Sukses

Bawa Kain Tenun Mendunia, Emak-Emak di NTT Dilatih Digital Marketing

Kain tenun merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang penting untuk dijaga. Tenun biasa dipakai untuk pakaian sehari-hari, sebagai busana adat, kostum tarian hingga menjadi bentuk barang penghargaan dan penghormatan dalam perkawinan.

Liputan6.com, Jakarta Kain tenun merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang penting untuk dijaga. Kain tenun biasa dipakai untuk pakaian sehari-hari, sebagai busana adat, kostum tarian hingga menjadi bentuk barang penghargaan dan penghormatan dalam perkawinan.

Terdapat berbagai wilayah Indonesia yang masyarakatnya menjadi pengrajin tenun atau menjadi penenun. Diantaranya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (NTT dan NTB).

Mengetahui pentingnya menjaga warisan budaya tenun, Insan Bumi Mandiri terus berkomitmen untuk mengembangkan kualitas penenun di Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui program Tenunin.

Program ini telah mendapatkan dukungan dari eMpowering Youths Across ASEAN (EYAA), sebuah inisiatif regional yang digagas oleh ASEAN Foundation dan Maybank Foundation untuk memperkuat kerelawanan sosial di generasi muda.

Insan Bumi Mandiri, sebuah lembaga filantropi yang fokus pada pemberdayaan daerah pedalaman, terpilih menjadi salah satu organisasi yang berpartisipasi dalam EYAA Cohort 3.

Melibatkan 10 relawan dari negara-negara ASEAN, pelatihan berlangsung selama 6 hari di Bulan Juli sampai Agustus.

Sebagai agenda lanjutan, mamak-mamak penenun kembali mendapatkan pelatihan dasar digital marketing, dasar-dasar pencatatan keuangan, hingga pelatihan pembuatan produk turunan tenun seperti tas kecil, anting, dan bandana yang dibuat dari kain-kain tenun sisa yang disampaikan langsung oleh Rahmi Fitri, penanggung jawab program Tenunin.

“Saya senang mamak-mamak bisa melakukan banyak pelatihan, bertemu banyak orang. Bagi mereka kan, ketemu orang luar itu adalah sesuatu yang langka. Tapi dengan adanya program ini, mamak jadi tau pendapat orang luar soal tenun mereka seperti apa dan mendapat wawasan mengenai berbagai hal yang sebelumnya mamak tidak tahu. Contohnya, mamak bisa melihat warna-warna yang lebih banyak, hingga mengenal tone warna.” Ungkap Rahmi Fitri.

Pelatihan hari ke-3 dihadiri langsung oleh Alvin Kurnia Sandy dan Fatima Alifha Alatas selaku Project Manager Coordinator dan Digital Communication Coordinator ASEAN Foundation.

“Kami (ASEAN Foundation) senang melihat antusias mamak-mamak untuk kumpul di sini (sentra Tenunin Tenukiik). Semoga jika kami dan Insan Bumi Mandiri sudah pulang, mamak-mamak masih sering menenun dan bersenang-senang, menari Tebe (tarian khas Belu) di sini,” ucap Fatima.

“Dalam sesi pelatihan, sering bekerja dalam kelompok dan kami bisa berkenalan dengan orang baru. Melalui interaksi kelompok ini, kami memiliki kesempatan untuk berbagi pengetahuan tentang tenun, yang  memperluas wawasan kami dalam dunia tenun." ucap Mamak Yuli seorang penenun yang turut serta dalam pelatihan ini.

Hingga kini, program Tenunin telah sukses berjalan di Alor, Sumba, Ende, Belu, dan Sikka serta Insan Bumi Mandiri akan terus berkomitmen dalam memberdayakan penenun NTT melalui sentra-sentra yang akan terus dibangun.

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Digitalisasi Kian Gencar, Sri Mulyani Serukan Perlindungan Data UMKM di ASEAN

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengingatkan risiko yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlindungan data bagi UMKM, di tengah meningkatnya digitalisasi.

Sri Mulyani mengakui, teknologi digital memang memberikan banyak peluang dan manfaat, tetapi juga menciptakan risiko.

Hal itu disampaikan Menkeu dalam acara High-Level Dalogue on Promoting Digital Financial Iinclusion and Literacy For MSMEs yang digelar Kementerian Keuangan pada Rabu (29/3/2023).

"Seperti yang kita semua tahu, pengumpul data besar adalah pemenangnya. Dia yang memegang data mengontrol permainan. Artinya, selain jalur yang jelas bagi UMKM, sangat penting untuk memiliki prinsip prasyarat, sehingga kerangka kerja dapat mengelola ekosistem digital yang bermanfaat, mudah diakses, terjangkau, tetapi pada saat yang sama juga mengamankan dan memberikan manfaat optimal, khususnya pada perlindungan data bagi UMKM di ASEAN," kata Sri Mulyani dalam pidatonya di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali pada Rabu (29/3/2023).

Menkeu memaparkan bahwa, kerangka pertama adalah bagaimana operator melibatkan sektor publik dan swasta untuk memungkinkan ekosistem ekonomi digital di negara-negara ASEAN, dan memungkinkan UMKM go digital serta akses keuangan.

"Memungkinkan UMKM untuk terhubung dengan pedagang di ASEAN, mengakses pasar baru dan modalitas bisnis baru, pasti akan meningkatkan jangkauan dan juga memungkinkan mereka untuk mempromosikan dan menjual produk di luar cara tradisional mereka," sambungnya.

 

3 dari 3 halaman

Publik Digital

Untuk mengembangkan kerangka komprehensif ini, prinsip prasyarat adalah, pertama, menyediakan infrastruktur publik digital.

Menurut Sri Mulyani, hal ini sangat penting bagi pemerintah untuk berinvestasi dalam infrastruktur digital. Mereka juga harus mempromosikan dan menerapkan infrastruktur publik digital dan mengurangi kesenjangan,

"Kedua, pusat data yang melayani penyampaian kebijakan penting dengan beragam data yang dihasilkan dari ekosistem. Harus ada pusat data atau platform khusus spesialis yang mampu menyediakan struktur serta mengelola data," beber Sri Mulyani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini