Sukses

Kasus Pembunuhan Mahasiswa UI Gara-Gara Rugi Main Kripto? Ini Kata OJK

Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23) mahasiswa UI yang membunuh juniornya akibat terlilit utang pinjol mengaku mengalami kerugian bermain kripto.

Liputan6.com, Jakarta Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23) mahasiswa UI yang membunuh juniornya akibat terlilit utang pinjol mengaku mengalami kerugian bermain kripto. Hal itu menjadi salah satu alasan mendorong tersangka membunuh korban Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19).

Menanggapi hal tersebut, Kepala departemen Literasi Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, Aman Santosa, membahas kaitannya dengan literasi pinjaman online dan kripto di Indonesia, khususnya dikalangan anak muda.

Menurutnya, OJK sudah sangat aktif melakukan literasi keuangan digital baik di daerah maupun di perkotaan, ke masyarakat hingga ke mahasiswa. Bahkan, OJK pun giat melakukan literasi di Universitas Indonesia.

"Jadi sebenernya kan kita itu dari OJK itu sangat aktif melakukan literasi baik di daerah maupun di Jakarta, bahkan yang UI saya inget banget saya hadir langsung melakukan literasi keuangan disana, waktu itu di acara terakhir itu di gebyar safari Ramadhan itu kita mengundang seluruh mahasiswa disitu," kata Aman saat ditemui usai menghadiri acara Fintech Policy Forum Seri II di Auditorium Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Kendati demikian, Aman menilai pada prinsipnya upaya literasi ini terus ditingkatkan karena masih ada Gap antara literasi keuangan dan inklusi keuangan.

"Dari tahun ke tahun ini selalu menurun dari 2013, 2019, 2022 itu kan gap-nya menurun sekarang tinggal 30 persenan seperti itu tadinya lebih dari 30 persen, untuk literasi dan inklusi," ujarnya.

OJK Gandeng Kominfo

Bahkan OJK akan menggandeng Kominfo untuk memperkuat upaya peningkatan literasi tersebut. Lantaran Kominfo dinilai memiliki jaringan informasi yang luas.

"Jadi upaya peningkatan literasinity terus dilakukan bahkan kita itu nanti mau kolaborasi dengan kominfo, karena mereka memiliki jaringan-jaringan informasi yang dibawah koordinasi kominfo termasuk dengan TVRI, RRI, terus kemudian dinas Kominfo yang ada di masing-masing daerah," ujarnya.

Terkait, kasus yang menimpa mahasiswa UI, Aman pun mengaku prihatin. Sebetulnya sebagai mahasiswa yang terdidik, harusnya paham dengan dampak atau resiko menggunakan kripto, pinjol, dan hal lainnya yang menyangkut ranah sektor keuangan digital.

"Ya sebetulnya kan mahasiswa itu kan diantara kelompok masyarakat  merupakan kalangan yang relatif lebih terdidik semestinya, dan saya yakin mereka sebenernya juga sudah paham dan ngerti hanya memang mungkin ada case-case khusus atau penyebab khusus yang kemudian dia terpaksa terjebak dalam kasus ini. Apalagi di jakarta di UI ini kan merupakan lembaga yang saya yakin mereka paham mengenai dengan mudah literasinya," pungkasnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mahasiswa UI Bunuh Junior karena Terjerat Utang Pinjol, Perencana Keuangan Sebut Kebiasaan Berutang Picu Stres

Pihak kepolisian mengungkapkan motif pembunuhan yang membuat Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) kehilangan nyawa. Tersangka Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23) merenggut nyawa MNZ lantaran kalah dalah investasi crypto sehingga AAB berutang melalui pinjaman online (pinjol).

Perencana keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko menuturkan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Desember 2022, 62 persen rekening financial technology (fintech) dimiliki masyarakat berusia 19-34 tahun. Selain itu, 60 persen pinjaman fintech disalurkan ke masyarakat berusia 19-34 tahun.

"Jadi pengguna (pinjaman online-red) gen Z dan generasi milenial. Gen Z dan milenial suka berutang,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin, (7/8/2023).

Andoko menuturkan, sejumlah faktor yang membuat Gen Z dan milenial suka berutang. Pertama, kemudahan teknologi. “Dengan KTP, foto wajah, hanya hitungan hari, bahkan jam bisa pinjam uang,” tutur Andoko.

Kedua, generasi Z dan milenial merupakan usia produktif, sehingga menurut mereka dapat melunasi utang ke depan. “Ketiga, kelemahan literasi keuangan,” ujar dia.

Andoko mengatakan, kalau melihat dari kasus mahasiwa UI ini juga terkait dengan investasi kripto, yang menjadi pertanyaan apakah investasi kripto yang dilakukan fomo atau fear missing out atau sudah melakukan analisis. Andoko menuturkan, saat ini, investor kripto mencapai 17 juta, sedangkan investor pasar modal mencapai 10 juta. Andoko menambahkan, pengguna pinjol juga mencapai 17 juta sekitar April 2023.

“Investasi fomo dan senang berutang, ini kurangnya literasi keuangan,” ujar dia.

 

3 dari 3 halaman

Kenali Produk Investasi

Oleh karena itu, ia juga mengingatkan saat berinvestasi juga harus mengenal produk investasi dan risiko yang ditimbulkan.

“Lakukan analisis bukan karena FOMO,” ia menambahkan.

Selain itu, Andoko mengingatkan dana investasi memakai uang menganggur atau uang dingin. Jadi dana investasi bukan dari pinjaman dan uang untuk kebutuhan sehari-hari.

“Sisihkan sebagian dana yang kita miliki untuk investasi. Anak bisa dapat uang dari orangtua, dan anak-anak saat ini kreatif. Bisa menjadi youtuber, affiliate marketing, mereka sekarang lebih mudah untuk mendapatkan penghasilan,” kata dia.

Andoko juga mengingatkan kalau investasi itu membutuhkan proses, kerja keras dan kedisiplinan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini