Sukses

Sekolah Ditutup Akibat Pandemi, Ekonomi Asia Kehilangan Rp 7.665 Triliun Termasuk Indonesia

Seperti yang diketahui, sekolah di seluruh dunia terpaksa tutup ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020.

Liputan6.com, Jakarta Penutupan sekolah selama pandemi menghapus lebih dari USD 500 miliar atau sekitar Rp 7.505 triliun potensi pertumbuhan ekonomi dari segelintir negara Asia. Negara-negara tersebut antara lain India, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Menurut Laporan firma penasihat ekonomi, Oxford Economics, masing-masing negara di Asia berpotensi kehilangan nilai pertumbuhan ekonomi rata-rata 0,3 dan 0,8 persen dari potensi PDB per tahun kurun dari 2021 hingga 2035.

Akibat penutupan sekolah karena pandemi, negara-negara tersebut dapat kehilangan PDB kolektif sekitar USD 511 miliar atau sekitar Rp 7.665 triliun.

Seperti yang diketahui, sekolah di seluruh dunia terpaksa tutup ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020. Alhasil para siswa harus beralih dari pelajaran tatap muka ke pembelajaran jarak jauh selama berbulan-bulan.

Salah satunya sekolah-sekolah di Filipina ditutup sepenuhnya atau sebagian selama sekitar 18 bulan, antara Februari 2020 dan Maret 2022 – lebih lama dari negara lain yang disebutkan, kata laporan itu.

Karena itu, Filipina bisa mengalami kerugian tertinggi dalam potensi PDB dan investasi antara 2021 dan 2035, menurut perusahaan riset global tersebut.

Sebagai perbandingan, sekolah-sekolah di Thailand ditutup sepenuhnya atau sebagian selama 10 bulan, waktu tersingkat di antara lima negara. Thailand diperkirakan akan mengalami kerugian paling kecil dalam potensi PDB dan investasi selama periode yang sama.

Namun, laporan tersebut menyoroti bahwa Thailand memiliki PDB yang lebih rendah dengan tingkat pendidikan yang juga lebih rendah, “Ini berarti akan ada kehilangan yang lebih sedikit”.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Investasi

Banyak siswa dari negara berkembang ini berasal dari rumah tangga berpenghasilan rendah dan tidak memiliki akses internet, teknologi yang memadai, atau ruang belajar yang nyaman ketika sekolah ditutup.

Siswa-siswa ini terancam benar-benar putus sekolah, yang mengarah pada penurunan produktivitas ekonomi dalam jangka panjang karena tingkat pendapatan yang lebih rendah dan daya beli yang lebih rendah.

“Sumber daya manusia, pendapatan, dan kesehatan yang lebih rendah pada gilirannya dapat mengurangi akumulasi modal manusia dari anak-anak individu yang terkena dampak di masa depan, menciptakan lingkaran setan selama beberapa generasi,” kata laporan itu yang memprediksi bahwa pendapatan yang lebih rendah dan konsumsi pribadi yang lebih sedikit dapat menyebabkan pengurangan sekitar USD 240 miliar antara 2021 hingga 2035 di lima negara.

Pada gilirannya, perusahaan publik dan swasta lokal dan internasional tidak akan memiliki kepercayaan untuk berinvestasi di negara-negara tersebut.

Oxford Economies memperkirakan bahwa total investasi akan dipangkas sebesar USD 181 miliar di lima negara dari 2021 hingga 2035.

India diperkirakan akan mengalami kerugian investasi tertinggi hampir USD 100 miliar selama periode yang sama. Itu diikuti oleh Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand, kata laporan tersebut.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.