Sukses

Dongkrak Pendapatan, Menkop Teten Minta Bawang Hasil Panen Petani Diolah

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta petani bawang merah di Brebes, Jawa Tengah mengolah kembali hasil panennya. Tujuannya, guna mendongkrak pendapatan bagi petani bawang.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta petani bawang merah di Brebes, Jawa Tengah mengolah kembali hasil panennya. Tujuannya, guna mendongkrak pendapatan bagi petani bawang.

Teten menyebut bawang merah Brebes bisa diolah ke sejumlah produk, seperti bawang goreng, bawang krispi, tepung bawang merah, hingga pasta. Dengan inovasi produk dan meningkatnya pendapatan, diharapkan juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kalau kita tidak mengolah hasil pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim, maka kita nggak pernah bisa membangun kesejahteraan petani, kita juga tidak pernah bisa menyetabilkan suplai pangan selama setahun penuh karena harga fluktuatif," ujar Teten dalam keterangannya, dikutip Senin (18/9/2023).

Dia juga meminta Pemerintah Kabupaten Brebes untuk meningkatkan program hilirisasi produk bawang merah yang merupakan komoditas unggulan di Brebes, Jawa Tengah. Program hilirisasi ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga dan inflasi bawang merah di sepanjang tahun.

Menteri Teten mengungkap pentingnya menjaga pasokan dan produksi bawang merah secara nasional. Sebab selama ini bawang merah menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar saat musim paceklik. Namun sayangnya di saat musim panen raya, harga di pasaran jatuh sehingga petani tidak pernah mendapatkan keuntungan yang memadai.

Kesejahteraan Petani

“Untuk meningkatkan kesejahteraan petani bawang merah di sini, maka perlu bagi petani untuk terkonsolidasi dalam sebuah koperasi, ini diperlukan sebagai jalan tengah dari produktivitas yang masih rendah karena luasan lahan tanam yang mayoritas masih kecil,” kata Menteri Teten.

Menteri Teten meyakini, melalui koperasi, para petani bawang merah akan lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan hingga kemudahan mendapatkan akses pasar. Di mana koperasi akan berperan sebagai offtaker sehingga hasil panen para petani bisa langsung dibeli oleh koperasi.

"Ini tidak bisa kita lakukan sendiri-sendiri kalau lahan kita di bawah 2 hektare, harus dikonsolidasikan dalam skala usaha yang luas melalui koperasi agar skala produksi besar dan lebih efisien. Kita tidak boleh lagi membiarkan petani perorangan, kita bisa membangun corporate farming meski tanah sempit melalui koperasi," ucap Teten Masduki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Akses Pasar

Menteri Teten menambahkan pihaknya siap membantu memasarkan produk olahan bawang merah dari KPUD Wanasari di pasar domestik atau pasar luar negeri. Untuk menarik minat pembeli, dia meminta agar KPUD Wanasari membuat olahan dalam varian lainya seperti bawang merah slice. Menurutnya pangsa pasar bawang merah slice sangat besar terutama untuk hotel, restoran, dan kafe (Horeka).

"Menurut saya yang perlu kita perbesar bukan lagi bawang goreng tapi bentuk pasta untuk bumbu atau bentuk slice yang bisa disimpan dalam jangka panjang, sebab pengguna besar yang kita sasar adalah Horeka," kata ujarnya.

Menteri Teten menyiapkan memberikan dukungan kepada KPUD Wanasari berupa pembiayaan untuk tambahan modal kerja yang disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM).

"Konsep kita sudah benar sebagaimana telah dipraktikkan di India. Koperasi perlu membeli secara tunai ke petani sehingga kita perlu memperkuat pembiayaan di koperasi dengan menggunakan dana dari LPDB," bebernya.

 

3 dari 4 halaman

UMKM Babak Belur

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap banyak UMKM dan usaha lokal babak belur akibat maraknya produk impor. Salah satunya, karena harga yang ditawarkan produk impor dari China jauh lebih murah.

Teten mencatat, regulasi yang mengatur masuknya produk impor masih terlalu mudah, sehingga banjirnya produk impor ke dalam negeri. Kemudian, tarif bea masuk yang murah pun dikeluhkan Teten yang seakan makin mempermudah masuknya produk dari luar negeri.

"Terlalu mudah masuknya barang impor ke Indonesia. Terlalu murah tarif bea masuk consumer goods ke sini, jangankan UMKM, produk industri manufaktur pun gak bisa bersaing," kata dia kepada media, Sabtu (16/9/2023).

 

4 dari 4 halaman

Garmen hingga Farmasi

Teten mengatakan, produk yang banyak masuk diantaranya produk garmen, kosmetik, sepatu olahraga, hingga produk-produk farmasi.

Keadaan ini menurutnya makin diperparah dengan kondisi ekonomi China yang melemah. Alhasil, banyak produknya yang disebar ke berbagai daerah, termasuk ke Indonesia.

"Apalagi saat ini China ekonominya lagi melemah, produksi consumer good-nya oversupply, dibuang ke Asean, terutama kita karena market kita besar dan hampir separuh populasi kita udah masuk ke eccomerce," ujar dia.

"Babak belur kita. 80 persen UMKM yang jualan di eccomerce dan social commerce hanyalah seller produk-produk impor terutama dari China," tegas Teten Masduki.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini