund.

3 dari 3 halaman

Harga Emas Tembus Rekor Termahal, Simak Prediksinya Pekan Ini

Ketika perang Israel dengan Hamas semakin intensif, ketidakpastian geopolitik terus mendukung lonjakan harga emas sebagai safe-haven. Pekan lalu, para pembeli emas terlihat solid karena investor ingin menyimpan emas sebagai asuransi selama akhir pekan. 

Permintaan safe-haven ini telah mendorong harga emas ke level tertinggi dalam tiga bulan. Harga emas berjangka bulan Desember terakhir diperdagangkan pada USD 2.008,90 per ounce, naik 1,4% pada Jumat pekan lalu.

Harga emas telah melonjak sekitar 4% dalam seminggu terakhir dari posisi terendahnya pada hari Senin pekan lalu.

Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible mengatakan bahwa meskipun dorongan harga emas kembali di atas USD 2.000 per ounce adalah hal yang mengesankan, hal ini tidak mengejutkan mengingat betapa negatifnya sentimen yang ada.

“Emas saat itu dinilai terlalu rendah dan sekarang kita melihat adanya buih di pasar karena semua investor mengejar diri mereka sendiri untuk memilikinya,” katanya.

Analis Pasar Senior Trade Nation David Morrison mengatakan bahwa emas melakukan hal yang seharusnya dilakukan pada saat krisis.

"Harga emas telah menembus semua resistensi besar di USD 1.900, USD 1.950 dan USD 1.980; Saya pikir pasar ingin melihat USD 2.000," katanya.

"Masih terlalu dini untuk mengatakannya, tapi ini bisa menjadi reli yang membawa harga ke titik tertinggi baru sepanjang masa," lanjut dia.

Harga emas tidak hanya mengalami kenaikan yang mengesankan dalam dua minggu terakhir, namun hal ini terjadi ketika Bank Sentral AS Federal Reserve mempertahankan pendiriannya bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga dalam wilayah yang ketat di masa mendatang.

Pada Kamis lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral berkomitmen untuk menurunkan inflasi hingga 2%. Sikap ini, sebagian, telah membantu mendorong imbal hasil obligasi jangka panjang ke level tertinggi baru dalam 16 tahun, dengan obligasi 10 tahun mencapai 5% pada pekan lalu. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.